Jaka Tingkir: Dari Anak Terhukum Menjadi Sultan Pajang Penerus Demak

Daftar Isi

Perjalanan hidup Mas Karebet alias Jaka Tingkir, putra Kebo Kenanga yang dieksekusi, dari pengabdian di Demak hingga menjadi Sultan Hadiwijaya di Pajang.

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Di tengah kemelut politik dan agama pada senja kala Majapahit, seorang pangeran dari Pengging menemui ajal di ujung belati utusan Demak. Namanya Ki Ageng Pengging atau Kebo Kenanga, seorang bangsawan yang memilih jalan spiritual berbeda, berguru pada Syekh Siti Jenar yang ajarannya dianggap sesat oleh para wali. Eksekusinya, yang diperintahkan oleh Sultan Demak dan dieksekusi oleh Sunan Kudus, meninggalkan seorang putra yang masih bayi. Anak itu tak ditakdirkan untuk hidup dalam bayang-bayang dendam. Sebaliknya, ia meniti takdirnya sendiri: jalan pedang yang membawanya dari dusun terpencil, masuk ke jantung kekuasaan Demak, terbuang karena kesombongan, hingga akhirnya bangkit sebagai penguasa baru yang mewarisi takhta Jawa.

Inilah kisah Mas Karebet, sang putra terhukum yang kelak dikenal dengan nama legendaris Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang sekaligus penutup dinasti Demak. Perjalanannya adalah sebuah epik tentang bagaimana darah dan takdir mampu mengalahkan stigma dan pengasingan.

Asal-Usul Mas Karebet: Putra Pengging yang Tersingkir

Lahirnya Jaka Tingkir diiringi pertanda alam yang tak biasa. Alkisah, di tengah pertunjukan wayang beber yang digelar ayahnya, Ki Ageng Pengging, lahirlah ia. Kelahirannya disambut gerimis dan kemunculan tiga pelangi (kakuwung). Menyaksikan peristiwa itu, Ki Ageng Tingkir, sahabat seperguruan ayahnya, memberinya nama Mas Karebet, terinspirasi dari suara krebet-krebet pertunjukan wayang beber yang sedang berlangsung.

Namun, masa kecilnya segera diselimuti tragedi. Ayahnya, Ki Ageng Pengging, menolak untuk menghadap Sultan Demak saat dipanggil, sebuah tindakan yang dianggap sebagai pembangkangan. Akibatnya fatal. Sunan Kudus diutus ke Pengging dan mengeksekusi Ki Ageng Pengging dengan sebilah pisau (seking) yang ditusukkan di sikunya. Saat itu, Mas Karebet baru berusia tujuh tahun. Duka tak berhenti di situ. Tujuh hari setelah kematian suaminya, sang ibu menyusul wafat, meninggalkan Mas Karebet sebagai seorang yatim piatu. Dalam kesendirian, ia kemudian diasuh oleh janda Ki Ageng Tingkir. Di sanalah ia tumbuh dewasa dan mendapat nama baru yang akan abadi dalam sejarah: Jaka Tingkir.

Pengabdian dan Pengasingan: Jalan Pedang di Demak

Takdir Jaka Tingkir berubah saat seorang wali agung menampakkan diri. Suatu sore, ketika ia sedang berada di ladang, Sunan Kalijaga lewat dan memberinya wangsit bahwa ia ditakdirkan menjadi raja yang menguasai Tanah Jawa, dan menyuruhnya untuk segera mengabdi ke Demak. Atas restu ibundanya, Nyi Ageng Tingkir, Jaka Tingkir berangkat ke pusat kekuasaan yang telah menghabisi nyawa ayahnya itu.

