Sang Raja Terakhir: Kertanagara dan Ambisi Penaklukan

Daftar Isi

Kertanagara, raja terakhir Singhasari yang berambisi, ditakdirkan untuk melihat kekuasaannya runtuh di tangan musuhnya.

Ilustrasi potret Raja Kertanagara dari Singhasari. (Generatif ChatGPT)
Ilustrasi potret Raja Kertanagara dari Singhasari. (Generatif ChatGPT)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Kisah Raja Kertanagara dari Singhasari adalah narasi epik tentang ambisi kekuasaan, penaklukan, dan takdir yang berakhir tragis. Sebagai raja terakhir dari Kerajaan Singhasari, Kertanagara bercita-cita besar untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaannya, namun harus menghadapi ancaman dari imperium Mongol yang jauh. Kisahnya menjadi jembatan penting menuju era baru, kebangkitan Majapahit, yang akan diukir oleh menantunya sendiri.

Kertanagara: Raja Ambisius dengan Visi Nusantara

Sosok Kertanagara, yang memerintah Singhasari sejak tahun 1194 Saka atau 1176 Masehi, digambarkan secara kontras dalam catatan sejarah. Kitab Pararaton menyebutnya sebagai raja yang sembrono dan tidak cakap. Pararaton bahkan menyoroti gaya hidupnya yang pecandu minuman arak dan sifatnya yang sangat ceroboh dalam menghadapi musuh.

Namun, di sisi lain, Nagarakrtagama, karya pujangga Prapanca, melukiskan gambaran yang sangat berbeda. Prapanca memuliakan Kertanagara sebagai sebuah teladan raja yang bijaksana dan berbudi luhur. Dalam pandangan Buddhis sang pujangga, Kertanagara adalah raja yang sempurna dalam enam kebijakan negara terhadap luar negeri; mahir dalam ilmu pengetahuan; menguasai kitab-kitab ajaran sejati; sangat adil; teguh dalam sumpahnya sebagai Jina; sangat cekatan dalam tindakan praktis.

Gelar keagamaan Kertanagara pun mencerminkan kemuliaannya. Ia dikenal dengan nama raja Bhatara Siwabuddha. Setelah kematiannya, ia disimbolkan sebagai Jina Wairocana, sebuah manifestasi Buddha, dan bersama permaisurinya Bajradewī, digambarkan sebagai Ardhanarīśwarī dalam satu arca di Sagala. Kontradiksi dalam penggambaran ini menambah kompleksitas pada figur Raja Kertanagara, raja terakhir Singhasari, yang jelas memiliki visi dan ambisi besar.

Penaklukan Luar Jawa dan Hubungan dengan Mongol

Visi Kertanagara tidak terbatas pada Jawa. Ia memiliki ambisi besar untuk menyatukan Nusantara. Pada tahun 1197 Saka (1214 M), Kertanagara melancarkan ekspedisi militer pertamanya ke Malayu (Sumatra). Penaklukan di Sumatra dan Pahang (Semenanjung Malaya) segera diikuti. Tidak hanya itu, Sunda-landen, Madura, dan beberapa wilayah lain juga mengakui supremasi Jawa di bawah pemerintahannya.

Sumber-sumber mencatat daftar wilayah yang luas yang pernah tunduk pada Singhasari—dan kemudian Majapahit—selama masa kejayaan Hayam Wuruk, cucu Kertanagara. Ini termasuk Bali, Dompo, Seran, Gurun, Tanjungpura, Sunda, Palembang, Haru, Pahang, dan Tumasik (yang kemudian diidentifikasi dengan Samudra atau Singapura). Nagarakrtagama memperinci wilayah di Sumatra seperti Jambi, Palembang, Teba, Dharmmagraya, Kandis, Kahwas, Manangkabwa (Minangkabau), Siak, Rekan, Kampar, Pane, Kampe, Harw (Aru), Mandahiling (Mandailing), Tumihang (Tamiang), Parllak (Perlak), Barat (Aceh Barat), Lwas, Samudra, Lamuri, Batam, Lampung, dan Barus. 

Di Borneo, wilayah yang tunduk meliputi Barito, Sawaku (Sebuku), Tabalung, Tanjung Kute (Kutai), Malano (Milanau), dan Tanjungpuri (Tanjungpura di Matan). 

Sementara di Semenanjung Malaya ada Pahang, Hujungmedinï, Lengkasuka, Saimwang, Kalanten (Kelantan), Tringgano (Terengganu), Nagor (Nakhon Si Thammarat), Pakamuwar (Pekan Muar), Dungun, Tumasik (Singapura), Sanghyang Hujung (Ujung Salang), Kelang (Klang), Keda (Kedah), Jere, dan Kanjapiniran.

Namun, ambisi Kertanagara tidak hanya berhadapan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, tetapi juga dengan kekuatan global. Kertanagara terlibat dalam konflik dengan Kaisar Mongol dari Tiongkok, Kublai Khan, setelah ia memperlakukan utusan Mongol dengan cara yang sangat menghina. Penghinaan ini memicu Kaisar Kublai Khan untuk mempersiapkan ekspedisi hukuman ke Jawa.

Akhir Kerajaan Singhasari dan Munculnya Majapahit

Ironisnya, takdir Raja Kertanagara justru tidak berakhir di medan perang melawan Mongol. Ia wafat pada tahun 1214 Saka (1292 M), dengan Nagarakrtagama menyatakan secara halus bahwa ia kembali ke kediaman Buddha. Prapanca, sang pujangga istana, dengan sengaja tidak menyebutkan detail kematian Kertanagara yang kemungkinan tidak terhormat.

Pararaton mengungkapkan bahwa Kertanagara tewas dalam serangan mendadak oleh Jaya Katwang, seorang raja bawahan dari Kadiri. Jaya Katwang, yang disebut sebagai orang jahat dan bernafsu untuk meraih supremasi, telah berkuasa di Kadiri sejak 1193 Saka (1271 M). Pasukan Jaya Katwang berhasil mengalahkan Singhasari dan merebut keraton Tumapël.

Jaya Katwang hanya menikmati kemenangannya sebentar, berkuasa sekitar dua tahun (1214-1216 Saka). Tak lama setelah kematian Kertanagara, ekspedisi Mongol yang dikirim Kublai Khan, yang dipimpin oleh Shih-pi, Kau Hsing, dan Ike Mese, tiba di Jawa pada 1292/1293 M (1214 Saka). Mereka datang untuk membalas penghinaan yang dilakukan Kertanagara.

Momen ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh Raden Wijaya, menantu Kertanagara. Ia bersekutu dengan pasukan Mongol, memanfaatkan mereka untuk mengalahkan Jaya Katwang. Setelah kemenangan atas Kadiri, Raden Wijaya justru membalikkan serangan terhadap sekutunya, bangsa Tatar (Mongol), yang kemudian terpaksa mundur dan kembali ke Tiongkok.

Peristiwa ini menandai akhir Kerajaan Singhasari dan menjadi titik tolak berdirinya Majapahit. Raden Wijaya, yang dikenal licik namun brilian dalam strategi, berhasil mendirikan kerajaan baru dan diangkat menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1216 Saka (1294 M). 

Makam Kertanagara sendiri diyakini berada di Candi Siwabuddha di Tumapël (dikenal sebagai Pürwapatapan), dengan beberapa patung perwakilannya juga ditemukan di Sagala. Demikianlah kisah Raja Kertanagara, seorang raja dengan ambisi besar, yang tanpa sadar telah meletakkan fondasi bagi era keemasan Majapahit melalui jatuh bangunnya kerajaannya sendiri.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.