BABAD.ID - Kebudayaan yang tumbuh di masyarakat jawa merupakan buah dari pemikiran masyarakat jawa sendiri. Pemikiran masyarakat jawa cenderung memiliki sifat kosmis mistis. Hal ini kemudian erat hubunganya dengan kosmologi yang berkaitan dengan alam semesta.
Di dalam kebudayaan jawa, pemikiran yang seperti ini juga dikenal sebagai pemikiran kosmis-biologis.
Hal itu berarti masyarakat jawa dalam mendeskripsikan peredaran alam diproyeksikan bahwa manusia adalah hal yang konkrit dan terjadi karena pengaruh dari Tuhan serta alam semesta sehingga mudah dalam menimbulkan sikap pemujaan.
Baca Juga: Makna dan Filosofi Makanan Jawa: Es Dawet Sebagai Menu Upacara Pernikahan Adat Jawa
Masyarakat jawa lekat dengan konsep dogma (keyakinan), mitos, nilai, norma, serta pandangan hidup bahwa manusia hidup merupakan bagian dari makrokosmos (jagad gedhe) dan mikrokosmos (jagad cilik) karena adanya kekuatan tunggal (manunggaling kawulo gusthi).
Jika pada suatu ketika masyarakat jawa menemukan hal yang tidak sesuai dengan rencana, maka masyarakat jawa berkeyakinan bahwa itu merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan dengan alam semesta. Dan untuk mengatasi hal itu, masyarakat jawa malakukan tradisi ritual maupun acara adat.
Baca Juga: Sarat dengan Nilai Kerendahan Hati, Ini Makna dan Filosofi Ketupat
Salah satu budaya tradisi, khususnya untuk masyarakat jawa agraris adalah budaya tradisi merti dusun. Budaya tradisi merti dusun merupakan cara masyarakat jawa memperingari hasil panen sebagai ucapan rasa syukur.
Budaya tradisi Merti Dusun biasanya dilaksanakan pasca panen rendhengan, yaitu panen saat masa tanem satu, atau saat musim penghujan. Ada banyak sajian serta uberampe dalam budaya tradisi ini.
Baca Juga: Berbentuk Kerucut Lengkap dengan Lauk Pauk, Apa Filosofi Nasi Tumpeng?
Semua sajian yang digunakan merupakan hasil panen agraris, seperti makanan poko, sayur-mayur, buah-buahan, yang nantinya akan dibentuk menjadi gunungan.
Gunungan kemudian akan dikumpulkan dan kemudian semua masyarakat akan melakukan doa (kenduri) bersama-sama yang sebelumnya akan diarak menuju tempat-tempat penting atau tempat-tempat yang dianggap sakral.
Baca Juga: Sejarah Singkat, Filosofi, dan Struktur Ruang Rumah Joglo
Selain sajian merupakan hasil panen agraris, ada beberapa umberampe yang harus ada dengan memiliki makna dan filosofisnya masing-masing. Dikutip dari Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol. 44 No. 1 yang ditulis oleh Warto dan Suryani (2020), berikut ini 10 (sepuluh) makna dan filosofis uberampe dalam budaya tradisi Merti Dusun;
- Sanggan
Sanggan merupakan salah satu umberampe (perlengkapan) yang berupa dua sisir pisang raja sebagai perlengkapan berdoa (kenduri). Dua sisir pisang rajatersebut harus dipilih dari tandan pisang yang paling baik.
Artikel Terkait
FIFA Foundation Bantu Pengembangan Sepak bola Indonesia
Pengembangan Kawasan Sekitar Selingkar Wilis, Jadi Prioritas Pemprov Jatim
Jemaah Sudah Menuju Makkah, Petugas Rapikan Pos Kesehatan Mina
Alasan Kurikulum 2013 Perlu Diganti dengan Kurikulum Merdeka
Tiga Peninggalan Kolonial Belanda di Banyuwangi yang Bisa Dikunjungi
Gelar Rapat Evaluasi, Menag Yaqut Siapkan Haji 1444 H sejak Awal