Mengenal Motif Batik Gringsing yang Digunakan Sri Sultan Hamengkubuwana X Ketika Bertemu dengan Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo
YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Rabu, 15 Januari 2025 lalu, Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo mengadakan pertemuan tertutup dengan Sri Sultan Hamengkubuwana X di Keraton Kilen, dari Kompleks Keraton Yogyakarta selama kurang lebih satu jam.
Setelah pertemuan diadakan, mereka berdua nampak berbincang di pelataran Keraton.
Ngarsa Dalem dan Pak Jokowi sama-sama menggunakan pakaian batik. Namun dengan motif yang berbeda.
Saat itu, Ngarso Dalem X mengenakan Batik Gringsing.
Mengenal Motif Batik Gringsing
Batik dengan motif gringsing sudah ada sejak abad XIV, konon batik ini merupakan hadiah dari Raden Wijaya yang diberikan pada perwiranya setelah melakukan kegiatan bela negara.
Dalam artikel (Sulistyabudi, 2017), dijelaskan bahwa batik gringsing ini memiliki motif berupa bulatan bergaris tengah setengah cm dengan isen-isen berupa mata deuk yang saling bersinggungan dan tertata rapi.
Motif ini kemudian menjadi latar dari ragam hias alam sekitar, seperti tumbuhan, bunga, hewan kecil selayaknya kupu-kupu, capung, dan lain sebagainya.
Batik gringsing ini sering disebut dengan batik keraton, karena, hanya boleh dipakai oleh keluarga keraton saja.
Sebenarnya motif Batik Gringsing dimodifikasi menjadi dua jenis motif, yaitu Gringsing Terbuka atau disingkat GB, dan Gringsing Tertutup atau GT.
Motif GB berbentuk bulatan kecil dengan bergaris tengah setengah cm seperti sisik ikan dengan titik hitam seperti mata di bagian tengah.
Motif ini ada beberapa bentuk seperti GB Ceplok Bintang, GB kembang, GB Buketan, dan GB Lung Kembang.
Sementara GT yang merupakan pengembangan dari GB, berupa bulatan bergaris tengah setengah cm dengan bulatan tanpa titik tengah, atau hanya polosan saja.
Hal ini dikarenakan tertutup oleh malam. Julukan motif GT ini adalah dele kececer atau kedelai tercecer. Ada dua jenis GT yaitu GT Ceplok Kembang dan GT Lung Kembang.
Warna dalam batik ini sejatinya adalah warna klasik, yakni warna sogan atau coklat tua kehitam-hitaman. Namun seiring berjalannya waktu, warnanya menjdai lebih universal karena permintaan pasar.
Baca Juga: 7 Motif Batik Larangan yang Hanya Boleh Dipakai oleh Keluarga Keraton Yogyakarta
Makna Motif Gringsing
Gringsing berasal dari dua kata, gring atau gering yang berarti sakit, dan sing yang berarti tidak. Jadi, gringsing dapat diartikan tidak sakit atau sehat.
Dengan demikian, harapannya pengguna batik motif ini akan selalu diberi kesehatan dan panjang umur.
Baca Juga: Kenapa Batik Yogyakarta Dominan Berwarna Coklat? Ternyata Ada Filosofinya
Kesimpulan:
Pada Rabu, 15 Januari 2025, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwana X dalam pertemuan tertutup di Kraton Kilen, Keraton Yogyakarta.
Setelah pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam, keduanya berbincang santai di pelataran Keraton dengan mengenakan pakaian batik. Sri Sultan mengenakan batik motif Gringsing, yang memiliki nilai historis dan filosofis mendalam.
Batik Gringsing dikenal sejak abad XIV dan mulanya hanya digunakan oleh keluarga keraton. Motifnya terdiri dari pola bulatan kecil dengan ragam hias alam, seperti tumbuhan dan hewan kecil. Motif ini diyakini membawa makna kesehatan dan panjang umur, sesuai dengan arti kata "Gringsing" (tidak sakit).
Warna klasik batik Gringsing adalah sogan, namun kini telah berkembang menjadi lebih universal. Sri Sultan Hamengkubuwana X mengenakan motif ini dengan harapan terus diberi kesehatan dan umur panjang.
Referensi:
Sulistyabudi, N. (2017, Desember). Batik Gringsing dan Ceplok Kembang Kates Bantul. Dinamika Kerajinan dan Batik, 34(2), 93-102.
Penulis: Nadya Zuhri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang belajar melestarikan budaya.
Posting Komentar