Hastabrata: 8 Karakter Pemimpin yang Ideal Menurut Budaya Jawa, DPRmu Punya Nggak?

Table of Contents

Sri Sultan Hamengkubuwana X, Raja Yogyakarta

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Peristiwa demo yang terjadi pada akhir Agustus 2025 menjadi momen penilaian masyarakat tentang pemimpin mereka, mana pemimpin yang benar-benar mau berdialog dan mendengarkan suara rakyat. 

Salah satu pemimpin yang menjadi sorotan saat ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwana X, Raja Keraton Yogyakarta, karena ia mau menemui rakyatnya saat terjadi demonstrasi serentak. 


Dalam postingan yang diunggah Humas Pemda DIY, mereka menyampaikan bahwa ketika menghadapi demo, Ngarsa Dalem berdialog dengan perwakilan massa bersama para putri dan menantunya, lalu blia menemui warga yang berkumpul di Mapolda DIY. 


Langkah Ngarsa dalem diiringi lantunan gending Raja Manggala yang biasanya mengalun ketika Sri Sultan miyos untuk menerima tamu kerajaan. Postingan tersebut lantas mendapat komentar dari warganet.


“Bahkan para pendemo masih dianggap tamu kerajaan sama Beliau dan beliau berani turun dan berhadapan langsung. Respect,” tulis @dini.sukmaa.


“Gini loh pemimpin itu,” tulis @rikaekawati. 


“Raja Jawa yang sesungguhnya,” tulis akun @haniel_rivelino dalam postingan akun instagram @humasjogja.


Lalu, dari kejadian tersebut, kita bisa mengambil pelajaran, seperti apa sih seharusnya pemimpin itu? Karakter apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin? Berikut penjelasan selengkapnya.

Syarat Menjadi Pemimpin 

Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus dipilih dan diangkat oleh rakyat serta memiliki tiga kriteria penting: legal, prosedural, dan profesional. 

Kriteria legal berkaitan dengan masalah keabsahan secara hukum dalam masyarakat yang mengangkatnya sebagai pemimpin. 

Kali ini, Raja Yogyakarta, meskipun sistemnya adalah monarki, tapi ia diakui dan dihormati sebagai pemimpin mereka.

Kriteria profesional berkaitan dengan kemampuan pemimpin dalam menjalankan tugas dan kepemimpinannya. 

Sedangkan kriteria prosedural berkaitan dengan proses pengangkatan dan penunjukkan yang disepakati masyarakat. 

Kalau sudah memenuhi ketiga kriteria tersebut seorang pemimpin baru bisa disebut sebagai harapan masyarakat. 

Tentang Hastabrata

Menurut khasanah Budaya Jawa dalam artikel Imam Sutardjo yng berjudul “Konsep Kepemimpinan Hastabrata dalam Budaya Jawa,”sebenarnya setiap orang pada dasarnya adalah seorang pemimpin yang minimal memimpin diriya sendiri. 

Tapi, apa sih yang membedakan pemimpin biasa dengan pemimpin sejati? Jawabannya mungkin bisa kamu temukan dalam sebuah konsep kuno dari budaya Jawa yang super relevan hingga hari ini, Hastabrata.

Hasta berarti delapan, dan brata yang berarti sikap dan perbuatan. Kedelapan sikap tersebut menjadi pedoman yang harus dipegang oleh para pemimpin menurut khasanah budaya Jawa.

Ajaran kuno ini sudah diwariskan dari para raja dan pujangga Jawa untuk menjadi pedoman dalam memimpin, termasuk mengatur sebuah bangsa dan negara. 

Uniknya, konsep ini bersifat universal dan selalu "up to date" karena mengacu pada delapan elemen alam yang selalu ada di sekitar kita. 

Jadi, kalau seorang pemimpin bisa bercermin pada alam, kepemimpinannya dijamin bisa berjalan dengan baik dan sukses.

Penasaran apa saja delapan karakter pemimpin ala Hastabrata? Simak baik-baik, siapa tahu salah satunya sudah ada di dalam dirimu!

Hastabrata Versi Serat Rama Jarwa 

Ada beberapa versi mengenai pemaknaan hastabrata, salah satunya menurut serat Rama Jarwa. 

