Mengenal Makna Bangunan di Bangsal Poncotiti Bersama Mbak Ami, Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Sebagian bangunan yang dibangun di Keraton Yogyakarta adalah peninggalan sejak zaman kerajaan. Beberapa ada yang direnovasi namun tetap tidak menghilangkan kesan maknawi dalam bentuknya.
Seperti beberapa bangunan yang dikunjungi oleh tim podcast Kisah Tanah Jawa Bersama dengan Mbak Ami, abdi dalem keraton.
Bersama-sama mereka mengupas bentuk dan makna bangunan yang ada di Bangsal Poncotiti.
Kamundungan Lor
Bagian paling depan dari Bangsal Poncotiti adalah Kamundungan Lor.
Tempat ini berupa sebuah pintu yang menyerupai gerbang dan berfungsi untuk tempat pemberhentian mobil tamu sekaligus menyambut tamu yang datang.
Dalam kehidupan manusia kamandungan lor ini diibaratkan sebagai pintu menuju kehidupan selanjutnya setelah di dunia.
Regol Srimanganti
Menurut artinya manganti berarti tempat penantian tertinggi, sedangakan sri manganti adalah raja yang berkuasa. Jadi regol srimanganti diartikan sebagai tempat penantian raja yang berkuasa.
Sebelum memasuki tempat tersebut, terdapat tembok yang menyiratkan adanya perbedaan kedudukan tempat yang akan dituju selanjutnya.
Selain itu ada pula kala mangkara atau perwujudan dari raksasa.
Fungsi kala mangkara berfungsi sebagai pelindung dan menolak bala serta menaungi suatu bangunan dari segala hal yang jahat.
Selain itu adanya kala mangkara juga menjadi petuah agar manusia bisa introspeksi diri sebelum bertemu raja.
Abdi dalem atau orang yang akan masuk ke dalam regol srimanganti harus menggunakan pakaian yang rapih dan tertutup. Untuk abdi dalem wajib menggunakan seragam kebaya dan jarik tanpa alas kaki.
Pelataran Sri Manganti
Di pelataran ada dua bangsal yang berdiri tegak, yakni bangsal srimanganti, dan bangsal trajumas. Dua bangsal ini berdiri saling berhadapan, uniknya bangsal trajumas memiliki 6 saka untuk menyokong bangunannya.
Trajumas diartikan sebagai timbangan emas. Hal ini selaras dengan alam barzah atau tempat penimbangan amal sebelum manusia diputuskan masuk surga atau neraka.
Regol Dono Pratopo
Tembok yang berdiri sebagai pemisah pelataran ini, merupakan tempat dimana seseorang dapat merasa senang dan berbangga karena memiliki banyak pahala, serta tempat bersedih bagi mereka yang banyak dosa.
Dwarapala
Berupa sebuah patung yang sudah ada sejak tahun 1931 sebagai proses refleksi diri. Di bagian kanan berarti baik atau benar, sementara bagian kiri berarti buruk atau salah.
Bangunan-bangunan di Keraton Yogyakarta, meskipun beberapa telah direnovasi, tetap mempertahankan nilai maknawi dan simbolis yang mendalam, mencerminkan filosofi hidup masyarakat Jawa.
Bangsal Poncotiti, yang menjadi objek pembahasan dalam podcast Kisah Tanah Jawa, memiliki berbagai elemen arsitektur yang kaya akan makna spiritual dan budaya.
Kamundungan Lor, misalnya, dianggap sebagai pintu menuju kehidupan setelah dunia, sementara Regol Srimanganti melambangkan tempat penantian tertinggi bagi raja, dengan pengamanan dan simbol perlindungan seperti kala mangkara yang bertugas menolak bala.
Pelataran Sri Manganti yang diisi oleh bangsal-bangsal penting, termasuk bangsal Trajumas, juga memegang filosofi tentang penimbangan amal manusia.
Setiap elemen, seperti Regol Dono Pratopo dan Dwarapala, mengandung pesan tentang introspeksi, moralitas, dan pertanggungjawaban hidup.
Bangunan-bangunan ini tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga sebagai simbol yang menyiratkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam kehidupan masyarakat Keraton Yogyakarta.
Referensi:
Kisah Tanah Jawa (2020, 4 November). Keraton Yogyakarta: Sepenggal Kisah Budaya Keraton Yogyakarta. [Video]. Youtube
Penulis: Nadya Zuhri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Posting Komentar