Awal Kerajaan Baru: Perebutan Kekuasaan dan Terbunuhnya Kebo Ijo

Table of Contents

Ken Arok dengan cerdik menjebak Kebo Ijo agar dituduh sebagai pembunuh Tunggul Ametung, membantunya mengamankan kekuasaan.

Ilustrasi Ken Arok meminjamkan keris miliknya kepada Kebo Ijo. (Generatif ChatGPT)
Ilustrasi Ken Arok meminjamkan keris miliknya kepada Kebo Ijo. (Generatif ChatGPT)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Dalam lintasan sejarah Jawa kuno, terukir kisah-kisah penuh ambisi, pengkhianatan, dan perebutan tahta yang membentuk fondasi kerajaan-kerajaan besar. Salah satu narasi paling dramatis, yang diabadikan dalam Pararaton, adalah kisah kebangkitan Ken Arok dan strateginya yang kejam untuk merebut kekuasaan di Kerajaan Tumapel. 

Di jantung intrik ini, tersembunyi nasib tragis seorang tokoh bernama Kebo Ijo, yang tanpa disadari menjadi pion dalam catur politik Ken Arok menuju singgasana. Kisah ini tidak hanya menggambarkan ketajaman politik Ken Arok, tetapi juga menyoroti bagaimana sejarah, yang sering kali ditulis oleh para pemenang, mengabadikan taktik-taktik yang paling licik.

Mengarahkan Tudingan Pembunuhan kepada Kebo Ijo

Kisah kebangkitan Ken Arok dari rakyat biasa menjadi pendiri dinasti di Tumapël dimulai dengan ambisi yang membara, dipicu oleh ketertarikannya pada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, akuwu (penguasa daerah) Tumapël. 

Ken Arok terpesona oleh Ken Dedes, terutama setelah melihat sinar api memancar dari pangkuannya — sebuah tanda yang menurut keyakinan Hindu-Buddha di Jawa kala itu, mengindikasikan bahwa wanita tersebut adalah "wanita agung" yang akan membawa keberuntungan luar biasa dan menjadikan suaminya penakluk dunia. Dorongan untuk menjadi raja dunia inilah yang mendorong Ken Arok untuk bertekad menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.

Untuk mencapai tujuannya, Ken Arok memesan sebilah keris sakti kepada seorang pandai besi bernama Mpu Gandring. Keris ini, yang kemudian menjadi legenda, ditempa dengan waktu yang panjang dan disertai ramalan yang mengerikan dari Mpu Gandring, bahwa keris itu akan menuntut tujuh korban, termasuk Mpu Gandring sendiri. 

Keris itu sendiri memiliki kekuatan mematikan namun juga syarat penggunaan yang presisi: ia tidak akan sepenuhnya menembus jika tidak digunakan dengan benar.

Setelah keris itu selesai, Ken Arok melancarkan rencana liciknya. Ia meminjamkan keris Mpu Gandring yang baru selesai itu kepada Kebo Ijo. Kebo Ijo, seorang tokoh yang rupanya dikenal karena kesombongannya, merasa sangat bangga memiliki keris indah tersebut. 

Ia membanggakan keris itu ke mana-mana, menunjukkan kepada setiap orang yang ditemuinya dan bersikeras bahwa keris itu adalah miliknya, bahkan menggantungnya di depan rumahnya setiap malam. Tanpa menyadari bahwa ia sedang dimanfaatkan sebagai bidak catur, Kebo Ijo secara efektif menyegel takdirnya sendiri, membangun narasi publik yang akan menyudutkannya nanti.

Perang Dingin antara Arok dan Kebo Ijo

Pada hakikatnya, apa yang terjadi antara Ken Arok dan Kebo Ijo bukanlah perang terbuka dengan tombak dan pedang di awal, melainkan perang dingin yang melibatkan manipulasi psikologis dan pembangunan opini publik. 

