BABAD.ID - Sunan Kalijaga memanfaatkan tembang E, Dhayohe Teka sebagai sarana menyebarkan ajaran-ajaran Islam pada masa itu.
Bukan hanya sekedar lagu anak-anak, tembang ini sarat akan makna. Lirik tembang dolanan E, Dhayohe Teka adalah:
E, dhayohe teka // E, gelarna klasa
E, klasane bedhah // E, tambalen jadah
E. Jadahe mambu // E, pakakna asu
E, asune mati // E, buwangen kali
E, kaline banjir // E, kelekna pinggir
Baca Juga: Bulan Dzulhijjah, Mengapa Banyak Undangan Nikah? Begini Penjelasannya
Alih bahasa dari tembang di atas adalah sebagai berikut:
Eh, tamunya datang // Eh, bentangkan tikar
Eh, tikarnya sobek // Eh, ditambal jadah
Eh, jadahnya busuk // Eh, berikan pada anjing
Eh, anjingnya mati // Eh, buang ke sungai
Eh, sungainya banjir // Eh, hanyutkan di pingggir
Tembang E, Dhayohe Teka memberikan pengajaran kepada anak-anak untuk menghormati dan menghargai tamu.
Baca Juga: Bagaimana Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Inklusif? Begini Penjelasan Kemendikbudristek
Di antara adab untuk memuliakan tamu ialah menyambut tamu dengan ramah, mempersilakan tamu masuk, menyiapkan tempat yang layak, serta menjamu tamu.
Hal tersebut dikenal dengan lungguh, gupuh, suguh dalam budaya Jawa.
Lungguh berarti tidak membiarkan tamu terlalu lama berdiri dan segera mempersilakannya untuk duduk.
Baca Juga: Simak Pentingnya Mata Pelajaran Keterampilan pada Kurikulum Merdeka bagi Pendidikan Khusus
Gupuh berarti tuan rumah sibuk mempersiapkan sajian dan hidangan untuk tamu.
Sedangkan suguh yaitu tuan rumah menjamu dan menyajikan sajian dan hidangan bagi tamu.
Makna Tersurat
Artikel Terkait
3 Lirik Tembang Dolanan yang Syarat Akan Nilai Kehidupan
Tembang Macapat; Cara Masyarakat Jawa Menggambarkan Perjalanan Hidup Manusia dengan Sesamanya
Quo Vadis Tembang Dolanan
Bukan Sekedar Lagu, Tembang lir ilir Mengandung Nilai-nilai Pendidikan yang Mendalam
Dhondhong Apa Salak, Tembang Dolanan Anak Sarat Makna Filosofis