BABAD.ID-Artikel ini akan menjelaskan tentang spiritualisme Jawa.
Salah satu bentuk dari spiritualisme Jawa dapat dilihat dari salah satu peristiwa yakni tradisi kematian.
Tradisi kematian menurut Imam Budhi Santosa bahwa apabila terjadi sripah (kematian) di Jawa, masyarakat memiliki tanggung jawab moral dan sosial datang untuk melayat.
Baca Juga: Mitos atau Fakta Kesehatan, Makan Garam Berlebihan Dapat menyebabkan Darah Tinggi, Benarkah?
Maksudnya adalah tetangga yang hadir ikut belasungkawa dengan cara hadir dengan segera ke rumah yang meninggal, meskipun tanpa undangan.
Dan juga melakukan cancut-taliwanda atau menyingsingkan kain panjang yang dipakai dan mengikatkan ke pinggang untuk meringankan beban penderitaan keluarga.
Bahkan tradisi kematian di Jawa, apalagi di desa-desa, jika ada yang meninggal hampir setiap pekerjaan dihentikan.
Alasannya, tidak elok jika ada kematian tapi terus bekerja.
Baca Juga: Tampil Lebih Mewah, Realme C33 Hadir dengan Varian Warna Terbaru Sandy Gold, Apa Keunggulannya?
Jika ada yang memaksa bekerja atau tidak ikut bela sungkawa, maka akan ada anggapan mementingkan diri sendiri.
Abai terhadap semangat patembayatan yang telah mbalung-sumsum (kebiasaan yang telah sulit diubah) bagi orang Jawa, maka perbuatan tersebut dianggap salah.
Namun bukan berarti masyarakat tidak bekerja sama sekali.
Meski telah menjadi tradisi yang kental bagi masayarakat Jawa ini, namun kerja tetap dilakukan.
Baca Juga: Mitos atau Fakta Kesehatan, Tambahan MSG Pada Makanan Membuat Makanan Menjadi Lebih Enak?
Artikel Terkait
12 Tradisi Peringatan Satu Suro di Jawa Tengah Tahun 2023, Sedekah Gunung Merapi hingga Kirab Satu Suro
Kapan Tradisi Suran Desa Traji 2023 Digelar? Catat Tanggalnya
8 Cara Menumbuhkan Sikap Hormat Terhadap Tradisi atau Budaya Masyarakat di Indonesia
Penjelasan Hukum Islam Terhadap Pemberian Mayam dalam Tradisi Aceh, Simak Selengkapnya Agar Tidak Salah Paham
3 Tradisi Unik Dalam Tradisi Pernikahan di Aceh Tenggara, Kamu Harus Tahu