BABAD.ID – Ribuan Pertashop sepi pembeli usai kenaikan harga BBM jenis pertamax dari Rp9.000 ke Rp12.500 disusul kemudian dengan harga Rp14.500 awal September 2022 dan baru turun lagi awal bulan ini menjadi Rp. 13.900.-
Turunnya harga itu ternyata tetap berimbas pada banyaknya outlet yang gulung tikar dan memilih menghentikan operasional. Isu disparitas harga yang tinggi menyebabkan pelanggan beralih ke pertalite.
Sementara, kini banyak pertalite ilegal yang dijual oleh pengecer atau pertamini sehingga mematikan usaha Pertashop.
Baca Juga: Pasca Pandemi, Kunjungan Wisata di Jawa Timur Meningkat
Akibat maraknya BBM subsidi eceran, Pertashop terdampak dan penjualannya anjlok. Kini sebagian besar pertashop hanya bisa menjual kurang dari 100 liter per hari.
Akibatnya, sebagian Pertashop bangkrut dan pilih tutup karena sudah tidak bisa menutup operasional harian, seperti gaji karyawan, listrik, dan pengeluaran lainnya.
Tentu dampak kebangkrutan yang dialami Pertashop memang sudah dapat diprediksi banyak kalangan sejak awal.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Pasuruan, Mulai dari Roti Matahari hingga Permen Jahe
Mengingat kehadirannya di tengah masyarakat kala itu seakan ingin menggantikan hegemoni masifnya Pertamini yang sudah menjamur di masyarakat dengan alat dan cara kearifannya.
Disisi lain langkah dari Pertamina tidaklah jelas secara yuridis hukum. Ini terlihat dengan masifnya penjualan BBM bersubsidi yang ada dilapak-lapak dagangan warga yang notabene dilarang oleh aturan undang-undang.
Artikel Terkait
Makna dan Filosofi Isian Kembar Mayang dalam Pernikahan Adat Jawa
Toleransi Kunci Pembangunan di BanyuwangiÂ
Pengaruh Prilaku Konsumen Setelah Pandemi
Fenomenologi Komunikasi Pernikahan Antarbudaya
Lima Rekomendasi Lokasi Ekskavasi Situs Cagar Budaya di Jawa Timur 2022
Lima Temuan Situs Ekskavasi di Provinsi Jawa Timur oleh Badan Penyelamatan Cagar Budaya Tahun 2022
Gereja Terbesar se-Asia Tenggara adakan Podcast Toleransi Beragama Bersama KKN UIN Walisongo Posko 19