Sasana Sewaka Keraton Surakarta: Pusat Mistik dan Pemujaan Raja

Daftar Isi

Sasana Sewaka (Joglo Pangrawit) digunakan Raja untuk bersamadi (Lenggah Sinewaka). Pelajari bagaimana Raja dianggap pengejawantahan Dewa yang memohon kesejahteraan rakyatnya.

Sasana Sewaka Keraton Surakarta. (Wikimedia)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa -  Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan budaya, tetapi juga merupakan benteng pertahanan spiritual yang mewadahi ide vital dan kepercayaan Jawa Kuno. Di antara sekumpulan bangunan megah berbentuk Joglo, Limasan, dan Kampung yang membentuk kompleks Keraton, terdapat satu bangunan Joglo yang memegang fungsi ritual tertinggi bagi Sri Susuhunan: Sasana Sewaka.

Bangunan ini bukan sekadar tempat penerimaan tamu, melainkan merupakan panggung bagi komunikasi kosmik antara Raja dengan kekuatan tertinggi. Secara filosofis, sebuah rumah bagi orang Jawa memang dapat memperlihatkan status sosial penghuninya. Maka, Sasana Sewaka dengan arsitekturnya yang sempurna (Joglo) adalah manifestasi status spiritual Raja sebagai pemimpin tertinggi.

Bentuk Joglo Pangrawit yang Sakral

Sasana Sewaka merupakan sebuah pendapa yang berbentuk Joglo Pangrawit dan dilengkapi serambi. Bangunan ini didirikan pada tahun Jawa 1697 oleh Paku Buwono III, salah satu Raja yang banyak mendirikan bangunan di Keraton Surakarta selain Paku Buwono IV.

Arsitektur Joglo Pangrawit Sasana Sewaka ini didirikan dengan struktur dan teknik yang kompleks:

• Sistem Bangunan: Berbentuk Joglo Pangrawit dengan tumpang 5, singup, dan ganja.

• Tiang Penyangga: Konstruksi utama Joglo ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka guru.

• Emperan: Letak emper (serambi) pada brunjung (atap utama Joglo) terbuka dan ditandai dengan adanya Saka Bentung, sehingga konstruksinya dikenal juga sebagai Lambang Gantung.

Joglo Pangrawit ini berfungsi sebagai pendapa. Menurut Ir. Th. Karsten, fungsi pendapa antara lain adalah sebagai tempat pertunjukan (toneel) Jawa, atau semacam teater terbuka pada zaman Yunani dan Romawi Kuno. Namun, Sasana Sewaka mengemban fungsi yang lebih sakral, bukan hanya untuk drama, melainkan untuk ritual Raja.

Fungsi Ritual "Lenggah Sinewaka"

Fungsi utama Sasana Sewaka adalah sebagai tempat Sri Susuhunan melaksanakan upacara "Lenggah Sinewaka". Ritual ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu, yaitu Hari Senin dan Hari Kamis, atau pada hari-hari penting lainnya.

Ketika melaksanakan ritual ini, Raja akan duduk di atas sebuah kursi kerajaan yang disebut "dampar kencana" (singgasana emas). Kegiatan utamanya adalah bersamadi (mengheningkan cipta) bersama-sama dengan para hadirin atau mereka yang menghadap.

Tujuan dari ritual Lenggah Sinewaka adalah untuk memohon kesejahteraan keraton seisi dan sekitarnya serta seluruh rakyat dan negara. Hal ini sejalan dengan konsep dasar kepemimpinan Jawa bahwa seorang pemimpin harus tahu mana yang penting (Berbudhi bawa leksana) dan tidak mementingkan diri sendiri.

Konsep ritual ini menunjukkan bahwa Pendapa Sasana Sewaka berfungsi sebagai tempat "Dewa Raja bersemayam mengheningkan cipta bersama dengan yang menghadap demi kesejahteraan keraton dan seluruh rakyatnya".

Paham Dewa Raja dan Mistik Jawa

Konsep bahwa Raja harus memohon keselamatan dan kemakmuran untuk rakyatnya berakar kuat dalam paham Dewa Raja dan mistisisme Jawa. Raja-raja Jawa (secara filosofis) merupakan pengejawantahan Dewa yang memiliki otoritas dan kepemimpinan yang bersifat "kebapaan".

Masyarakat Jawa Tengah umumnya menganut sistem religi dan pengetahuan yang saling terjalin erat, sehingga mereka sulit memisahkan antara kekuatan alami dan kekuatan kodrati. Ketergantungan pada dunia luar yang oleh Barat dianggap tidak rasional ini terlihat dalam upaya mereka menghindari bala atau memohon keselamatan melalui upacara. Raja, sebagai puncak pimpinan, memegang peran sentral dalam memastikan kesejahteraan spiritual ini.

Keterikatan spiritual Raja Jawa juga ditunjukkan oleh kepercayaan kuno mengenai hubungannya dengan Ratu Kidul (Nyai Rara Kidul) yang berkuasa di Laut Selatan. Kepercayaan ini bahkan mempengaruhi orientasi arsitektur Keraton, di mana bagian Dalem Ageng (Petanen) menghadap ke Selatan. Di Keraton Surakarta, Panggung Sanggabuwana (menara berbentuk angka 8) secara khusus merupakan tempat meditasi Raja untuk menyembah Tuhan, serta tempat pertemuan dengan makhluk halus seperti Ratu Kidul. Sasana Sewaka, meskipun berbeda lokasi dan fungsi ritual, adalah bagian integral dari sistem kepercayaan spiritual Keraton yang berfungsi menjamin stabilitas kosmik dan kemakmuran duniawi.

Sasana Sewaka, oleh karena itu, merupakan simbol dari idealisme kepemimpinan Jawa Kuno yang menyatukan konsep politik, sosial, dan spiritual.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985). Arsitektur tradisional daerah Jawa Tengah (Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah Tahun Anggaran 1981/1982, Cetak Ulang 1985-1986). Proyek IDKD Jawa Tengah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985b). Isi dan kelengkapan rumah tangga tradisional menurut tujuan, fungsi dan kegunaannya daerah Jawa Tengah (Hasil Penelitian Tahun 1982/1983). Proyek IDKD Jawa Tengah.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.