Atasi Penurunan Devisa dan Penderitaan Petani: Indonesia Harus Bersikap Tegas di WTO Mengenai BMI Biodiesel

- Jumat, 25 Agustus 2023 | 20:21 WIB
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia  (LPEM FEB UI) Eugenia Mardanugraha
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Eugenia Mardanugraha

BABAD.ID - Peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Eugenia Mardanugraha, mengingatkan bahwa pemerintah perlu mengambil langkah tegas dalam Word Trade Organization (WTO) untuk mempengaruhi Uni Eropa (UE) terkait penerapan Bea Masuk Imbalan (BMI) pada biodiesel.

“Lobi tersebut harus dilakukan secara terukur dan berani karena imbas dari kebijakan itu adalah turunnya devisa ekspor Indonesia dan nasib jutaaan petani yang makin terpuruk,” kata Eugenia Rabu 23 Agustus 2023.

Eugenia menegaskan bahwa upaya diplomasi dalam perundingan internasional di WTO harus dilakukan dengan penuh strategi dan upaya maksimal.

Baca Juga: Harga BBM per 1 Mei 2023 Turun, Cek Harga Terbaru dari Pertamina di SPBU Seluruh Indonesia

Lebih lanjut, UE telah menerapkan BMI dalam kisaran 8-18 persen sejak tahun 2019.

Kebijakan penerapan BMI ini telah menyebabkan kerugian serius bagi sektor industri Indonesia, terutama setelah ekonomi global terdampak pandemi Covid-19.

“Indonesia sendiri menilai proses penyelidikan dan pengenaan BMI tersebut inkonsisten terhadap aturan WTO,” ujar Eugenia.

Baca Juga: Intip Kisah Selat Solo, Modifikasi Steak Eropa ala Jawa yang Banyak Penggemarnya, Ternyata Ini Penyebabnya

Tidak hanya itu, Eugenia juga menyoroti pentingnya peningkatan produksi kelapa sawit dalam negeri. Dengan demikian, harga biodiesel dapat bersaing dengan harga solar.

“Ini penting agar kedepan, biodiesel tidak perlu lagi terus menerus disubsidi lagi dari dana yang dikelola oleh BPDPKS,” kata Eugenia.

Dia juga menyarankan adanya variasi penggunaan kelapa sawit sebagai bahan bakar dalam negeri.

“Penciptaaan biobensin mungkin bisa menjadi alternatif, sehingga dengan mudah kita mengendalikan suplai biodiesel ke UE,” kata Eugenia.

Baca Juga: Resep Cireng Bumbu Rujak yang Super Gampang , Bahannya Murah Meriah dan Cocok untuk Cemilan di Sore Hari

Jika langkah ini bisa direalisasikan, Indonesia akan lebih percaya diri terhadap pembatasan biodiesel ke Eropa, karena permintaannya sudah terpenuhi di dalam negeri.

Halaman:

Editor: Abdul Arif

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X