35+ Istilah dalam Pakeliran atau Pagelaran Wayang, Ada Kelir, Keprak, Blencong, dan Kendhaga

Daftar Isi

Debog atau pelepah pisang untuk menancapkan wayang (wikimedia.org/herusutimbul)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa -
Pagelaran wayang adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang digemari masyarakat yang biasanya diselenggarakan dalam acara-acara hajatan. (Ratna Asmarani, 2023). 

Dahulu, wayang termasuk media masa tradisional, namun dalam praktiknya kini peralatan atau pirantinya sudah ada yang mulai beralih ke alat modern, meskipun tidak semuanya. 


Bagi penggemar wayang, mungkin tidak asing dengan Pak Dhalang muda asal Nganjuk, RM Akbar Syahalam. 


Dalam akun instagramnya @denakbar_, ia kerap membagikan printilan pentas wayang. Mulai dari posisi kaki saat memukul kerak, gunungan wayang dan sebagainya. 


Nah bagi dulur yang ingin mengetahui wayang secara lebih lanjut, berikut babad.id sajikan daftar istilah dalam pagelaran wayang yang dikutip dari Kamus Bausastra Online.


Ajon-ajon adalah piranti untuk memasangkan blencong yang biasanya dipasang tegak lurus di bagian sisi atas tengah gawangan.  Panjangnya sekitar satu hasta atau 60-70 cm.  Benda ini biasanya terbuat dari kayu atau logam. 


Bambangan adalah penggambaran wayang untuk tokoh-tokoh muda. Ciri utamanya tubuh sedang, hidung lancip, mata liyepan, muda menunduk, dan kaki depan dan belakangnya rapat. 


Blayen adalah penggambaran tokoh wayang bayi dan dewa yang bertubuh kecil. 


Blencong adalah sumber pencahayaan atau bahasa kerennya lighting yang menimbulkan efek bayang-bayang di kelir. 


Blencong biasanya digantung dan dikaitkan di ujung ajon-ajon dengan ketinggian disesuaikan kebutuhan. 


Dahulu blencong umumnya berupa blencong geni, namun kini sudah digantikan dengan lampu halogen. 

Apakah blencong geni masi digunakan? Masih, namun terbatas pada upacara ritual, seperti upacara ruwatan di Jogja. 


Cundhuk, yaitu hiasan yang diletakkan di atas gawangan atau kerangka untuk njereng kelir. Biasanya berupa hiasan ukiran kayu yang berujud patra atau dedaunan atau dua naga yang saling membelakangai. Ukiran ini dihias dengan prada emas murni. 


Cempala atau cempala gapit adalah alat yang digunakan Pak Dhalang untuk membunyikan keprak sehingga membunyikan efek suara “crik”, “crek,” “thing,” “jrek,” dan sebagainya. 


Alat ini terbuat dari kayu keras seperti galih asem dengan ukuran lebih kecil dari platukan karena pengguaan alat ini dengan digapit jempol jari telunjuk dan jempol kaki. 


Seiring perkembangan zaman, juga ada cempala yang terbuat dari bahan logam.


Debog, yaitu batang pisang yang dipakai untuk menancapkan wayang supaya tetap berdiri tegak. 

Tidak sembarangan debog yang bisa dipakai dalam pagelaran wayang, hanya pisang Kluthuk atau Pisang Batu yang bisa diunakan, karena karakternya keras, kesat, panjang dan lurus. 


Jumlah debog yang dibutuhkan dalam pagelaran ada 4, yaitu debog palenggahan, debog paseba, debog simpingan kanan dan kiri. 


Dalam pagelaran wayang biasanya ada dua debog berjajar namun ketinggiannya berbeda.


Debog palenggahan atau debog nduwur adalah debog yang dipasang langsung berdekatan dengan palemahan (debog tinggi). 


Pemasangan debog ini disahakan sebahu pak dhalang sehingga batas atas palemahan kurang lebih sebahunya. 


Dengan begitu, Pak Dhalang akan lebih mudah dalam olah sabetan atau memainkan wayang. 


Debog paseba atau debog ngisor adalah debog yang dipasang di bawah debog palenggahan. 


Debog simpingan adalah debog yang dipakai untuk menancapkan wayang simpingan. Biasanya ditambahkan pada bagian kanan dan kiri yang jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah wayang. 


Dalem ageng adalah bangunan yang menjadi tempat beradanya kamar tidur atau senthong. Biasanya lantai dasarnya lebih tinggi dari pada pendopo dan paringgitan. 


Duhahan adalah wayang-wayang yang tidak termasuk simpingan. 


Dhogdogan adalah efek suara yang ditimbulkan dari pukulan platukan dan lambung kendhaga atau kotak wayang.


Eblek adalah anyaman bambu untuk menyimpan wayang yang tidak atau belum dikelirkan, namun sudah dipilah menurut jenis dan golongan wayang.  

Eblek biasanya yang dilapisi kain yang dijahit atau busa tipis. Kalau simpingan kan sudah dipasang ya lur.


Gagahan adalah penggambaran tokoh wayang yang dengan poostur gagah, misalnya raja dan kesatriya. 


Gawangan, yaitu kerangka untuk membentangkan atau njereng njereng kelir. Biasanya berbentuk persegi panjang dan terbuat dari kayu dengan hiasan ukiran. Panjangnya sekitar 4,5-5 meter dan tingginya sekitar 2,5-3 meter. 


Jagadan  adalah kelir area gerak wayang. Kalau dulur melihat area kosong di mana dhalang menggerakkan wayang, nah itu adalah jagadan. Panjangnya kurang lebih satu dhepa atau satu rentang maksimal lengan Pak Dalang. 


Katongan adalah penggambaran tokoh wayang dari raja. Biasanya ukurannya besar. 


Kelir, yaitu layar tempat memainkan boneka wayang atau tempat di mana kamu bisa melihat siluet wewayangan. Kelir biasanya dibentangkan untuk menutup pintu utama dalem ageng, dengan begitu penonton bisa melihat pagelaran wayang di pendapa dan dalem ageng. Panjanganya mengikuti menyesuaikan panjang gawangan, dan lebarya sekitar satu meter. 


Kendhaga atau kotak wayang adalah wadah untuk menyimpan wayang, namun dalam pementasan berfungsi untuk nyentelke keprak dan dhodhogan sebagai efek suara dari puklan platikan ke lambung atau 

bibir kotak. 


Kendahaga basanya diletakkan di bagian kiri Pak Dhalang, sedangkan tutupnya diletakkan di bagian kanan Pak Dhalang atau melintang tegak lurus dengan kendhaga di bawah cangklak. 


Klanthe adalah bagian untuk mengencangkan kelir dan biasanya terbuat dari logam. Biasanya ada di bagian langitan kelir yang mengaitkan kelir di gawangan bagian aas, sedangkan palemahan kelir terletak di bagian bawah dan dijahit secara permanen. 

Fungsi klanthe ini dapat digantikan dengan kolongan kain juga lur. 


Keprak adalah lempengan plat logam yang digantungkan di lambung kotak wayang atau kendhaga bagian luar yang pemasangannya dilandasi dengan dhompal, yaitu potongan papan kayu keras yang lebih luas dari luasan keprak. 


Langitan, yaitu batasan dari bagian atas gawangan yang dilengkapi dengan klanthe atau klowongan untuk mengaitkan kelir di gawangan. 


Logok adalah tokoh wayang yang memilii muka cenderung menatap ke arah depan dan tidak mendongak atau menunduk. 


Luruh adalah penyebutan untuk muka wayang yang cenderung menunduk. 


Panggung, yaitu tempat untuk menggelar dan menata peralatan pentas pagelaran wayang. Biasanya ukuranya kurang lebih 12x10 meter.  Tempat ini digunakan untuk menata gawangan, kelir, simpingan, dan tempat duduk dalang. 


