Takhta Berdarah: Anusapati dan Balas Dendam Tohjaya

Table of Contents

Anusapati naik takhta namun harus berhadapan dengan Tohjaya, yang ingin membalas dendam atas kematian ayahnya.

Ilustrasi perseteruan antara Anusapati dan Tohjaya. (Generatif ChatGPT)
Ilustrasi perseteruan antara Anusapati dan Tohjaya. (Generatif ChatGPT)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Di jantung Jawa Timur, Kerajaan Singhasari berdiri megah, namun takhtanya tak pernah benar-benar damai. Sejak kelahirannya, kerajaan ini diwarnai intrik, ambisi, dan pertumpahan darah yang tak berkesudahan. Kisah Anusapati dan Tohjaya, dua pewaris takhta yang terkutuk oleh dendam, adalah babak kelam yang menegaskan bahwa kekuasaan kerap menuntut harga paling mahal.

Anusapati Naik Takhta Singhasari

Sejarah mencatat, lingkaran setan bermula dari sebilah keris. Keris Mpu Gandring, yang dibuat dengan sumpah serapah, telah menorehkan luka pertama pada garis keturunan Singhasari. Ken Arok, pendiri dinasti, menggunakan keris itu untuk membunuh Tunggul Ametung, akuwu Tumapel, demi merebut Ken Dedes dan kekuasaan. Namun, kutukan keris itu tak pandang bulu, bahkan menimpa Ken Arok sendiri.

Anusapati, putra Ken Dedes dari Tunggul Ametung, adalah pelaku pembunuhan Ken Arok. Meskipun Nagarakertagama—puisi pujian istana yang ditulis sezaman—cenderung mengaburkan detail ini dengan menyebut Anusapati sebagai "putra" Ken Arok, sumber lain seperti Pararaton secara eksplisit mengisahkan tragedi tersebut. Dengan terbunuhnya Ken Arok pada tahun Saka 1149 (sekitar 1227 M), Anusapati pun naik takhta Singhasari.

Pemerintahan Anusapati, menurut Nagarakertagama, berlangsung dari tahun 1149 Saka hingga 1170 Saka dan ditandai oleh kedamaian. Namun, Prof. Kern menganggap catatan Pararaton yang lebih rinci tentang peristiwa selama 20 tahun masa pemerintahan Anusapati lebih kredibel. Setelah wafat, jasad Anusapati diabadikan di Candi Kidal, digambarkan sebagai arca Siwa. Namun, ketenangan itu hanyalah fatamorgana di atas singgasana yang diwarisi dari pertumpahan darah.

Persaingan Sengit dengan Tohjaya, Anak Ken Arok

Bayang-bayang dendam terus menghantui istana. Tohjaya adalah sosok lain yang memiliki klaim atas takhta, dan lebih penting lagi, kewajiban untuk membalas. Ia adalah putra Ken Arok dengan Ken Dedes. Sejatinya, Tohjaya adalah adik tiri Anusapati (karena Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung sebelumnya). Namun, ia juga anak Ken Arok, yang terbunuh di tangan Anusapati. Tohjaya tumbuh dengan mengetahui bahwa ayahnya, Ken Arok, telah dibunuh oleh Anusapati menggunakan keris yang sama yang juga menewaskan ayah kandung Anusapati, Tunggul Ametung. Ini menciptakan sebuah paradoks dendam yang rumit.

Sumber Pararaton menceritakan persaingan sengit yang memuncak antara Anusapati dan Tohjaya. Tohjaya, yang didorong oleh ambisi dan darah balas dendam, menemukan kesempatan di tengah hobi Anusapati. Ia mendapat nasihat dari Pranaraja untuk bertindak (meskipun Pranaraja awalnya menasihati agar tidak membunuh pangeran lain, ia mengisyaratkan kepada Tohjaya untuk menyingkirkan 'pu hara' atau Anusapati).

Pembunuhan Anusapati di Tangan Tohjaya

Puncak konflik terjadi dalam sebuah skenario yang khas intrik kerajaan Jawa: adu ayam. Anusapati, yang gemar sabung ayam, tidak menyadari bahwa ia sedang berjalan ke dalam perangkap yang mematikan. Tohjaya menantang Anusapati untuk adu ayam, sebuah pertarungan yang bukan hanya tentang unggas, tetapi tentang takhta dan nasib.

Saat Anusapati terpaku pada arena sabung ayam, atau setelahnya, Tohjaya melakukan aksinya. Dengan gerakan cepat dan tanpa ampun, ia menghujamkan keris Mpu Gandring ke tubuh Anusapati. Keris yang sama, yang telah mewarnai sejarah Singhasari dengan darah, kini kembali merenggut nyawa penguasa.

Anusapati tewas di tangan Tohjaya pada hari Kamis Pon di bulan Landep, bertepatan dengan matahari terbenam, pada tahun Saka 1171 (sekitar 1249 M). Jasadnya pun dimakamkan di Candi Kidal, tempat ia sebelumnya mengabadikan diri sebagai arca Siwa. Dengan kematian Anusapati, Tohjaya segera merebut takhta, melanjutkan siklus pertumpahan darah yang seolah tak berkesudahan di Kerajaan Singhasari. Kisah tragis ini menjadi pengingat pahit tentang ambisi tak terbatas dan kutukan yang terus berlanjut di balik kemegahan takhta.***

Tonton Podcast Jawa: Singgasana Getih: Wewadi Keris Mpu Gandring lan Laku Pati Anusapati! | ꦥꦺꦴꦢ꧀ꦏꦺꦱ꧀ꦗꦮ

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar