BABAD.ID - Wayang dan kisah pewayangan merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia yang masih populer. Kisah pewayangan sendiri disebut sebagai sastra tradisional karena sudah ada sejak zaman dahulu kala dan diwarisi secara turun temurun secara lisan khususnya pada masyarakat jawa.
Wayang dan kisah pewayangan kemudian berkembang sejak zaman pra sejarah, kemudian dapat dikembangkan oleh berbagai etnis berkesesuaian dengan bahasa dan sastra daerah masing-masing di Indonesia. Kenyataan bahwa kisah pewayangan yang bertahan sepanjang masa, melampui zamannnya, hingga sekarang, menjadi bukti bahwa wayang dan kisah pewayangan adalah mahakarya yang sangat luar biasa.
Wayang, kini telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Masterpiece of Oral and Intangible of Humanity, atau karya agung lisan serta tak benda warisan manusia. Wayang diakui sebagai mahakarya luar biasa, karena mempunyai nilai-nilai, baik yang tergambar pada karakter tokoh, kisah pewayangan, maupun berbagai unsur lainnya.
Wayang merupakan seni yang mengandung banyak unsur. Unsur-unsur tersebut diantaranya; teater, yang berkombinasi dengan agama, foklor, sejarah, mistis, filosofi, music, tari, sastra, politik, serta kritik sosial. Namun demikian, wayang juga bagian dari hiburan.
Teks-teks kisah pewayangan yang digunakan pada pertunjukan wayang bersumber pada kisah Mahabarata dan Ramayana yang bertansformasi dari teater ke ritual. Hal ini sangat signifikan dengan kebudayaan dan nilai-nilai masyarakat jawa, yang sangat sarat akan filosofis, dan nilai moral. Wayang juga merupakan refleksi dari “perjuangan” abadi antara baik dan buruk, kebenaran dan kegelapan, serta dewa-dewa dan iblis.
Teks asli kitab (epos) Maharata dan Ramayana awalnya ditulis dalam bahasa sansekerta. Namun, setelah masuk ke wilayah Jawa, teks itu disunting dan diasadur dalam bahasa jawa kuna, serta ditambah juga disesuaikan dengan kisah-kisah legenda, mitos, tokoh-tokoh, serta cerita rakyat yang populer pada masanya, hingga jadilah kisah Mahabarata dan Ramayana versi kebudayaan jawa.
Wayang Sebagai Bagian dari Multi-Cultural Society
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Wayang dan Kisah Pewayangan sebagai kebudayaan jawa yang adiluhung, berasal dari karya epos Mahabarata dan Ramayana, pengaruh dari masuknya ajaran hindu dan budha.
Bukan hanya itu, wayang dan kisah pewayangan juga bagian dari multi-cultural society, antara muslim, hindu, budha, dan masyarakat etnik. Wayang dan Kisah Pewayangan juga bagian dari sinkretisme serta mozaikisme dari berbagai kebudayaan yang mempengaruhinya.
Baca juga: Mengenal 12 Warisan Budaya Tak Benda Milik Indonesia yang Diakui UNESCO
Sebagai multi-cultural society, wayang dan kisah pewayangan kemudian bersifat sangat pluralistic dan eklektik, dimana masyarakat jawa sangat terbuka dengan berbagai budaya lain, serta budaya jawa sangat bertoleransi serta luwes terhadap ragam budaya luar.
Wayang dan Kisah Pewayangan sebagai Gambaran Kisah Hidup Manusia
Dikutip dari Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 1. No,or 1 Oktober, yang ditulis oleh Burhan Nurgiyantoro (2011), Jauh sebelum menjadi hiburan semata, pertunjukan wayang sangat berhubungan dengan berbagai macam kegiatan manusia. Seperti halnya sarana doa (kenduri) setiap bayi yang lahir, pemakaman seseorang, kehidupan agraris, bahkan sebuah persembahan untuk pemujaan Tuhan dan Alam Semesta.
Pada zaman pra sejarah, leluruh masyarakat jawa yang berkeyakinan animisme dan dinamisme, menggunakan pementasan wayang sebagai bentuk pemujaan yang diakukan dalam bentuk “pentas bayangan” oleh seorang yang dianggap sesepuh.
Artikel Terkait
Kartun Sudarmanto: Wayang dan Keris Patah
Kartun Wayang Weili: Tinta
Kartun Wayang Weili: Cantik
Kartun Wayang Yu Shixin: Tambah Eenergi
Kartun Yustinus Anang Jatmiko: Cara Wayang Pasang Akik