Catokan dan Emprit Gantil: Teknik Sambungan Khas Konstruksi Kayu Jawa
Pelajari teknik catokan (sambungan balok) dan Emprit Gantil yang berfungsi sebagai pengunci sekaligus hiasan dekoratif pada konstruksi kayu Jawa. Pahami peran Sunduk Kili sebagai stabilisator.
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Arsitektur tradisional Jawa Tengah, yang mencapai puncak kompleksitasnya pada rumah berbentuk Joglo dan Limasan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 159), mengandalkan keahlian tukang kayu (blandong) dalam merakit kerangka bangunan. Ciri khas utama konstruksi ini adalah penolakan terhadap penggunaan paku besi, karena paku dianggap kurang kuat dan rentan karat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 145).
Sebagai gantinya, dikembangkanlah sistem penyambungan kayu yang presisi dan filosofis, seperti teknik purus dan pantek (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 145). Di antara berbagai teknik sambungan tersebut, catokan dan Emprit Gantil memiliki peran vital, terutama pada bagian struktur atap utama Joglo.
Catokan: Sambungan Balok pada Tumpangsari
Catokan adalah teknik sambungan gigi-gerigi atau lidah dan alur (tenon and mortise) yang spesifik digunakan untuk menyambungkan balok-balok (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 147). Teknik ini sangat sering dijumpai pada susunan balok-balok yang disebut Tumpang dalam kerangka atap Joglo (tumpangsari) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 137, 147).
Pada susunan balok Tumpang yang bersusun ganjil, sambungan catokan pada umumnya tidak diberi pengunci (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 147, 167). Hal ini disebabkan karena balok Tumpang di bawahnya sudah ditindih secara erat oleh balok Tumpang yang berada di atasnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 167).
Namun, jika balok catokan pada tumpang memerlukan pengunci, pengunci khusus ini disebut togog jalak (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 147, 167). Togog jalak berfungsi untuk menahan kemungkinan bergesernya balok yang terdapat di atasnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 167).
Emprit Gantil: Pengunci Sekaligus Hiasan Dekoratif
Emprit Gantil merupakan salah satu jenis pengunci yang digunakan pada sambungan catokan tertentu. Pengunci ini memiliki peran yang lebih signifikan dan estetik dibandingkan togog jalak.
• Fungsi Utama: Emprit Gantil berfungsi sebagai pengunci sambungan catokan antara balok penanggap/penitih dan penangkur (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 162, 168, 169). Pengunci ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan atap agar tidak merenggang akibat daya tekan ke samping dari dudur, iga-iga, dan usuk (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 168).
• Fungsi Dekoratif: Karena posisi Emprit Gantil yang nampak jelas dari dalam ruangan rumah, ia juga berfungsi sebagai hiasan dekoratif (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 162, 169). Oleh karena itu, banyak Emprit Gantil diberi bentuk dan ukiran yang indah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 169).
• Asal Nama: Nama Emprit Gantil (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 162, 167) berasal dari nama jenis burung kecil (burung emprit) yang suka bergantung saat mencari makanan seperti serangga atau ulat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 167).
Sunduk Kili: Peran Kunci Sebagai Stabilisator
Selain sistem penyambungan, konstruksi rumah Jawa tradisional juga dilengkapi elemen-elemen yang menjamin stabilitas struktural, yaitu Sunduk dan Kili (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 163).
• Definisi dan Fungsi: Sunduk adalah kayu panjang yang dipasang miring, searah dengan panjang rumah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 165). Kili juga dipasang miring, tetapi melintang terhadap panjang rumah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 166). Keduanya—sunduk dan kili—berfungsi sebagai penyiku atau stabilisator (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 163, 165, 166).
• Tujuan: Fungsi stabilisator ini krusial untuk menjaga keseimbangan agar rumah tidak mudah bergoyang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 163).
• Rangkaian: Sunduk dan Kili dirangkai dengan saka guru (tiang utama) menggunakan teknik sambungan kunci, yang berarti satu sama lain saling mengunci (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 163).
Sistem sambungan yang cerdas, seperti catokan dan Emprit Gantil, yang dikombinasikan dengan elemen stabilisator seperti Sunduk Kili, menunjukkan tingkat kecanggihan arsitektur tradisional Jawa dalam menciptakan bangunan yang kokoh tanpa bergantung pada teknologi paku modern.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985). Arsitektur tradisional daerah Jawa Tengah (Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah Tahun Anggaran 1981/1982, Cetak Ulang 1985-1986). Proyek IDKD Jawa Tengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985b). Isi dan kelengkapan rumah tangga tradisional menurut tujuan, fungsi dan kegunaannya daerah Jawa Tengah (Hasil Penelitian Tahun 1982/1983). Proyek IDKD Jawa Tengah.
Ismunandar K., R. (1990). Joglo: Arsitektur rumah tradisional Jawa. Dahara Prize. (Dikutip dalam konteks arsitektur Joglo dan Limasan). (Dikutip dalam konteks arsitektur Joglo).