Elemen Kunci Konstruksi Joglo: Tumpangsari, Ander, dan Brunjung

Daftar Isi

Pahami konstruksi Joglo: Brunjung (bagian atas atap), Tumpangsari (balok bersusun), dan Dada Peksi (penyangga/hiasan). Elemen vital Joglo bagi kaum ningrat.

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Rumah adat Jawa bentuk Joglo diakui sebagai bentuk arsitektur yang paling sempurna dan memiliki teknik pembuatan yang paling tinggi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985). Dibangun di atas fondasi empat tiang utama yang disebut saka guru, Joglo adalah simbol status sosial tertinggi, yang secara tradisional hanya dimiliki oleh kaum bangsawan (ningrat) atau elite birokrasi.

Kompleksitas Joglo terletak pada kerangka atap utamanya yang disusun sedemikian rupa menggunakan sistem penyambungan presisi seperti purus dan pantek (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, p. 145), alih-alih paku, demi kekuatan dan keabadian. Tiga elemen kunci yang mendefinisikan kemegahan konstruksi Joglo adalah Brunjung, Tumpangsari, dan Dada Peksi.

Brunjung: Atap Utama yang Megah dan Simbolis

Brunjung adalah istilah yang merujuk pada atap utama pada bangunan Joglo. Secara visual, atap Joglo ini tampak megah dan berwibawa, mencerminkan watak kekeratonan.

Konstruksi Brunjung ini unik karena terlihat seperti piramida terbalik. Susunan baloknya makin ke atas makin melebar, berkebalikan dengan balok uleng (susunan balok di bawahnya) yang menyempit ke atas seperti piramida.

Brunjung ditopang oleh tiang-tiang dan balok utama, dengan elemen-elemen penting:

• Molo: Merupakan kayu atau balok yang membujur di bagian paling atas. Penampang balok molo biasanya berbentuk bujur sangkar. Pemasangannya seringkali miring atau sudut menyudut, sesuai dengan arah miringnya atap.

• Ander: Tiang penopang yang berfungsi menahan molo. Pada Joglo yang besar seperti Sasana Sewaka (Joglo Pangrawit) di Keraton Surakarta, saka guru (tiang utama) tidak diteruskan sampai ke puncak, melainkan mendukung balok-balok horisontal, dan ander yang disangga oleh Dada Peksi kemudian menopang molo.

• Penanggap dan Penangkur: Ini adalah balok-balok yang mengikat atap brunjung dan merupakan landasan empyak (atap penutup). Penanggap (atau Penitih) berfungsi seperti blandar, sementara Penangkur berfungsi seperti pengeret.

Tumpangsari: Balok Bersusun Ganjil

Di bawah atap utama Brunjung, tepat di atas empat saka guru (tiang utama), terdapat susunan balok bersusun yang paling mencolok dan menjadi penentu kekuatan Joglo, yaitu Tumpangsari.

• Definisi: Tumpangsari merujuk pada balok yang bersusun dan berjumlah ganjil. Balok-balok yang tersusun itu disebut Tumpang. Balok yang dalam susunan tumpang itu terletak paling bawah juga disebut Tumpangsari.

• Fungsi: Tumpangsari adalah elemen vital yang menampung seluruh daya berat dari Brunjung. Susunan balok ini berada di dalam ruang, tepat di bawah atap Joglo.

• Teknik Sambungan: Tiap persendian balok pada susunan ini menggunakan teknik catokan. Sambungan catokan pada tumpang umumnya tidak diberi pengunci karena sudah ditindih oleh tumpang di atasnya. Namun, jika diberi pengunci, pengunci catokan tumpang disebut togog jalak.

• Gimbal dan Uleng: Bagian sisa atau kelebihan balok pengeret atau blandar yang saling dicatokkan disebut Gimbal. Susunan balok di tengah-tengah Joglo yang disebut uleng (kelihatan seperti piramida), tiap persendian baloknya juga menggunakan teknik catokan.

Dada Peksi: Elemen Penyangga dan Hiasan Dekoratif

Salah satu bagian yang paling dihias dan berfungsi ganda dalam konstruksi Joglo adalah Dada Peksi.

• Fungsi Ganda: Dada Peksi adalah balok melintang yang terletak di tengah pamidangan (ruang tengah). Fungsi utamanya dalam rumah bentuk Joglo adalah sebagai penopang ander (tiang penopang molo). Namun, ia lebih dikenal berfungsi sebagai pajangan (hiasan).

• Pusat Cahaya: Dada Peksi juga berfungsi sebagai tempat bergantungnya lampu induk.

• Ornamen: Karena berfungsi sebagai hiasan, Dada Peksi diukir dengan indahnya. Ukiran pokok pada bagian tengah yang menghadap ke bawah seringkali dihias dengan motif gelung-gelung daun yang keluar dari pangkal lampu induk. Bagian ujung Dada Peksi dihias dengan motif tumpal yang secara keseluruhan ukirannya menyerupai gunungan atau pohon hayat (kalpataru). Motif ini sering diberi warna prada emas, melambangkan keagungan.

Elemen-elemen ini menegaskan bahwa konstruksi Joglo bukan hanya pencapaian teknis dalam seni kayu, tetapi juga merupakan artefak budaya yang menampung kompleksitas sistem nilai dan gagasan kebudayaan Jawa.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985). Arsitektur tradisional daerah Jawa Tengah (Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah Tahun Anggaran 1981/1982, Cetak Ulang 1985-1986). Proyek IDKD Jawa Tengah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985b). Isi dan kelengkapan rumah tangga tradisional menurut tujuan, fungsi dan kegunaannya daerah Jawa Tengah (Hasil Penelitian Tahun 1982/1983). Proyek IDKD Jawa Tengah.

Ismunandar K., R. (1990). Joglo: Arsitektur rumah tradisional Jawa. Dahara Prize. (Dikutip dalam konteks arsitektur Joglo).

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.