BABAD.ID - Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh umat muslim pada saat ini adalah menyempurnakan tradisi puasa yang telah dilakukan umat-umat agama Samawi sebelumnya.
Jika puasa sebelumnya tidak ada sahur, maka puasa Ramadhan umat Islam ada perintah untuk makan sahur.
Jika puasa sebelumnya (Ahli KItab) dilakukan oula di luar bulan Ramadhan, maka puasa umat Islam dilakukan hanya pada bulan Ramadhan selama sebulan penuh.
Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Kamu Harus Menuntut Ilmu, Walaupun Kamu Sudah Tua
Jika umat sebelumnya (Ahli KItab) mengakhirkan berbuka, maka umat Islam dianjurkan untuk menyegerakan berbuka.
Jika umat terdahulu melakukan puasa wishal (bersambung), maka umat muslim dilarang untuk melakukannya.
Jika puasa ditetapkan oleh Allah SWT kepada Maryam menjadi batal ketika berbicara, maka puasa yang disyariatkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak batal karena berbicara.
Baca Juga: Diciptakan oleh Sunan Bonang, Berikut Ini Lirik Lagu Tombo Ati oleh Opick
Model puasa Ramadhan yang ditetapkan syariat agama terakhir ini dirasa lebih ringan dan lebih bisa diterima.
Mengingat bahwa umat akhir zaman adalah umat yang lemah, sehingga mereka perlu mendapat kelonggaran.
Dengan demikian, sebaiknya kita optimalkan melakukan amalan-amalan baik di Bulan Ramadhan.
Baca Juga: Penjelasan Ustaz Abdul Somad tentang Hukum Mencium Istri saat Puasa Ramadhan, Boleh atau Tidak?
Artikel Terkait
Kultum Ramadhan: Ternyata ini Balasan Bagi Orang yang Membaca Al Quran
7 Ucapan Menyambut Ramadhan 2023, Cocok untuk Konten Media Sosial
Bacaan Doa Hari ke 18 Ramadhan, Lafalkan untuk Mohon Penerangan Hati
Penjelasan Ustaz Abdul Somad tentang Hukum Mencium Istri saat Puasa Ramadhan, Boleh atau Tidak?
Bacaan Doa Hari ke 19 Ramadhan Lengkap : Tulisan Arab, Latin dan Artinya