Ken Arok tidak perlu bertarung langsung dengan Kebo Ijo; ia hanya perlu memastikan bahwa keris Mpu Gandring terasosiasi kuat dengan nama Kebo Ijo di benak masyarakat luas. Kebo Ijo, dengan segala kebanggaan dan kekurangwaspadaannya, menjalankan peran ini dengan sempurna.

Setiap kali Kebo Ijo memamerkan keris itu dan menyatakan, “Lihatlah keris ini, itu kerisku!” ia secara tidak langsung sedang mengukir namanya di atas batu nisan nasibnya sendiri. Masyarakat Tumapel, yang melihat Kebo Ijo begitu bangga dengan keris tersebut, pasti meyakini bahwa keris itu adalah miliknya sejati. 

Inilah strategi brilian Ken Arok: memastikan bahwa di mata publik, hanya ada satu orang yang dapat dikaitkan dengan keris itu jika sesuatu yang buruk terjadi. Kebo Ijo terlalu sibuk dengan gemerlap keris barunya hingga ia tak melihat tali tipis yang melingkar di lehernya, siap ditarik kapan saja oleh tangan tak terlihat Ken Arok.

Pembunuhan Kebo Ijo dan Penguasaan Tumapel

Puncak dari intrik Ken Arok terjadi pada suatu malam yang menentukan. Ken Arok menyelinap ke kamar Tunggul Ametung dan membunuhnya dengan keris Mpu Gandring saat akuwu Tumapël itu sedang tidur. 

Pembunuhan itu dilakukan dengan begitu rapi sehingga keesokan paginya, ketika jasad Tunggul Ametung ditemukan, keris yang tertancap pada tubuhnya adalah keris yang selama ini selalu dibanggakan Kebo Ijo.

Tuduhan langsung jatuh kepada Kebo Ijo. Dalam kebingungan dan keputusasaan, Kebo Ijo dituduh sebagai pembunuh Tunggul Ametung. Ia ditangkap oleh kerabat Tunggul Ametung dan, dalam sebuahironi yang memilukan, dibunuh dengan keris yang sama yang telah ia banggakan sebagai miliknya. 

Dengan terbunuhnya Kebo Ijo, Ken Arok berhasil menghilangkan dua rintangan besar sekaligus: Tunggul Ametung yang berkuasa dan Kebo Ijo yang menjadi kambing hitam sempurna.

Setelah kematian Tunggul Ametung dan Kebo Ijo, jalan Ken Arok menuju kekuasaan menjadi mulus. Ia kemudian menikahi Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, dan dengan cepat mengangkat dirinya sebagai prabhu (raja) di Tumapel, yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Singhasari. Ken Arok, yang oleh Pararaton disebut juga sebagai Sri Rajasa dan Bhatara Sang Amürwabhümi, tidak hanya menguasai Tumapël, tetapi juga menyatukan Jawa di bawah kekuasaannya.

Dalam sebuah langkah politik yang cerdik untuk mengonsolidasikan kekuasaannya dan mencegah potensi balas dendam, Ken Arok mengadopsi Mahisa Randi, putra Kebo Ijo, dan memperlakukannya dengan sangat baik. 

Ini adalah contoh lain dari kecerdasan Ken Arok dalam menjaga stabilitas politik pasca-perebutan tahta. Ken Dedes sendiri, pada saat dinikahi Ken Arok, sedang mengandung anak Tunggul Ametung, yang kemudian lahir dan diberi nama Anusapati. Anusapati ini kelak akan menjadi raja yang melanjutkan garis kekuasaan dan, secara tragis, ia pun akan menemui ajal di tangan keris Mpu Gandring, melanjutkan siklus darah yang telah diramalkan.

Kisah perebutan kekuasaan Ken Arok melalui eliminasi Kebo Ijo menjadi tonggak penting dalam sejarah Tumapël, menandai dimulainya dinasti baru yang akan berlanjut ke Kerajaan Majapahit. Ini adalah narasi abadi tentang ambisi, strategi, dan konsekuensi tak terhindarkan dari kekuasaan.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar