BABAD.ID – Dugderan adalah tradisi menyambut bulan suci Ramadhan di Kota Semarang. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak beberapa tahun silam.
Tepatnya, dugderan dimulai pada tahun 1881 di masa pemerintahan Bupati Semarang, Raden Mas Tumenggung Aryo Purbaningrat.
Bukan tanpa sebab, tradisi khas Semarang yang dinamakan dugderan ini diambil dari bunyi bedug serta dentum meriam.
Baca Juga: Raffi Ahmad Beri Klarifikasi Bantahan Minta Kembalikan Uang yang Telah Diberikan Kepada Indra Bekti
Sejarah diadakannya dugderan yaitu karena perbedaan pendapat masyarakat dalam penentuan awal puasa pada Bulan Ramadhan.
Kurang lebih sudah 142 tahun sejak dimulainya tradisi ini. Namun, hebatnya masih selalu dilaksanakan setiap tahun.
Hanya saja ketika pandemi covid, membuat dugderan tidak dapat dilaksanakan sebanyak dua kali berturut-turut.
Baca Juga: Apakah ada Dzikir di Bulan Syaban yang Bisa Menghapus Dosa Selama 1000 Tahun ?
Akan tetapi, setelah pandemi reda, pada 2022 kembali dilaksanakan tradisi dugderan meskipun tidak disertai arak-arakan.
Tradisi dugderan diawali dengan karnaval dan menyalakan petasan sambil mengelilingi rute yang telah ditentukan.
Rute dalam pelaksanaan tradisi ini dimulai dari Balaikota Semarang, kemudian menuju Masjid Agung Semarang, dan puncaknya ada di Masjid Agung Jawa Tengah.
Baca Juga: Hukum Puasa Setelah Malam Nisfu Syaban: Apakah Benar Diharamkan?
Dalam pelaksanaan tradisi ini, melibatkan beberapa warga Semarang.
Untuk memeriahkan acara, peserta karnaval membuat mobil yang dihias semenarik mungkin.
Dikutip dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, terdapat satu patung wajib yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu Warak Ngendog.
Artikel Terkait
Kenali! Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Dua Desa Menjadi Sentra Batik di Cirebon
Belajar Sejarah dengan Mengunjungi Situs Cagar Budaya, Berikut Situs di Kabupaten Batang!
8 Arti Paribasa Jawa Barat Lengkap Dengan Artinya Yang Berkaitan Dengan Hubungan Sesama
4 Shio Ini Punya Mental Baja, Kuat Hadapi Kritik dan Capai Karir Melejit
Kapan Weton Selasa Pahing Mencapai Puncak Kejayaan? Ini Penjelasan Primbon Jawa