Asal-Usul Kesultanan Demak: Dari Hutan Glagah Wangi Menjadi Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Daftar Isi

Telusuri jejak Raden Patah, putra Raja Majapahit, dalam mendirikan Kesultanan Demak atas petunjuk Sunan Ampel di belantara hutan Glagah Wangi.

Dari belantara Glagah Wangi, sebuah peradaban baru bersemi. Ilustrasi epik ini mengabadikan momen lahirnya Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. (Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Alkisah, di tengah senja kala Majapahit, seorang pangeran terbuang menjejakkan kaki di tanah Jawa. Ia bukan pangeran biasa. Dalam darahnya mengalir silsilah ganda yang kelak menempatkannya di pusaran takhta: darah biru Majapahit dari sang ayah, Prabu Brawijaya V, dan darah ningrat Tiongkok dari sang ibu. Namanya Raden Patah, sosok yang ditakdirkan untuk membidani lahirnya sebuah imperium baru dari belantara Glagah Wangi.

Kisah pendirian Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, bukanlah sekadar babad penaklukan. Ia adalah sebuah narasi kompleks yang berkelindan antara fakta sejarah, legitimasi spiritual para wali, dan silsilah mitologis yang ditarik hingga Nabi Adam. Membedah sumber-sumber seperti Serat Babad Demak dan catatan para sejarawan adalah upaya menelusuri jejak sebuah peradaban yang lahir dari visi seorang pangeran dan restu para ulama.

Silsilah Sang Putra Mahkota Terbuang: Jejak Palembang dan Tiongkok Raden Patah

Menurut berbagai babad, Raden Patah adalah putra dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, dari seorang istri berdarah Tiongkok. Namun, takdir berkata lain. Saat sang putri sedang mengandung, ia diserahkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar (dalam beberapa naskah disebut Raden Dilah). Di sanalah, di Palembang, Raden Patah lahir dan dibesarkan, jauh dari kemegahan istana ayahnya.

Di Palembang pula, ia tumbuh bersama seorang saudara tiri, Raden Husen, putra Arya Damar dari perempuan yang sama. Raden Husen inilah yang kelak dikenal dengan nama Raden Timbal atau Adipati Terung (Pecatandha), sosok yang akan bersimpangan jalan dengan takdir kakaknya di kemudian hari.

Meskipun Serat Babad Demak juga merunut silsilah Raden Patah hingga ke para nabi dan dewa Hindu seperti Sang Hyang Wenang dan Bathara Guru—sebuah upaya sastra untuk melegitimasi kekuasaan—fokus historisnya tetap pada garis keturunan Majapahit. Silsilah inilah yang menjadi modal politiknya: hak atas tanah Jawa yang diwarisinya dari sang ayah, Prabu Brawijaya.

Bisik Gaib dari Ampel Denta: Peran Sunan Ampel dalam Merintis Jalan Demak

Setelah dewasa, Raden Patah bersama Raden Husen meninggalkan Palembang menuju Jawa. Tujuannya bukan untuk menuntut takhta, melainkan untuk berguru kepada seorang ulama besar di Ampel Denta, Surabaya: Sunan Ampel. Di bawah bimbingan Sunan Ampel, Raden Patah tidak hanya mendalami ajaran Islam tetapi juga menerima sebuah visi besar.

Sunan Ampel, yang telah melihat potensi pada diri santrinya itu, memberikan sebuah perintah spiritual yang strategis. Raden Patah diutus untuk melakukan perjalanan ke arah barat, mencari sebuah daerah bernama Glagah Wangi, dan di sana diperintahkan untuk membuka pemukiman baru serta mendirikan sebuah masjid. Tempat itu, menurut sang Sunan, kelak akan menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Sementara Raden Patah menjalankan misi spiritual ini, adiknya, Raden Husen, diperintahkan untuk mengabdi ke Majapahit.

Membabad Alas Glagah Wangi: Lahirnya Dukuh Bintara, Cikal Bakal Sebuah Imperium

Dengan restu sang guru, Raden Patah memulai perjalanannya. Ia bergerak ke arah barat laut, menyusuri pesisir hingga akhirnya menemukan sebuah hutan lebat yang dimaksud: Alas Glagah Wangi. Di sanalah, dengan dibantu para pengikut setianya, ia mulai membabat hutan dan mendirikan sebuah pemukiman. Pemukiman baru itu ia beri nama Dukuh Bintara.

Kabar tentang pemukiman baru yang dipimpin oleh seorang keturunan ningrat dan ulama itu menyebar dengan cepat. Dalam waktu singkat, Dukuh Bintara menjelma menjadi sebuah pusat keramaian baru. Para pedagang dan penduduk dari wilayah pesisir berdatangan untuk menetap di sana. Serat Babad Demak mencatat bahwa populasi Bintara berkembang pesat hingga menjadi sebuah "praja gung" (kota besar) dengan jumlah penduduk mencapai "watara wong sangang leksa" atau sekitar sembilan puluh ribu jiwa. Dari sebuah dukuh kecil di tengah hutan, Bintara telah bertransformasi menjadi kekuatan baru yang kelak akan menantang hegemoni Majapahit dan melahirkan Kesultanan Demak.

Daftar Pustaka

Arimurti, K., Amanah, S., & Sadewa, T. C. (2023). Alih Aksara Serat Babad Demak. Perpusnas PRESS.

de Graaf, H. J. (1987). Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati (Seri Terjemahan Javanologi No. 3). Grafiti Pers.

Sastradiwirya (Alih Aksara). (1988). Babad Majapahit dan Para Wali 1. Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sastronaryatmo, M. (Alih Bahasa). (2011). Babad Jaka Tingkir (Babad Pajang). Perpustakaan Nasional RI & Balai Pustaka.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar