Menurut Selamet ada 85 rumah yang terendam banjir di RW 16. Kerugian yang didapatkan warga yakni rusaknya motor, mobil dan perabotan elektronik seperti kulkas dan mesin cuci. Rumah Selamet juga kemasukan air setinggi mata kaki. Namun ia tak mengeluhkan kerusakan kendaraan maupun perabotan lain.
Selamet selalu berharap pemerintah segera menemukan solusi atas banjir rob yang kian lama kian tinggi itu, sebab warga makin lama makin jengah berurusan dengan banjir. Setiap kali banjir, paling tidak butuh waktu 10 jam baru bisa surut.
“Kalau tidak ada pompa ya bisa sampai 10 jam baru kering. Kalau dibantu pompa kan paling lama tiga jam udah kering,” ucapnya.
Solusi Tak Menyentuh Substansi
Abdul Rokah menduga semakin tingginya banjir rob itu salah satunya disebabkan penyedotan air tanah yang berlebihan di kawasan industri di pelabuhan Tanjung Mas dan pembangunan jalan lingkar arteri 20 tahun lalu. Getaran truk besar yang lewat, menurut Abdul Rokah dapat menyebabkan konstruksi tanah menurun.
“Jadi tanah yang di bawah itu lembek dan mudah ambles,” terangnya.
Baca Juga: Pelajar Harus Tahu Ini, Belajar Kebiasaan Baik dari Tembang Dolanan Anak ‘Jam Pamulangan’
Dugaan Rokah itu sejalan dengan analisis Pakar Lingkungan dan Tata Kota Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Mila Karmila. Menurut Mila, sejak tahun 1980 ketika kawasan pelabuhan di bangun terminal peti kemas, tanah di sana sudah mengalami penurunan.
Di pelabuhan Tanjung Mas konstruksi tanahnya sudah turun hingga 1,2 meter di bawah permukaan laut. Sementara di kampung-kampung pesisir seperti di Tambak Lorok, rata-rata penurunan tanah hingga 10 cm per tahun.
Kondisi itu sebenarnya disadari oleh pemerintah Kota Semarang. Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengakui bahwa penurunan tanah di pesisir utara. Karena itu sejak lama pemerintah berusaha mencari solusi, salah satunya dengan membangun sistem sungai di Semarang. Mereka juga membuat tanggul laut dan melakukan pengerukan sejumlah sungai di Semarang.
Baca Juga: Homestay Naik Kelas Banyuwangi Masuk TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan RB
“Pada 2014 itu kan pembangunan sistem kali Semarang sudah terbangun dan hasilnya sudah bisa kita lihat bahwa rob dan banjir di kali Semarang sudah dapat teratasi,” katanya.
Iswar menjanjikan pembangunan tanggul laut di Tambak Lorok tahap kedua akan dilakukan tahun ini. Ia menyebut pemkot Semarang telah mengalokasikan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk mengatasi banjir.
“Itu adalah upaya untuk pengendalian banjir. Dan itu yang sudah dilaksanakan,” ucap Iswar.
Pemerintah Kota Semarang mencanangkan pengendalian banjir lain dengan rencana pembuatan kolam retensi seluas 220 ha. Kolam retensi yang dimaksud Iswar yakni terkait dengan pembangunan tol tanggul laut Semarang-Demak, padahal pembebasan lahannya belum tuntas.
Artikel Terkait
Kereta Api dan Jalur yang Diwaspadai
Melihat Kerukunan dalam Keberagaman di Desa Yosomulyo Banyuwangi
Kisah Penyandang Disabilitas Tuli Bangkit dan Berdaya Berbekal Keahlian
Pelari Triathlon The Rising Tide Tiba di Pelabuhan Tanjung Emas: Stamina Naik 110 Persen
Guru Besar Undip Tawarkan 4 Alternatif Tanggulangi Rob di Semarang