Makna Leksikal dan Kulturan Sesaji dalam Ritual Jamaran Kanjeng Nyai Jimat Milik Keraton Yogyakarta
YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Segala tradisi turun-temurun sudah semestinya kita jaga kelestariannya ya sedulur.
Hal ini juga berlaku bagi tradisi ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat Keraton Yogyakarta.
Karena pada kenyataannya, generasi muda saat ini banyak yang mulai melupakan tradisi ini.
Pelaksanaan tradisi ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat ini tidak lepas dari sesaji sebagai kelengkapannya dan terdapat berbagai istilah dalam sesaji ini.
Lalu, bagaimanakah klasifikasi istilah sesaji yang digunakan dalam ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat?
Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi istilah sesaji ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat berdasarkan makna leksikal dan kultural. Simak ulasannya di sini!
Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kanjeng Nyai Jimat
Dikutip dari artikel Supriyani, Baehaqie, & Mulyono yang berjudul “Istilah-Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat di Museum Kereta Keraton Yogyakarta”, ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat bermakna penting.
Mengingat tradisi ritual ini masih tetap dilestarikan dan juga disakralkan oleh Keraton Yogyakarta.
Dalam ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat ini terdapat banyak istilah sesaji yang memiliki makna serta fungsi yang terkandung di dalamnya.
Makna Leksikal Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kanjeng Nyai Jimat
Istilah-istilah sesaji ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat berdasarkan makna leksikal.
Makna leksikal ini merujuk pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan yang dapat berdiri sendiri tanpa melihat konteks.
Pertama adalah dhuwit. Makna leksikal dhuwit adalah alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dapat berupa kertas, emas, perak, atau logam yang dicetak.
Istilah dhuwit sebagai penawar sesaji lainnya yang masih kurang.
Sesaji berupa dhuwit dalam ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat di museum kereta Keraton Yogyakarta berupa koin dan kertas sebesar Rp 21.000,00.
Dhuwit tersebut ditaruh dalam panjang ilang.
Kedua adalah clorot. Makna leksikal clorot adalah makanan yang dibuat dari tepung ketan dengan diberi pewarna kemudian dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut.
Istilah clorot dalam sesaji ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat diletakan bersama dengan jajan pasar sebanyak tujuh buah.
Baca Juga: 3 Sesaji dalam Ritual Jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat di Keraton Yogyakarta
Makna Kultural Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kanjeng Nyai Jimat
Makna kultural dalam istilah sesaji ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat di museum kereta Keraton Yogyakarta memiliki suatu pandangan tertentu.
Pandangan tersebut mengenai sebuah kata atau arti dari sebuah kata yang hanya ada dalam keyakinan masyarakat secara turun menurun.
Istilah yang memiliki makna kultural terdapat pada istilah Gedhang Raja atau ‘pisang raja’.
Istilah Gedhang Raja dalam sesaji ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat memiliki makna agar pemimpin (Raja) dapat memakmurkan kesejahteraan rakyatnya.
Suatu masyarakat akan hidup tentram dan bahagia apabila pemimpin dan rakyatnya dapat saling mendukung dan saling melengkapi.
Pemimpin (Raja) tidak bersikap semena-mena pada rakyatnya tetapi dapat mengayomi rakyatnya.
Kata raja yang dimaksud adalah raja Keraton Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuwana X.
Selain itu, Gedhang Raja yang dipakai untuk sesaji ritual jamasan kereta Kanjeng Nyai Jimat merupakan pisang pilihan yang layak untuk diberikan kepada sang leluhur.
Kesimpulan
Dalam istilah ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat, makna leksikal terdapat pada istilah dhuwit dan clorot.
Makna kultural dalam istilah ritual jamasan Kanjeng Nyai Jimat mencerminkan keyakinan masyarakat secara turun temurun yang ditemukan dalam istilah gedhang raja.
Referensi
Supriyani, D., Baehaqie, I., & Mulyono, M. (2019). Istilah-Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat di Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Jurnal Sastra Indonesia, 8 (1), 6-11.
Penulis: Fauzan Ansori, Mahasiswa Teknologi Pendidikan UNNES sekaligus penggemar keluarga Keraton Yogyakarta.
Posting Komentar