Mengungkap Misteri Kehamilan Jawa Kuno: Dari Rona Wajah Hijau hingga Fenomena "Ngangah-angah" dalam Serat Tata Cara

Table of Contents

Jauh sebelum alat tes modern, masyarakat Jawa kuno memiliki cara unik mendeteksi kehamilan. Selami kearifan lokal tentang tanda-tanda awal kehamilan dan fenomena "nyidam" yang terekam dalam naskah otentik Serat Tata Cara.

Ilustrasi perempuan Jawa yang sedang hamil. (Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Ketika Raden Nganten, seorang perempuan muda dari kalangan priyayi Jawa, mulai merasa tubuhnya lungkrah dan gairah makannya menjadi aneh, ia mungkin belum sepenuhnya sadar akan perubahan besar yang tengah terjadi dalam dirinya. Namun, sepasang mata bijak dari sang ibu mertua, Nyai Ajeng, menangkap sinyal-sinyal yang tak terbaca oleh orang biasa.

"Gêndhuk, kamu itu kiranya sudah hamil," ujar Nyai Ajeng, seperti yang terekam dalam dialog abadi naskah Serat Tata Cara. Pengamatan sang ibu mertua bukanlah tanpa dasar. Ia melihat wêwêging dhadhamu (dadamu terlihat lebih padat), obahing kêkêtêgmu katon ana ing tênggok (denyut halus di ceruk leher yang lebih terlihat), dan yang paling khas, cahyamu ijo (parasmu tampak kehijauan atau memancarkan sinar berbeda) (Sumarno & Mumfangati, 2016, hlm. 15).

Dialog sederhana ini, yang ditulis oleh sastrawan Ki Padmasusastra pada tahun 1893 dan diterbitkan tahun 1911, menjadi jendela otentik untuk memahami bagaimana masyarakat Jawa kuno mengenali tanda awal kehamilan. Jauh dari teknologi medis, mereka mengandalkan kepekaan, pengalaman, dan pengetahuan yang diwariskan turun-temurun—sebuah kearifan yang kini hampir terlupakan.

Bukan Sekadar Perut Buncit: Tanda-tanda Fisik Kehamilan Menurut Nenek Moyang

Dalam masyarakat yang menjadikan pengamatan sebagai ilmu utama, tanda-tanda kehamilan tidak hanya terbatas pada terlambatnya menstruasi. Serat Tata Cara mencatat bahwa deteksi dini dilakukan melalui observasi detail terhadap perubahan fisik calon ibu.

Nyai Ajeng, sebagai representasi generasi tua yang berpengalaman, menyoroti tiga tanda kunci:

1. Payudara yang Terasa Lebih Padat (Wêwêging Dhadha): Ini adalah salah satu tanda fisik paling awal yang dikenali, sejalan dengan pemahaman medis modern tentang perubahan hormonal di awal kehamilan.

2. Denyut Nadi di Leher yang Lebih Terlihat (Obahing Kêkêtêg): Peningkatan volume darah dan kerja jantung pada ibu hamil membuat denyut nadi di beberapa titik tubuh, termasuk leher, menjadi lebih kentara bagi mata yang terlatih.

3. Rona Wajah yang Berubah (Cahyamu Ijo): Istilah "ijo" atau hijau di sini tidak selalu berarti warna harfiah. Ini bisa dimaknai sebagai rona wajah yang pucat namun bersinar dengan cara yang berbeda, sebuah aura khas yang hanya dimiliki oleh perempuan yang sedang mengandung.

Deteksi ini menunjukkan betapa dalamnya pemahaman intuitif masyarakat Jawa terhadap fisiologi perempuan, sebuah keahlian yang lahir dari pengalaman (experience) dan diakui secara komunal (authoritativeness).

"Ngaang" dan "Ngangah-angah": Mengurai Makna di Balik Fenomena Nyidam

Fenomena "nyidam" atau mengidam bukanlah hal baru. Namun, Serat Tata Cara memberikan kita terminologi yang lebih spesifik dan kaya makna. Raden Nganten mengeluhkan dua kondisi yang ia rasakan: ngaang dan ngangah-angah (Sumarno & Mumfangati, 2016, hlm. 15).

• Ngaang digambarkan sebagai keinginan kuat untuk menyantap makanan dengan cita rasa pedas dan kecut, seperti rujak. Namun, anehnya, meskipun keinginan itu dituruti, rasa puas tak kunjung datang.

• Ngangah-angah adalah fenomena yang lebih unik lagi. Ini adalah kondisi ketika seorang ibu hamil sangat menginginkan sesuatu, namun ketika makanan atau benda itu sudah ada di hadapannya, selera itu mendadak hilang dan ia tak jadi menyantapnya.

Mendengar keluhan tersebut, Nyai Ajeng dengan sigap menyimpulkan, "O, iya iku gêndhuk sing diarani: nyidham" (Oh, ya itu, Nak, yang dinamakan nyidam). Istilah-istilah ini menunjukkan bahwa mitos nyidam dalam budaya Jawa bukanlah sekadar keinginan makan biasa, melainkan sebuah gejolak psikologis dan fisik yang kompleks dan telah lama dikenali serta diberi nama khusus.

Peran Sentral Ibu (Mertua): Detektor Pertama Kehamilan dalam Keluarga Jawa

Naskah Serat Tata Cara yang berbentuk dialog secara gamblang menunjukkan struktur sosial dan peran dalam keluarga priyayi Jawa. Dalam konteks kehamilan pertama, peran ibu atau ibu mertua menjadi sangat vital. Nyai Ajeng-lah yang pertama kali mengidentifikasi tanda-tanda pada menantunya, bukan sang menantu sendiri atau bahkan suaminya.

Hal ini mencerminkan sebuah sistem transfer pengetahuan non-formal dalam adat kehamilan Jawa. Perempuan yang lebih tua, dengan segudang pengalamannya, bertindak sebagai "ahli" yang mengonfirmasi dan membimbing perempuan yang lebih muda dalam memasuki fase baru kehidupannya. Sang mertua tidak hanya mendeteksi, tetapi juga langsung memberikan serangkaian petunjuk, larangan, dan anjuran yang harus dipatuhi demi keselamatan janin, seperti anjuran mandi keramas hingga larangan duduk di depan pintu (Sumarno & Mumfangati, 2016, hlm. 1-2).

Kearifan yang terekam dalam Serat Tata Cara lebih dari sekadar gugon tuhon atau takhayul. Ia adalah potret otentik pengasuhan anak Jawa yang dimulai jauh sebelum sang anak lahir. Ia adalah bukti bahwa kepedulian, pengamatan yang tajam, dan penghormatan terhadap siklus kehidupan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi budaya Jawa selama berabad-abad. Sebuah warisan pengetahuan yang diselamatkan dari kepunahan oleh keprihatinan Ki Padmasusastra dan upaya dokumentasi pemerintah di kemudian hari (Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978).

Daftar Pustaka

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. (1978). Adat-istiadat daerah Jawa Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumarno, S., & Mumfangati, T. (2016). Potret pengasuhan anak sejak dalam kandungan hingga remaja pada masyarakat Jawa: Kajian Serat Tata Cara. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar