BABAD.ID - Bulan Suro bagi masyarakat Jawa dianggap sebagai bulan yang sakral dan keramat.
Orang Jawa biasa menggelar ritual menyambut bulan Suro atau dalam Islam dikenal sebagai bulan Muharram.
Ritual yang dilaksanakan di antaranya kenduri dan selamatan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa pada malam 1 Suro.
Baca Juga: Mengenal 11 Ajaran atau Cabang Ilmu dalam Primbon Jawa
Dalam pandangan umum, Suro dan Muharram dianggap identik. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda.
Hal itu sebagaimana disampaikan Muhammad Sholikhin dalam buku "Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa".
Sholikhin menulis, Muharram merupakan nama bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Dalam Islam, bulan Muharram termasuk bulan suci.
Baca Juga: Gelar Rapat Evaluasi, Menag Yaqut Siapkan Haji 1444 H sejak Awal
Adapun Suro sebenarnya berasal dari kata Asyura, yaitu sebutan untuk tanggal 10 bulan Muharram.
Bulan Muharram identik dengan Suro atas jasa Sultan Agung Hanyakrakusuma yang telah menggabungkan sistem penanggalan Jawa dan penanggalan Hijriah.
Hari Asyura dinilai sebagai hari yang istimewa karena pada hari tersebut banyak peristiwa penting terkait agama tauhid.
Baca Juga: Wayang dan Kisah Pewayangan; Gambaran Kisah Hidup Manusia
Mengutip catatan Imam al-Ghazali, Allah SWT menciptakan arsy, langit, bumi, matahari, bulan, bintang dan surga pada hari Asyura.
Pada hari tersebut pula Nabi Adam AS diciptakan, bertaubat dan dimasukkan ke dalam surga.
Artikel Terkait
Trending di YouTube, Ini Lirik Lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' Denny Caknan, Cak Percil dan Cak Sodiq
Tinjauan Semantik Sistem Kognisi dalam Petung Primbon Jawa
Mengenal 11 Ajaran atau Cabang Ilmu dalam Primbon Jawa
Belajar dari Tembang Dolanan Anak Kancil, Simak Pentingnya Memiliki Karakter Ini
Ini Nilai Positif yang Bisa Dipetik dari Tembang Dolanan Anak Kidang Talun