Dari Akuwu Menjadi Raja: Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singhasari
Ken Arok mendeklarasikan Kerajaan Singhasari, menandai akhir dari masa kegelapan dan awal dinasti baru di tanah Jawa.
![]() |
Ilutrasi Ken Arok mendirikan Kerajaan Singhasari dengan gelar Sri Rajasa dan Amürwa-bhümi. (Generatif ChatGPT) |
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Perjalanan seorang Akuwu (penguasa wilayah) menjadi raja agung yang mendirikan sebuah dinasti besar di Jawa adalah kisah yang selalu memukau. Di antara lembaran sejarah Jawa kuno, nama Ken Arok bersinar sebagai tokoh sentral dalam pendirian Kerajaan Singhasari. Sebuah kerajaan yang, menurut catatan Nagarakrtagama, merupakan cikal bakal kejayaan Majapahit.
Namun, siapakah sebenarnya Ken Arok, dan bagaimana ia, seorang yang digambarkan dengan karakter kontroversial, mampu mencapai puncak kekuasaan di Jawa Timur? Sumber-sumber utama seperti Nagarakrtagama dan Pararaton memberikan gambaran yang kaya, meski terkadang berbeda, tentang tokoh legendaris ini.
Kisah Mula Ken Arok Naik Tahta
Kisah Ken Arok bermula dari latar belakang yang tidak biasa, bahkan cenderung misterius dan legendaris. Pararaton mencatat ia lahir dari seorang janda di Jiput dan merupakan anak yang "tidak hidup semestinya", sering melanggar ikatan, dan bahkan melayani "Yang Gaib untuk menipu".
Lebih lanjut, ia digambarkan memiliki "sifat ilahi" dan diyakini sebagai putra Brahma (melalui Girindra atau Shiva), inkarnasi Wisnu, sekaligus putra Bhatara Guru.
Ken Arok tidak hanya dikenal karena asal-usulnya yang luar biasa, tetapi juga karena karakter awalnya yang jauh dari teladan. Pararaton secara terang-terangan melukiskannya sebagai "berandalan" (deugniet) yang terlibat dalam pencurian, perampokan, pembunuhan, dan penistaan wanita. Namun, ia disebutkan tidak pernah menderita konsekuensi serius karena sifatnya yang luar biasa, yang menegaskan bahwa tindakannya tidak bisa diukur dengan standar manusia biasa.
Titik balik dalam hidup Ken Arok terjadi saat ia bertemu dengan seorang Brahmana bernama Lohgawe. Lohgawe, yang merupakan Brahmana pertama di timur Kawi, mengidentifikasi Ken Arok sebagai inkarnasi Bhatara Wisnu dan mengangkatnya sebagai putra, menjanjikan bantuan dalam kesulitannya.
Bersama Lohgawe, Ken Arok tiba di Tumapël dan mengambil langkah drastis dengan membunuh Tunggul Ametung, akuwu Tumapël saat itu, untuk menikahi istrinya, Ken Dedes. Ken Dedes sendiri saat itu sudah mengandung Anusapati, anak dari Tunggul Ametung.
Setelah mendapatkan pengaruh dan mengumpulkan dukungan dari masyarakat di timur Kawi, serta dukungan dari para pemuka agama Syiwa dan Buddha yang geram dengan kesombongan raja Daha, Ken Arok mulai menunjukkan ambisinya untuk menjadi raja. Ia kemudian menyatakan Tumapël merdeka dari kekuasaan Daha (Kediri), sebuah tindakan yang membuka jalan bagi konfrontasi besar.
Proklamasi Kerajaan Baru: Singhasari
Deklarasi kemerdekaan Tumapël oleh Ken Arok segera memicu perang dengan Kerajaan Daha (Kediri). Raja Daha, Dangdang Gëndis (alias Krtajaya), menghadapi kekalahan telak dalam pertempuran. Pararaton mencatat bahwa Dangdang Gëndis melarikan diri ke sebuah "godshuis" (dewalaya) dan "menggantung diri" di udara.
Kemenangan Ken Arok ini memiliki dampak luas; Nagarakrtagama menyebutkan bahwa seluruh tanah Jawa dipenuhi ketakutan dan penghormatan, dengan banyak wilayah yang datang untuk memberikan upeti. Kemenangan ini juga mengukuhkan penyatuan wilayah Janggala dan Kediri di bawah kekuasaan Ken Arok. Peristiwa penting ini terjadi pada Saka 1144, yang setara dengan 1222-1223 Masehi.
Setelah kemenangan ini, Ken Arok mengambil gelar kerajaan Sri Rajasa dan Amürwa-bhümi. Ia juga dikenal dengan gelar Bhatara Guru. Bagi penyair Prapanca dalam Nagarakrtagama, Ken Arok, yang disebut sebagai Ranggah Rajasa dan putra Bhatara Guru/Girindra, dianggap sebagai kelahiran kembali dewa, menjadikannya leluhur ilahi bagi dinasti Majapahit.
Dengan demikian, Ken Arok tidak hanya mendirikan sebuah kerajaan baru tetapi juga meletakkan dasar bagi sebuah dinasti yang dipandang memiliki legitimasi ilahi.
Menjadikan Singhasari sebagai Pusat Pemerintahan
Pusat pemerintahan yang didirikan Ken Arok awalnya dikenal sebagai Kutaraja, yang merupakan kediamannya. Meskipun Nagarakrtagama kadang menyebutnya sebagai Kutaraja di timur Gunung Kawi, nama Singhasarinagara atau Singhasari baru secara resmi digunakan sebagai nama ibu kota pada masa pemerintahan Wisnuwardhana, salah satu penerusnya.
Masa pemerintahan Ken Arok atau Sri Rajasa Amürwa-bhümi berlangsung hingga Saka 1169, atau sekitar 1149 Masehi, saat ia wafat. Ia dimakamkan di Kagënëngan dalam dua candi, sebagai penganut Syiwa dan Buddha. Mengenai penyebab kematiannya, terdapat perbedaan catatan antara sumber-sumber sejarah.
Nagarakrtagama memilih untuk berdiam diri tentang bagaimana ia meninggal, hanya menyatakan bahwa ia "kembali ke surga". Sebaliknya, Pararaton secara gamblang menyebutkan bahwa Ken Arok dibunuh oleh putra tirinya, Anusapati, yang kemudian menggantikannya sebagai raja. Perbedaan ini menyoroti kompleksitas narasi sejarah Jawa kuno yang seringkali memadukan fakta dengan legenda.
Pendirian Kerajaan Singhasari oleh Ken Arok merupakan tonggak sejarah penting di Jawa, menandai transisi dari fragmentasi kekuasaan menuju konsolidasi di bawah sebuah dinasti baru. Meskipun berumur relatif singkat sebagai kerajaan, Singhasari meletakkan dasar politik dan budaya yang akan berkembang pesat di bawah penerusnya, terutama Majapahit, dan mengukir nama Ken Arok sebagai salah satu pendiri kerajaan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara.***
Posting Komentar