Tips Mengajar Tembang Macapat dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam ala Bambang Sulanjari

Daftar Isi

Bambang Sulanjari saat memberikan materi di Webinar Aku Wong Jawa ke-4
Babad.id | Stori Loka Jawa — Mengajar tembang macapat menjadi tantangan tersendiri bagi guru Bahasa Jawa. Guru dihadapkan pada persoalan bagaimana mengajar tembang macapat yang sudah dilabeli sulit oleh siswa menjadi pembelajaran yang mudah dan menyenangkan.

Melalui pendekatan pembelajaran mendalap (deep learning), guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga memfasilitasi siswa agar dapat berpikir kritis, berkreasi dan menemukan makna personal dari setiap materi yang dipelajari.

Bambang Sulanjari, praktisi tembang macapat, memberikan tips-tips mengajar tembang macapat yang mudah dan menyenangkan pada Webinar Aku Wong Jawa keempat Best Practice! Mengajar Tembang Macapat yang Menyenangkan Sesuai Pendekatan Pembelajaran Mendalam yang diadakan Babad.Id pada Sabtu Kliwon, 20 September 2025. Webinar yang dimulai pukul 19.30 WIB ini dihadiri peserta dari kalangan pelajar, guru Bahasa Jawa, mahasiswa Bahasa Jawa, dan masyarakat umum.

Menurut Bambang, tembang macapat ini menyebar di berbagai daerah, yakni di Sunda, Sasak, Madura, Bali, dan Banyumas. Tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.

Dosen Bahasa dan Sastra Daerah Universitas PGRI Semarang itu juga memaparkan bahwa ada 3 unsur di dalam belajar tembang macapat: reroncening tembung, paugeran gumathok, dan lagu gumathok.

Macam-macam Tembang Macapat

Menurut Ranggawarsita ada 8 macam tembang macapat sebagai berikut:

  1. Asmaradana
  2. Dhandhanggula
  3. Durma
  4. Kinanthi
  5. Mijil
  6. Pangkur
  7. Pucung
  8. Sinom

Sedangkan menurut Patmosoekotjo, tembang macapat memiliki jenis-jenis sebagai berikut:

  1. Asmaradana
  2. Dhandhanggula
  3. Durma
  4. Kinanthi
  5. Mijil
  6. Pangkur
  7. Pucung
  8. Sinom
  9. Maskumambang

Adapun menurut Kaprah, macam-macam tembang macapat sebagai berikut:

  1. Asmaradana
  2. Dhandhanggula
  3. Durma
  4. Kinanthi
  5. Mijil
  6. Pangkur
  7. Pucung
  8. Sinom
  9. Masukmambang
  10. Gambuh
  11. Megatruh

Kemudia Patmosoekotjo menambahi lagi menjadi:

  1. Asmaradana
  2. Dhandhanggula
  3. Durma
  4. Kinanthi
  5. Mijil
  6. Pangkur
  7. Pucung
  8. Sinom
  9. Masukmambang
  10. Gambuh
  11. Megatruh
  12. Juru Demung
  13. Wirangrong
  14. Balabak
  15. Girisa

Best Practice! Mengajar Tembang Macapat yang Menyenangkan
Sesuai Pendekatan Pembelajaran Mendalam

Peran Tembang Macapat

Tembang macapat menurut Bambang, bisa memuat banyak hal atau dapat digunakan untuk belajar maupun mengajar sesuatu yang lebih luas, seperti belajar Bahasa Jawa, tata krama ala masyarakat Jawa, budi pekerti, pernyataan perasaan, sarana pengetahuan dan lain sebagainya.

Sedangkan karakter atau isi tembang macapat mencakup sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi yang membuat seseorang menjadi berbudaya atau mencintai budaya.

Ranah Pendidikan Tembang Macapat

Tembang macapat memiliki beberapa ranah dalam pendidikan sebagai berikut:

  1. Formal: ranah pendidikan formal dipandang paling efektif karena memiliki kekuatan memaksa untuk terus belajar.
  2. Informal: pendidikan di rumah atau di lingkungan sekitar juga menjadi pendorong yang efektif bagi generasi muda untuk belajar budaya.
  3. Non formal: pendidikan non formal ini sangat penting, biasanya dilakukan di sanggar-sanggar seni dan melalui media seperti televisi, radio dan berita.
  4. Pemerintah: Pemerintah juga harus turut andil dalam pelestarian budaya, termasuk membuat festival-festival, pembinaan dan lain sebagainya.

Kompetensi dalam Belajar Tembang Macapat

Ada 3 kompetensi yang harus dikuasai dalam belajar tembang macapat, yakni sebagai berikut:

  1. Melantunkan Tembang Macapat
  2. Memarafrase Syair Tembang Macapat
  3. Membuat Syair Tembang Macapat
Adapun dalam praktiknya, kualitas suara dan power menduduki persetase 35%, penguasaan laras, ketepatan titi laras, pelafalan, dan pedhotan 35% dan penghayatan 30%.

Luluh Lagu dan Luluh Tembung

Di dalam membawakan tembang, terutama pada sajian bawa berlakuaturan luluh lagu dan luluh tembung. Luluh lagu merupakan teknik penyuaraan dalam susunan nada atau laguke lagu berikutnya dengan mengikutsertakan (nyeret) nada berikutnya sebagai seleh. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesan kaku. Luluh lagu biasanya disajikan pada tiap-tiap menjelang seleh kalimat lagu, atau dari satu wiletan ke wiletan berikutnya.

Sedangkan luluh tembung adalah teknik penyuaraan penggabungan dua kata, dari kata yang satu dengan kata berikutnya dan teknik pengucapannya diperhalus (jw. diluluhke) agar tidak terkesan kaku.

Bentuk Penyajian Macapat

Waosan/ura-ura: Karawitan:
  1. Bawa
  2. Buka celuk
  3. Gerong
  4. Suluk
  5. Gendhing sekar
  6. Sindhenan
  7. Palaran
Materi selengkapnya bisa diakses DI SINI

Mukaromatun Nisa
Mukaromatun Nisa Bunga Kenanga