Ini Asal-usul Dugderan Menyambut Ramadhan, Warga Semarang Wajib Tahu

- Senin, 20 Maret 2023 | 09:26 WIB
Ilustrasi Dugderan | Dok. Pemprov Jateng
Ilustrasi Dugderan | Dok. Pemprov Jateng

BABAD.ID - Dugderan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Kota Semarang, Jawa Tengah untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Dugderan tahun ini merupakan kali pertama digelar sejak kebijakan PPKM karena pandemi Covid-19.

Tentu masyarakat Semarang sudah menanti-nantinya karena sudah lama tidak menyaksikan kemeriahan dugderan.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Tempat Bukber di Semarang, Cocok untuk Nostalgia Bareng Teman Lama, Nyaman dan Luas

Khusus menyambut Ramadhan 2023, Pemerintah Kota Semarang telah menggelar serangkaian tradisi dugderan pada 20-21 Maret 2023.

Ada arak-arakan Warag Ngendog dan kirab budaya yang akan memeriahkan Dugderan tahun ini.

Naah, sebenarnya bagaimana asal-usul tradisi Dugderan di Kota Semarang ini?

Baca Juga: Warak Ngendog Itu Apa? Ikon Tradisi Dugderan di Semarang yang Diarak Keliling Kota Jelang Ramadhan

Djawahir Muhammad dalam buku "Semarang: Lintasan Sejarah dan Budaya" mencatat, tradisi dugderan muncul untuk kali pertama pada masa Bupati Semarang 1881-1889, KRMT Ario Purboningrat.

Prosesi dugderan digelar saat sore hari menjelang awal bulan Ramadhan di Masjid Besar Kauman.

Di masjid tersebut, para ulama bermusyawarah dalam penetapan awal bulan Ramadhan.

Baca Juga: 3 Produk Wisata yang Dapat Anda Temukan di Objek Wisata Desa Wisata Mangrove Tanjung Rejo, Deli Serdang

"Setelah peserta halaqah dapat mengambil keputusan, maka salah seorang dari para ulama itu nenyampaikannya pada Kanjeng Bupati," tulis Djawahir.

Masyarakat tampak antusias menyambut Bupati dalam perjalanan menuju ke Masjid Besar Kauman. Mereka menanti pembacaan halaqah dan pemukulan bedug.

Halaman:

Editor: Abdul Arif

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X