Palemahan atau sitenan, yaitu batasan tanah yang dipakai untuk membentangkan gawangan dan kelir. Biasanya berbatasan langsung dengan debog atau batang pisang. Lebarnya sekitar sageblog atau selebar telapak tangan dengan jari yang rapat. 


Patihan  adalah  penyebutan untuk wayang dari golongan patih. 


Placak adalah bagian dari kelir yang ditancapkan ke dalam debog dan biasanya terbuat dari logam. Placak ini terhubung dengan klanthe. 


Fungsi placak ini juga bisa digantikan dengan potongan bambu yang diatur sedemikian rupa hingga menyerupai pasak tenda dengan ukuran kurang lebih se jari telunjuk. 


Platukan adalah alat yang digunakan oleh Pak Dhalang untuk memukul lambung kotak wayang atau kendhaga unntuk menimbulkan efek suara. Pak Dhalang memegang alat ini menggunakan tangan kiri. 


Biasanya terbuat dari kayu keras namun berserat lembut, seperti galih asem, sana keling, tayuman, sawo, esek, kanthil dan sebagainya. 


Ada bagian metol dalam platuk, biasanya ukurannya segenggam tangan,dan semakin ke ujung, maka semakin kecil. 


Pringgitan atau Paringgitan, yaitu tempat yang dikhususkan untuk menyelenggarakan pagelaran wayang. Tempat ini terletak di antara pendhapa dan dalem ageng. Biasanya dapat dijumpai di dalam kerajaan atau dalem kerajaan. 


Putren adalah penyebutan untuk golongan wayang dari putri kerajaan. 


Raton adalah penyebutan untuk golongan wayang dari ratu.


Sabrang alus adalah penyebutan untuk golongan wayang dari raja-raja atau kesatria tampan dari tanah sebrang. 


Sempyok, yaitu hiasan dari kain bersulam atau kain cinde untuk menutup bagian langitan. Sulamannya biasanya berasal dari benang emas atau monten, dan bagian di tengah kelir biasanya berupa sulaman lambang atau nama si pemilik sempyok. 


Setanan adalah penyebutan untuk golongan wayang dari hatu atau setan. 


Simpingan adalah tatanan wayang yang ditancapkan pada debog secara berjajar di kiri dan kanan jagadan. 

Ada dua jenis simpingan: simpingan kanan untuk tokoh-tokoh protagonis, dan simpingan kiri untuk tokoh-tokoh antagonis. 

Urutannya juga tidak sembarangan, dimuali dari wayang berukuran besar hingga kecil yang ditancapkan pada debog simpingan paling kiri hingga paling kanan berdekatan dengan jagadan. 


Sligi adalah kayu atau besi yang digunakan untuk menarik bentangan kelir dari sisi kanan ke sisi kiri. Benda ini biasanya dimasukkan dalam kolongan di sisi kanan dan kiri kelir, sedangkan bagian atas dimasukkan dalam kolongan gawangan untuk menahan bentangan, dan bagian bawah ditancapkan pada debog. 


Wayang yang ditata itu wajahnya juga tidak boleh saling tumpang tindih atau menutupi


Tlapak dara adalah piranti untuk menancapkan debog supaya bisa dipasang secara horizontal. Benda ini biasanya terbuat dari kayu dengan kaki yang menyerupai cakar ayam, dan bagian atasnya dibuat agak lancip. 


Meskipun begitu, ada kalanya tapak dara juga terbut dari debog yang didirikan secara vertikal yang tingginya disesuaikan menurut kebutuhan. Tinggi tapak dara kurang lebih sekitar 40-40 cm.

Sumber

Kamus Bausastra 


Asmarani R. 2023. Dialog Cangik dan Limbuk: dalam Kajian Feminisme. Jurnal Fakultas Budaya Universitas Diponegoro. 


Posting Komentar