9 Petung dalam Primbon Jawa: Mengenal Cara Orang Jawa Mencari Kehidupan yang Harmonis Melalui Panduan yang Tetap Relevan Hingga Kini

Daftar Isi

 

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Sedulur, pernahkah kalian mendengar tentang petung dalam bahasa  Jawa? 

Bagi sebagian dari kita, petung mungkin sudah tidak asing lagi, terutama jika tumbuh di lingkungan yang masih kental dengan tradisi Jawa.

Petung merupakan bagian dari primbon yang berupa kumpulan ramalan dan perhitungan tradisional yang digunakan untuk berbagai keperluan hidup. 

Mulai dari mencari hari baik untuk pernikahan, membangun rumah, hingga kelahiran bayi. Menariknya, setiap petung menyimpan nasihat-nasihat bijak yang diambil dari kearifan lokal masyarakat Jawa

Menurut Kajian Hartono (2016), petung dalam primbon Jawa terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan keperluannya, mari kita bahas satu persatu

  1. Petung Salaki Rabi (Perjodohan)

 

Dalam tradisi Jawa, perjodohan dianggap sebagai keputusan yang sangat penting. Prinsip bibit, bobot, bebet dijadikan dasar dalam memilih pasangan. 

Bibit berkaitan dengan keturunan atau asal usul, bobot mencerminkan karakter dan kepribadian, sementara bebet berhubungan dengan status sosial. 

Dalam prosesnya, ada lima tahapan penting:

  • Siji pesthi: memastikan kepastian dalam hubungan,
  • Loro jodho: menekankan keselarasan kedua belah pihak,
  • Telu tibaning wahyu: berkat atau keberuntungan dari Tuhan yang turun kepada pasangan,
  • Papat drajat: mengukur status sosial kedua belah pihak dalam masyarakat, dan
  • Lima bandha: melambangkan lima hal penting dalam kehidupan rumah tangga, yaitu rumah (wisma), pasangan hidup (wanita), kendaraan (turangga), kebahagiaan (kukila), dan warisan (pusaka).

Petung ini mengajarkan bahwa cinta bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan, tapi juga masa depan dan stabilitas hubungan.

Baca Juga: Pandangan Islam Terhadap Primbon Jawa, Apakah Boleh Mempercayainya? Ini Penjelasan Akademisi


2. Petung Gawe Omah (Membangun Rumah)

 

Dalam membangun rumah, masyarakat Jawa mengutamakan kehati-hatian dan kesabaran. 

Prinsip alon-alon waton kelakon (perlahan tapi pasti) menjadi panduan agar setiap keputusan diambil dengan pertimbangan matang. 

Ada juga istilah kebat kliwat yang mengingatkan kita bahwa jika tergesa-gesa, bisa meleset.

Nasihat seperti mumpung sugih bajur sumugih (gunakan kekayaan saat masih ada) dan narima ing pandum (menerima dengan ikhlas apa yang diberikan) menjadi pengingat bahwa membangun rumah bukan hanya soal materi, tapi juga ketenangan jiwa.


3. Petung Bayi Lair (Kelahiran Bayi)

 

Setiap kelahiran dianggap membawa berkah bagi keluarga. Ada pepatah tunggak semi yang berarti kelahiran seperti tunas yang akan tumbuh besar. 

Selain itu, anak nggawa rejeki dhewe-dhewe (setiap anak membawa rejeki sendiri) menjadi keyakinan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang sudah ditentukan jalan rezekinya.

Petung ini mengajarkan bahwa setiap bayi adalah anugerah, dan masa depannya telah disusun oleh Tuhan.


4. Petung Lelungan (Bepergian)

 

Ketika seseorang hendak bepergian, ada nasihat wong pinter kalah karo wong bejo (orang pintar bisa kalah dengan orang yang beruntung). 

Artinya, dalam perjalanan hidup, tidak hanya kepintaran yang diperlukan, tapi juga keberuntungan. 

Ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan berdoa agar mendapatkan keberuntungan selama perjalanan.

Baca Juga: Cara Mengetahui Karakter Pernikahan Berdasarkan Perhitungan Weton Jawa: Dibagi Tujuh


5. Petung Sa’at Agung (Saat Agung)

 

Pada saat-saat penting dalam hidup, angon wayah (menjaga waktu) menjadi pedoman agar kita bijak dalam memanfaatkan setiap momen. Perhitungan waktu yang tepat dalam mengambil keputusan di momen agung bisa memberikan hasil yang lebih baik dan berkah.


6. Petung Boyongan (Pindah Rumah)

 

Ketika seseorang pindah rumah, pepatah omahku suwargaku (rumahku adalah surgaku) mencerminkan pentingnya menciptakan rumah yang penuh kedamaian. 

Rumah bukan hanya tempat tinggal fisik, tapi juga tempat perlindungan dan ketenangan bagi seluruh anggota keluarga.


7. Petung Kalamudheng (Mengerti Pengetahuan)

 

Petung ini mengajarkan kita untuk mangerteni elmu maling ora kanggo maling (mengerti ilmu pencuri bukan untuk mencuri). 

Maksudnya adalah memahami ilmu negatif bukan untuk diikuti, tetapi untuk mengetahui cara menghindari hal-hal buruk. 

Nasihat ini mengingatkan bahwa setiap ilmu harus digunakan dengan bijaksana.


8. Petung Nenandur (Bercocok Tanam)

 

Dalam hal bertani atau bercocok tanam, nasihat sapa nandur bakal ngunduh (siapa yang menanam, dia akan menuai) mengajarkan hukum sebab-akibat. 

Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Hal ini tidak hanya berlaku dalam pertanian, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan hubungan dengan orang lain.

Baca Juga: Cara Mengetahui Peruntungan dan Rezeki Berdasarkan Perhitungan Weton Jawa: Dibagi Lima


9. Petung Lelarane Manungsa (Penyebab Sakit Manusia)

 

Terakhir, petung ini mengingatkan kita pada nasihat sabda pandhita ratu tan kena wola-wali (perkataan pemimpin atau orang bijak tidak boleh diubah-ubah). 

Artinya, ucapan seseorang yang berpengaruh, seperti pemimpin atau tokoh masyarakat, harus dijaga karena bisa mempengaruhi orang lain. 

Kata-kata yang salah atau tidak tepat bisa menyebabkan ketidakseimbangan dan bahkan penyakit, baik fisik maupun mental.


Kesimpulan

Petung dalam Primbon Jawa adalah wujud kearifan lokal yang saray akan nasihat hidup. Setiap petung memberikan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.

Jika kita memaknai petung ini, kita diajarkan untuk bersikap bijak, berhati-hati, dan selalu mempertimbangkan waktu serta tindakan dalam setiap keputusan.

Meskipun berasal dari tradisi lama, nilai-nilai yang terkandung dalam petung tetap relevan hingga kini, mengajarkan kita pentingnya harmoni dalam hidup dengan alam, sesama, dan Tuhan.


Daftar Pustaka

Hartono. (2016). Petung dalam Primbon Jawa. Jurnal Litera, 15(2)


Penulis: Rian Aryandani, Mahasiswa Teknologi Pendidikan UNNES, Sekaligus pecinta budaya Nusantara

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar

Webinar Aku Wong Jawa

Diskusi Buku: Lukisan Kaligrafi

"Lukisan Kaligrafi: Mengukir Spiritual, Memahat Estetika". Bersama inisiator Teras Baca Boja, Zakia Maharani.

Daftar Sekarang!

📣 Ikuti Tantangan Bulanan "Cerita dari KKN"! 📣

Bagikan pengalaman KKN-mu yang paling berkesan dan menangkan hadiah menarik setiap bulannya! Ini kesempatanmu untuk berbagi cerita inspiratif dan mendapatkan apresiasi.
Iklan Webinar Aku Wong Jawa
Webinar Aku Wong Jawa

Nguri-uri Budaya Jawi ing Era Digital

Temukan kembali jati diri dan kearifan luhur Jawa yang relevan hingga kini. Mari bersama kupas tuntas filosofi adiluhung di webinar eksklusif "Aku Wong Jawa".

Daftar & Bangkitkan Jiwamu!