Di Demak, dengan perantaraan pamannya, Ki Ganjur, ia berhasil menarik perhatian Sultan Trenggana. Dalam sebuah momen yang menentukan, saat Sultan hendak menuju masjid kecil, Jaka Tingkir yang sedang berjongkok di tepi kolam melompat mundur menyeberangi kolam selebar tiga puluh jengkal tanpa mengubah posisinya. Terkesan oleh kesaktiannya, Sultan Trenggana mengangkatnya sebagai anak dan memasukkannya ke dalam korps prajurit elite, Tamtama. Kariernya melesat hingga ia diangkat menjadi lurah prajurit Tamtama.

Namun, kekuasaan dan pujian membuatnya pongah. Puncaknya terjadi saat seorang penantang perkasa dari Kedu bernama Dadungawuk hendak menguji kesaktian untuk masuk ke dalam korps Tamtama. Merasa diremehkan, Jaka Tingkir membunuhnya tanpa dosa, hanya dengan menggunakan sirih yang digulung (sadak) yang ia lemparkan hingga memecahkan dada Dadungawuk. Sultan Trenggana murka bukan kepalang. Jaka Tingkir dipecat dan diusir dari Demak karena telah membunuh orang tanpa sebab yang adil. Dalam pengasingannya, ia berkelana dan berguru kepada para sahabat ayahnya, seperti Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang, dan akhirnya Ki Ageng Banyubiru.

Menjadi Sultan Pajang: Kemenangan Atas Arya Penangsang

Jalan kembali ke Demak terbuka melalui sebuah ujian. Sultan Trenggana, yang sedang berburu di Gunung Prawata, diganggu oleh seekor kerbau liar (kebo danu) yang mengamuk hebat. Tak ada satu pun prajurit yang mampu menaklukkannya. Sultan lantas membuat pengumuman: barang siapa bisa mengalahkan kerbau itu, dosanya akan diampuni. Dengan bekal segumpal tanah sakti dari gurunya, Ki Ageng Banyubiru, Jaka Tingkir maju dan berhasil menaklukkan kerbau gila itu dengan sekali pukul hingga pecah kepalanya.

Janjinya ditepati. Jaka Tingkir tidak hanya diampuni, tetapi juga diangkat kembali menjadi lurah Tamtama. Lebih dari itu, ia dinikahkan dengan salah seorang putri Sultan Trenggana dan diangkat menjadi Adipati di Pajang. Sejak saat itu, takdirnya terikat pada suksesi Demak. Setelah Sultan Trenggana wafat pada 1546 dan perang saudara pecah akibat ambisi Arya Penangsang, Jaka Tingkir tampil sebagai penengah.

Atas desakan Ratu Kalinyamat yang menuntut balas atas kematian suaminya, Pangeran Hadiri, Jaka Tingkir mengerahkan pasukan Pajang melawan Jipang. Dengan siasat cerdik dari Ki Juru Martani dan keberanian Sutawijaya (putra Ki Ageng Pemanahan) yang melukai Arya Penangsang dengan tombak Kyai Plered, sang Adipati Jipang akhirnya tewas secara tragis oleh kerisnya sendiri, Setan Kober. Dengan gugurnya Arya Penangsang, berakhirlah riwayat dinasti Demak. Jaka Tingkir memindahkan pusaka-pusaka keraton ke Pajang dan menobatkan diri sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan Hadiwijaya, sekaligus mendirikan Kesultanan Pajang.

Daftar Pustaka

Akasah, H. (n.d.). Arya Penangsang: Perebutan Tahta Kesultanan Demak. Aziry Computer.

Arimurti, K., Amanah, S., & Sadewa, T. C. (2023). Alih Aksara Serat Babad Demak. Perpusnas PRESS.

de Graaf, H. J. (1987). Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati (Seri Terjemahan Javanologi No. 3). Grafiti Pers.

Sastronaryatmo, M. (Alih Bahasa). (2011). Babad Jaka Tingkir (Babad Pajang). Perpustakaan Nasional RI & Balai Pustaka.

Tim Penyusun. (2001). Legenda Ki Ageng Banyubiru dan Joko Tingkir. Sub Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.