Menurut serat ini, seorang pemimpin harus berpegang pada watakk dewa yang berjumlah delapan, berikut di antaranya: 


1. Sifat Murah Hati Dewa Indra 


Seorang pemimpin harus bermurah hati seperti Dewa Indra, yang digambarkan suka membagikan kesejukan layaknya hujan. Jadi, bantu orang-orang tanpa pilih-pilih dan pastikan kesejahteraan mereka selalu meningkat.


2. Sifat Penuh Kasih Dewa Surya 


Sebagai pemimpin, tirulah Dewa Surya yang membawa kebaikan dan motivasi. Alih-alih bersikap kejam atau galak, seorang pemimpin yang baik justru harus menunjukkan kasih sayang, menginspirasi, dan mendorong timnya ke arah yang positif.


3. Sifat Diam-Diam Mengamati Dewa Bayu 


Layaknya angin yang bisa bergerak ke mana saja, pemimpin harus bisa menyatu dengan tim atau rakyatnya. 


Dekati mereka secara rahasia, amati kesungguhan mereka dalam bekerja, dan pahami kondisi yang sebenarnya tanpa membuat mereka merasa diawasi atau ingin cari muka.


4. Sifat Mengayomi Dewa Kuwera 


Seorang pemimpin harus bisa menjadi penolong dan penyedia kebutuhan bagi orang lain. Tumbuhkan rasa percaya kepada tim dan bawahanmu, serta berikan dukungan agar rezeki dan kualitas hidup mereka meningkat.


5. Sifat Bijaksana Dewa Baruna 


Pemimpin harus bersikap adil dan tegas. Seperti Dewa Baruna yang membawa senjata untuk kebaikan, seorang pemimpin perlu memikirkan dan mengambil langkah konkret agar semua orang patuh pada hukum dan berbuat baik.


6. Sifat Penegak Keadilan Dewa Yama 


Dalam menegakkan hukum, pemimpin harus bersikap adil tanpa pandang bulu. Hancurkan dan adili semua pihak yang merugikan masyarakat, bangsa, dan negara.


7. Sifat Pemaaf Dewa Candra 


Seorang pemimpin yang ideal juga harus punya sifat pemaaf, sopan, dan rendah hati. Selalu tebarkan suasana menyenangkan dan tunjukkan kasih sayang kepada sesama.


8. Sifat Pelindung Dewa Brama 


Tugas utama seorang pemimpin adalah melindungi rakyat dari berbagai ancaman dan bahaya. Selain memberantas musuh, pemimpin juga bertanggung jawab untuk terus mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dan negaranya.

Hastabrata Versi Serat Ajipamasa

Menurut Serat Ajipamasa, seorang pemimpin harus melaksanakan delapan anasir bumi. Berikut selengkapnya.


1. Berjiwa Tanah (Pratala): Tulus dan Dermawan

Pemimpin yang berjiwa tanah adalah sosok yang tulus memberi tanpa mengharapkan balasan. Mereka selalu siap membantu dan berbuat baik untuk membuat orang lain senang. 


Sifat ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang ikhlas, tidak menyimpan dendam, dan selalu memberikan dukungan nyata kepada orang di sekitar kita.


2. Berjiwa Air (Tirta): Sejuk dan Memaafkan


Seperti air yang menenangkan, pemimpin dengan karakter ini mampu menciptakan ketenangan dan kedamaian. 


Mereka punya sifat pemaaf yang besar dan bisa membawa kesejukan bagi tim atau orang-orang yang dipimpinnya. Ini penting untuk membangun lingkungan kerja atau komunitas yang harmonis dan nyaman.


3. Berjiwa Api (Dahana): Tegas dan Penuh Semangat


Api punya kekuatan untuk membasmi kejahatan dan menjaga kehormatan. Pemimpin harus punya semangat membara dan ketegasan untuk memberantas kejahatan atau masalah yang merugikan orang banyak. 


Namun, ketegasan ini dibarengi dengan kesabaran, sehingga mereka tidak tamak dan selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan.


4. Berjiwa Angin (Maruta): Dekat dan Peka


Angin bisa menyentuh setiap sudut, mengajarkan pemimpin untuk selalu waspada dan dekat dengan orang-orangnya. 


Pemimpin ideal harus mau "turun ke bawah" dan berbaur dengan siapa saja, di mana saja, tanpa memandang status. 


Sifat ini membuat mereka bisa memahami kondisi sesungguhnya, bermanfaat bagi semua orang, dan tidak mudah sakit hati saat dikritik.


