Mencari Akar Dinasti Pajang: Jaka Tingkir, Keturunan Raja Majapahit yang Lahir di Bawah Layar Wayang

Daftar Isi

Mengupas silsilah dan masa kecil Jaka Tingkir (Mas Karebet), putra Ki Ageng Pengging, serta hubungannya dengan Majapahit dan wali.

Ilustrasi kelahiran Jaka Tingkir. (Generatif Gemini)
Ilustrasi kelahiran Jaka Tingkir. (Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Jaka Tingkir. Nama yang erat kaitannya dengan pendirian Kesultanan Pajang sekaligus akhir dari era Demak. Namun, jauh sebelum ia bergelar Sultan Hadiwijaya, kisah hidupnya bermula dari sebuah tragedi yang diselimuti kemuliaan silsilah darah Majapahit. Pemuda yang awalnya dikenal sebagai Mas Karebet ini menyimpan takdir agung, yang akarnya menancap kuat pada dinasti raja-raja Jawa Timur dan dipupuk dalam konflik spiritual dan politik di Jawa Tengah.

Mengacu pada naskah-naskah kuno seperti Babad Jaka Tingkir dan Babad Tanah Jawi, kita menemukan bahwa asal-usul Jaka Tingkir bukan sekadar cerita rakyat biasa, melainkan sebuah kronik perebutan otoritas dan legitimasi kekuasaan di masa transisi. Untuk memahami kebangkitan Pajang, kita harus terlebih dahulu menyelami bagaimana Mas Karebet dilahirkan, siapa ayahnya, dan bagaimana garis keturunan Majapahit mengalir dalam nadinya.

Latar Belakang Keluarga: Darah Pengging dan Brawijaya V

Jaka Tingkir, yang terlahir dengan nama Mas Karebet, adalah putra dari Ki Ageng Pengging, yang juga dikenal sebagai Kebo Kenanga. Ayah Mas Karebet ini sendiri merupakan putra dari Adipati Andayaningrat di Pengging.

Adipati Andayaningrat bukanlah bangsawan sembarangan. Ia adalah Bupati di Pengging, yang merupakan bekas wilayah Kerajaan Majapahit di daerah Surakarta. Silsilah ini diperkuat fakta bahwa Adipati Andayaningrat menikahi putri dari Prabu Brawijaya V dari Majapahit, yaitu Ratu Pembayun, yang merupakan keturunan dari Putri Campa. Ini menjadikan Andayaningrat sebagai menantu Raja Majapahit terakhir. Meskipun Pengging kemudian menjadi wilayah yang berada di bawah bayang-bayang Demak, Andayaningrat diketahui tetap setia kepada Majapahit.

Tragedi muncul ketika sang ayah, Kebo Kenanga (Ki Ageng Pengging), menolak untuk tunduk sepenuhnya kepada Sultan Demak, meskipun ia sudah memeluk Islam. Kebo Kenanga akhirnya dibunuh oleh utusan Sultan Demak, yaitu Sunan Kudus. Pada saat itulah, Mas Karebet menjadi yatim piatu.

Kelahiran yang Dikenang: Bayi Mas Karebet

Kelahiran Mas Karebet di Pengging dicatat dengan detail yang menarik. Ia mendapatkan nama Mas Karebet karena ia lahir bertepatan saat ayahnya, Ki Ageng Pengging, sedang menyelenggarakan pertunjukan wayang beber. Nama Karebet sendiri diambil dari suara krebet-krebet (suara yang mungkin ditimbulkan oleh layar wayang beber atau pagelaran saat itu).

Setelah kelahirannya, bayi ini diserahkan kepada sahabat ayahnya yang juga hadir dalam pertunjukan tersebut, yaitu Ki Ageng Tingkir. Ki Ageng Tingkir meramalkan bahwa kelak bayi ini akan memiliki derajat tinggi.

Transisi Identitas: Dari Mas Karebet menjadi Jaka Tingkir

Masa kecil Mas Karebet dipenuhi dengan ketidakstabilan akibat konflik politik yang menewaskan ayahnya. Setelah kematian Ki Ageng Pengging, Mas Karebet dirawat oleh Nyi Janda Tingkir, bekas istri Ki Ageng Tingkir.

Karena dibesarkan di Desa Tingkir oleh janda Ki Ageng Tingkir, Mas Karebet kemudian lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Sumber mencatat bahwa Mas Karebet adalah anak yang amat tampan (langkung pĕkik), memiliki fisik yang ideal, dan berkulit halus seperti beludru (alus sariranipun).

Meskipun di mata dunia ia hanyalah anak desa, Jaka Tingkir memiliki kecenderungan spiritual dan fisik yang kuat. Ia dikenal sering menyendiri, gemar menjelajahi jurang, gua, hutan, dan gunung-gunung untuk mencari tempat sepi (panggonan sĕpi). Ia juga mendalami ilmu kanuragan dan kebatinan, bahkan sejak kecil ia sudah belajar ringgit (seni pertunjukan wayang).

Babad juga mencatat bahwa baik ayah Mas Karebet (Kebo Kenanga) maupun Mas Karebet sendiri pernah berguru kepada tokoh spiritual kontroversial, Syeikh Siti Jenar (atau Syeh Lemah Abang), bersama beberapa sahabat lain seperti Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, dan Ki Ageng Butuh. Garis keturunan Majapahit (melalui Pengging) yang menolak tunduk pada Demak, ditambah dengan pendidikan spiritual yang lekat dengan ajaran Syeikh Siti Jenar (yang dihukum mati oleh Majelis Wali Sanga), menempatkan Jaka Tingkir dalam posisi yang unik: ia memiliki legitimasi darah Majapahit, namun berada dalam bayang-bayang pemberontakan spiritual dan politik terhadap Demak.

Inilah fondasi awal yang kelak membawa Jaka Tingkir, si anak yatim piatu dari Pengging, kembali ke pusat kekuasaan Demak dan memulai karirnya sebagai prajurit yang diakui kecakapannya, hingga akhirnya menjadi pendiri Dinasti Pajang.

Daftar Pustaka

Akasah, H. (n.d.). Arya Penangsang: Perebutan Tahta Kesultanan Demak.

Graaf, H. J. de. (n.d.). Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senapati.

Graaf, H. J. de. (n.d.). Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung.

Graaf, H. J. de, & Pigeaud, Th. G. Th. (n.d.). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram.

Kasri, M. K., & Semedi, P. (n.d.). Sejarah Demak: Matahari Terbit di Glagahwangi.

Moelyono Sastronaryatmo. (n.d.). Babad Jaka Tingkir (Babad Pajang).

Muljana, S. (n.d.). Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit).

Pararaton. (n.d.).

Serat Babad Demak (Alih Aksara). (2023). Krisna Arimurti, Siti Amanah, Tio Cahya Sadewa. 

Tim Penyusun. (n.d.). Legenda Ki Ageng Banyubiru dan Joko Tingkir: Ds. Jatingarang.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.