Nasehat Panembahan Ismaya pada Sarayuda dalam Buku Keris Naga Sasra Sabuk Inten

- Jumat, 1 Juli 2022 | 09:51 WIB
Ilustrasi Buku Naga Sasra Sabuk Inten karya SH Mintardja.
Ilustrasi Buku Naga Sasra Sabuk Inten karya SH Mintardja.
BABAD.ID – Buku Keris Naga Sasra Sabuk Inten merupakan buku dengan ejaan bahasa lama dalam ejaan bahasa Indonesia. Buku tersebut merupakan katya SH Mintardja yang terbit pada tahun 1982.
 
Generasi millenial pasti tidak banyak yang tahu. Buku ini terbit terakhir tahun 2005. Cetakan pertama pada tahun 1966. Keris Nasga Sasra Sabuk Inten merupakan sebuah novel berseri. Jumlah total ada 16 seri. 
 
Buku Keris Naga Sasra Sabuk Inten ini memuat cerita tentang dunia persilatan Jawa, dengan tokoh utama Mahesa Jenar.
 
 
Selain itu tokoh utama yang juga dikenal dengan Nama Rangga Tohjaya. Seorang perwira kesultanan Demak. Mengembara mencari sepasang keris pusaka yang hilang, Kyai Nagasasra dan Sabukinten.
 
Buku ini mengambil setting waktu pada masa pemerintahan Sultan Trenggana di Kesultanan Demak. Buku ini tidak lupa menceritakan cerita tokoh-tokoh sejarah namun juga mitos yang melingkupinya.
 
Alur cerita yang kaya akan makna menjadi sisi daya tarik selain menceritakan tokoh sejarah dan mitos yang melingkupinya.
 
 
Kisah sederhana namun tidak membosankan, runut bertaut dan fisualisasi latar cerita bisa tergambar. 
 
Begitu pula dialog pada cerita dan tokoh. Seperti dialog nasehat Panembahan Ismaya pada Sarayuda. 
 
Panembahan Ismaya merupakan orang yang menjadi kepercayaan sultan, levelnya berada di atas pangeran Adipati. Sedangkan Sarayuda adalah Demang yang kaya raya. Menguasai daerah luas, daerah Pegunungan Kidul.
 
 
Sarayuda sebagai seorang Demang sering meminta saran dan pendapat mengenai situasi yang dialaminya kepada Panembahan Ismaya. Baik mengenaik perselisihan, melihat perubahan orang-orang. Tentang kepentingan, tentang pendapat-pendapat yang terkadang tidak sejalan.
 
Dalam buku seri ini terdapat banyak dialog yang syarat akan makna.
Mengutip dialog nasehat Panembahan Ismaya pada Sarayuda.
 
“Perbedaan pendapat dan persamaan kepentingan adalah lumrah, sehingga akibat yang ditimbul karena itupun lumrah pula”. 
 
 
Nasehat ini menggambarkan bahwa perbedaan pendapat dan persamaan kepentingan itu lumrah terjadi. Menyikapi masyarakat yang majemuk dan penuh dengan kepentingan.
 
Setiap orang pasti mempunyai pendapat dan mempunyai kepentingan masing-masing. Nasehat ini bisa menjadi sebuah bahan untuk membuat langkah dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Karena akibat yang ditimbulkan itu lumrah dan harus siap menghadapinya.
 
Sarayuda merupakan orang yang bertanggung jawab atas wilayah dan rakyatnya. Sarayuda merupakan seorang yang menyadari kekayaan yang dimiliki, namun tidak berlebih-lebihan. Akan tetapi cara berpakaian menunjukkan tentang keadaannya.
 
Dari profil singkat Sarayuda bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu sebuah keputusan dalam melihat pendapat-pendapat para penguasa dan kepentingannya.*** 

Editor: Abdul Arif BabadID

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X