5. Berjiwa Matahari (Surya): Bijak dan Pemberi Energi


Matahari memberi energi dan pencerahan. Pemimpin dengan karakter ini harus bisa menjadi sumber motivasi dan semangat bagi timnya. 


Mereka bekerja dengan penuh kehati-hatian, kesabaran, dan tidak mudah putus asa saat menghadapi tantangan.


6. Berjiwa Bulan (Candra): Menenangkan dan Berbelas Kasih


Bulan yang indah di malam hari membawa kedamaian. Sifat ini mengajarkan pemimpin untuk bisa menenangkan, membawa kegembiraan, dan menciptakan suasana damai. 


Mereka harus berperilaku lembut, penuh belas kasih, dan tidak bersikap kejam kepada orang lain.


7. Berjiwa Bintang (Sudama): Panutan dan Teguh Pendirian


Bintang menjadi penunjuk arah yang jelas di kegelapan. Pemimpin sejati adalah panutan yang punya pendirian teguh dan tidak mudah tergoda. 


Mereka dipercaya karena tidak munafik, selalu menepati janji, dan gemar memberikan bimbingan kepada timnya.


8. Berjiwa Awan (Mendhung): Adil dan Pelindung


Awan bisa terlihat menakutkan, tapi ia membawa hujan yang menolong kehidupan. Seorang pemimpin harus punya wibawa untuk mengendalikan situasi, namun tindakannya selalu bertujuan untuk melindungi dan menolong rakyatnya. 


Mereka harus adil dalam menegakkan kebenaran dan selalu siap membantu kebutuhan orang banyak.

Hastabrata Versi Pedhalangan atau Pertunjukan Wayang

Menurut serat ini, seorang pemimpin harus berwatak kosmosentris, berikut selengkapnya. 


1. Berwatak Matahari (Surya)


Matahari itu memberi energi dan kehidupan. Sifat ini juga harus dimiliki seorang pemimpin. 


Jadilah pemimpin yang bisa memberikan semangat, motivasi, dan inspirasi bagi tim atau orang-orang di sekitarnya. Jangan mudah menyerah dan selalu sabar dalam menjalankan tugas.


2. Berwatak Bulan (Candra)


Bulan itu indah dan menerangi kegelapan. Seorang pemimpin juga harus bisa menjadi "penerang" yang memberikan solusi dan ketenangan di tengah masalah atau kegelapan. Jadilah sosok yang menyejukkan, penuh belas kasih, dan berperilaku santun.


3. Berwatak Bintang (Kartika)


Bintang itu indah dan menjadi penunjuk arah di malam hari. Ini artinya, seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan dan pedoman bagi tim atau rakyatnya. 


Dengan kata lain, jadilah sosok yang teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh, dan penuh integritas.


4. Berwatak Awan (Mendhung)


Awan terkadang terlihat menakutkan, tapi setelah itu ia membawa hujan yang menghidupkan. Pemimpin harus memiliki wibawa, tapi tindakannya harus bermanfaat dan melindungi. 


Bersikaplah adil dan suka membantu orang lain


5. Berwatak Angin (Bayu/Maruta)


Angin itu ada di mana-mana, mengisi setiap ruang. Seorang pemimpin harus "merakyat," mau turun langsung ke lapangan untuk memahami kondisi yang sebenarnya dari tim atau orang-orangnya. Lakukanlah dengan teliti dan cermat tanpa pamrih pribadi.


6. Berwatak Api (Brama/Dahana)


Api itu tegak dan membakar apa pun yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin harus tegas dan adil dalam menegakkan kebenaran, tanpa pandang bulu. 


Dulur-dulur harus berani memberantas kejahatan demi melindungi masyarakat.


7. Berwatak Laut (Samodra/Baruna)


Laut itu luas dan mampu menampung apa saja tanpa membenci. Pemimpin harus punya wawasan luas, sabar, dan berjiwa besar. Kamu harus bisa menerima berbagai masalah dan masukan dari mana saja.


8. Berwatak Tanah (Bumi/Pratala)


Bumi itu suci dan sentosa. Artinya, seorang pemimpin harus berjiwa tulus, jujur, dan rela berkorban untuk kesejahteraan orang lain. Selain itu, pemimpin juga harus bisa memberikan penghargaan kepada mereka yang berjasa.

Referensi

Sutardjo I. 2014. Konsep Kepemimpinan Hastabrata dalam Budaya Jawa. Jakarta: Jumantara Vol 5 No. 2 hlm. 85-103.

Posting Komentar