Sang Legenda yang Bertakhta: Perkembangan Awal Kerajaan Singhasari
Struktur Pemerintahan di Bawah Raja Ken Arok
Kisah Ken Arok bermula dari narasi yang sarat mitos dan keajaiban. Ia digambarkan sebagai pribadi yang memiliki asal-usul ilahi, putra dari Brahma dengan seorang wanita bumi, sekaligus inkarnasi Wisnu dan putra Bhatara Guru. Pararaton melukiskannya sebagai "Üebermensch" (manusia super) yang, meski melakukan berbagai kejahatan—pencurian, perampokan jalanan, pembunuhan, dan pelecehan wanita—tetap tak tersentuh hukum, berkat kekuatan supranaturalnya. Namun, Nagarakrtagama tidak menyebutkannya sebagai inkarnasi Wisnu.
Titik balik hidupnya terjadi ketika ia membunuh Tunggul Ametung, akuwu (kepala desa) Tumapel, dan kemudian menikahi jandanya, Ken Dedes, yang saat itu telah hamil beberapa bulan dengan putra Tunggul Ametung, Anusapati. Dengan Ken Dedes, Ken Arok kemudian memiliki empat anak lagi. Berkat kharisma dan kekuatannya, ia berhasil menumbuhkan rasa hormat dari penduduk di wilayah timur Gunung Kawi.
Didukung oleh para pemuka agama Syiwa dan Buddha yang tidak senang dengan kesombongan raja Daha, Ken Arok dinobatkan sebagai raja Tumapel, yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Singhasari. Ia mengambil nama takhta Sri Rajasa dan Amurwa-bhumi. Penobatannya ini menjadi deklarasi kemerdekaan Tumapel dari Daha (Kediri), yang sebelumnya merupakan wilayah bawahannya. Konflik pun tak terhindarkan.
Kebijakan Politik dan Hubungan dengan Kerajaan Lain
Pascakemerdekaan Tumapel, Ken Arok segera memimpin peperangan melawan Daha (Kediri) yang dipimpin oleh raja Kertajaya (atau Dangdang Gendis menurut Pararaton). Perang ini berakhir dengan kekalahan Daha pada tahun Saka 1144 (1222-1223 Masehi). Akibat kemenangan ini, seluruh tanah Jawa diliputi ketakutan dan rasa gentar, dan para penguasa wilayah tunduk kepada Rajasa.
Salah satu kebijakan paling signifikan di masa awal pemerintahannya adalah penyatuan Janggala dan Kediri di bawah satu penguasa yang berkuasa. Meskipun terdapat perbedaan tahun meninggal antara Nagarakrtagama yang menyebut Saka 1149 (1227 Masehi) dan Pararaton yang mencatat Saka 1169 (1247 Masehi), kedua sumber sepakat mengenai peran sentral Rajasa dalam mendirikan dan menyatukan kerajaan. Penting untuk dicatat, pujangga Prapanca dalam Nagarakrtagama memilih untuk tidak menyebutkan detail pembunuhan Ken Arok yang tercatat dalam Pararaton, kemungkinan karena alasan etika seorang pujangga istana.
Perluasan pengaruh politik Singhasari berlanjut di bawah penerus Ken Arok, terutama pada masa pemerintahan Kertanagara, cucu Ken Arok. Raja Kertanagara melakukan ekspedisi militer ke Malayu (Sumatra), yang kemudian berhasil menaklukkan Sumatra dan Pahang, serta membuat wilayah Sunda dan Madhura mengakui kedaulatan Jawa. Ini terjadi pada tahun Saka 1197 (1275 Masehi), setelah ia menyingkirkan seorang penjahat bernama Cayaraja (atau Bhaya) di Saka 1192. Kertanagara juga terlibat dalam konflik dengan Kaisar Mongol Kublai Khan dari Tiongkok, akibat perlakuan buruknya terhadap utusan kaisar. Meskipun demikian, dalam Nagarakrtagama, Kertanagara digambarkan sebagai raja yang bijaksana dan berbudi luhur, seorang penganut Buddha yang taat.
Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Singhasari
Meski detail pembangunan infrastruktur pada masa awal pemerintahan Ken Arok tidak dijelaskan secara rinci seperti deskripsi kota Majapahit di kemudian hari, keberhasilannya menyatukan dua wilayah besar, Janggala dan Kediri, di bawah kekuasaan Singhasari tentu membawa stabilitas yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Kutaraja, yang merupakan pusat kekuasaan awal Ken Arok, kemudian dikenal sebagai Singhasarinagara, disebut "semakin diperindah". Ini mengindikasikan adanya perhatian terhadap pengembangan ibu kota. Lebih lanjut, pasca-kemenangan atas Kediri, Nagarakrtagama mencatat bahwa sistem "dapur dan kuwu juru" mulai diterima secara luas demi kesejahteraan rakyat. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai reformasi administratif atau sosial yang berkontribusi pada tatanan masyarakat dan ekonomi yang lebih baik.
Masa awal Singhasari di bawah Ken Arok memang peletak dasar yang krusial. Dari sosok yang penuh legenda dan kontroversi, ia berhasil membangun sebuah entitas politik yang kuat, menaklukkan rival-rivalnya, dan menyatukan wilayah. Walaupun rincian ekonomi dan infrastruktur di zamannya tidak sejelas pada era Majapahit yang lebih makmur, fondasi yang ia letakkan memungkinkan para penerusnya, seperti Kertanagara, untuk semakin memperluas kekuasaan dan pengaruh Kerajaan Singhasari di seluruh kepulauan Nusantara, mengantarkannya pada masa kejayaan sebelum akhirnya digantikan oleh Majapahit.***
Posting Komentar