Mengenal Apa Itu Tradisi Yasa Peksi Burak: Peringatan Isra Miraj di Keraton Yogyakarta
YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Di Keraton Yogyakarta, ada sebuah tradisi unik yang selalu digelar untuk memperingati peristiwa Isra Miraj, yaitu Yasa Peksi Burak.
Apakah sedulur pernah mendengar atau bahkan menyaksikannya secara langsung?
Tradisi Yasa Peksi Burak bukan sekadar upacara tetapi mengandung makna dan filosofi. Lalu, apa sebenarnya yang membuat tradisi ini begitu istimewa? Yuk, kita simak lebih dalam melalui artikel ini, Lur!
Baca Juga: 12 Kata-kata Ucapan Isra Miraj 2023 Singkat, Penuh Doa dan Menyejukkan Hati
Makna dan Filosofi Yasa Peksi Burak
Yasa Peksi Burak merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan di Keraton Yogyakarta untuk memperingati peristiwa Isra Miraj, yang jatuh setiap 27 Rejeb dalam kalender Jawa.
Dalam bahasa Jawa, “Yasa” memiliki arti membuat atau mengadakan. Sementara “Peksi” mengacu pada burung dan “Burak” yaitu Buraq, makhluk yang diyakini sebagai kendaraan Nabi Muhammad SAW saat melakukan perjalanan Isra Miraj.
Dengan demikian, Yasa Peksi Burak merupakan simbol perjalanan spiritual yang sangat penting dalam tradisi Keraton Yogyakarta dan mengingatkan umat Muslim tentang makna perjalanan Nabi Muhammad SAW.
Prosesi Yasa Peksi Burak
Prosesi ini dilaksanakan di Bangsal Sekar Kedhaton, kawasan Keputren, dan dihadiri oleh Putri Dalem, GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara, Sentana Dalem Putri (kerabat), dan Abdi Dalem Keparak (Abdi Dalem Putri).
Menariknya, seluruh pembuatan Peksi Burak hanya boleh dilakukan oleh perempuan.
- Pembuatan Peksi Burak
Peksi Burak terbuat dari kulit jeruk bali yang dibentuk menyerupai kepala, leher, tubuh, dan sayap Buraq. Peksi Burak dibuat sepasang, yaitu jantan dan betina.
Perbedaan antara keduanya terletak pada jengger (pial) yang dipasang pada Peksi Burak jantan, sementara Peksi Burak betina diberi poles merah pada paruhnya.
- Pembuatan Pohon Buah
Selain Peksi Burak, ada juga pohon buah yang dibuat sepasang untuk menjadi tempat bertenggernya Peksi Burak.
Pohon buah ini terdiri dari delapan jenis buah yang disusun secara berurutan (dari bawah ke atas), yaitu pisang raja berpasangan, rambutan, manggis, jeruk, apel, sawo, jeruk bali yang telah dikupas, dan salak.
Pohon ini juga dihiasi dengan untaian tebu yang dipotong-potong setebal 4 cm.
- Pembuatan Pohon Bunga
Prosesi selanjutnya yaitu membuat empat pohon bunga yang melambangkan taman surga. Pohon bunga ini dibuat oleh para Abdi Dalem Keparak (Abdi Dalem Putri).
Empat pohon bunga disusun menggunakan daun kemuning dan empat jenis bunga, yaitu kamboja putih, kamboja merah muda, kamboja kuning, dan patra menggala.
Pohon bunga ini dikelilingi oleh rangkaian bunga mawar putih, mawar merah, kenanga, dan potongan daun pandan.
- Arak-arakan Peksi Burak
Setelah dibuat dan didoakan oleh Abdi Dalem Kanca Kaji, rangkaian Peksi Burak dan pohon bunga diarak dari Keputren menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe.
Prosesi ini dilakukan dengan oleh Abdi Dalem Kanca Abrit, Kanca Kaji, dan Suranata. Setelah sampai di Masjid Gedhe, rangkaian Peksi Burak dan pohon bunga diserahkan oleh Abdi Dalem Pengulon.
- Pembacaan Riwayat Isra Miraj
Prosesi terakhir dari Yasa Peksi Burak yaitu dengan pengajian pembacaan riwayat dan sejarah peristiwa Isra Miraj di Serambi Kagungan Dalem Masjid Gedhe oleh Abdi Dalem Pengulon menggunakan bahasa Jawa.
Riwayat tersebut mengisahkan percakapan singkat antara Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril selama perjalanan Isra Miraj, serta pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut.
Prosesi ini biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah salat isya. Setelah itu, rangkaian Prosesi Yasa Peksi Burak ditutup dengan membagikan buah-buahan kepada Abdi Dalem Pengulon dan para hadirin atau masyarakat yang hadir.
Wujud Dakwah Islam
Selain sebagai bagian dari budaya, Yasa Peksi Burak juga berfungsi sebagai media dakwah Islam. Peringatan Isra Miraj mengingatkan umat Muslim akan kewajiban salat lima waktu.
Selain itu, tradisi ini juga mengandung unsur sedekah yang tercermin dari pembagian buah-buahan kepada masyarakat.
Dengan cara ini, Keraton Yogyakarta turut berperan dalam mengingatkan dan memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat secara tidak langsung.
Kesimpulan
Tradisi Yasa Peksi Burak di Keraton Yogyakarta bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga sarat dengan simbolisme yang mendalam mengenai spiritualitas dan dakwah Islam.
Melalui pembuatan Peksi Burak, pohon buah, dan pohon bunga, prosesi ini menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dalam Isra Miraj.
Bukan hanya itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mengingatkan umat Muslim tentang pentingnya kewajiban salat lima waktu dan berbagi dengan sesama.
Dengan demikian, Yasa Peksi Burak tidak hanya merayakan peristiwa Isra Miraj, tetapi juga menjadi media untuk mempererat hubungan spiritual dan sosial dalam masyarakat.
Referensi
Iswanto, A. (2019). Keraton Yogyakarta dan Praktik Literasi Budaya Keagamaan Melalui Media Digital. Jurnal Lektur Keagamaan, 17(2), 321-348.
kratonjogja.id. Peksi Burak, Sarana Peringatan Isra Mikraj di Keraton Yogyakarta. Diakses pada 20 Januari 2025.
kratonjogja.id. Momentum Isra Mikraj, Keraton Yogyakarta Gelar Hajad Dalem Yasa Peksi Burak. Diakses pada 20 Januari 2025.
kratonjogja.id. Memperingati Peristiwa Isra Mikraj, Keraton Yogyakarta Gelar Tradisi Yasa Peksi Burak. Diakses pada 20 Januari 2025.
kratonjogja.id. Memperingati Isra’ Mi’raj dengan Yasa Peksi Burak. Diakses pada 20 Januari 2025.
kratonjogja.id. Yasa Peksi Burak Wawu 1953, Peringatan Isra Mikraj di Keraton Yogyakarta. Diakses pada 20 Januari 2025.
Penulis: Eva Ardelia Chitraloka, Junior Content Writer
Posting Komentar