Wali Songo dan Kesultanan Demak: Peran Sentral Para Wali dalam Mendirikan Kerajaan dan Masjid Agung

Daftar Isi

Mengupas peran vital Wali Songo dalam pendirian Kesultanan Demak, mulai dari penasihat Sultan hingga arsitek pembangunan Masjid Agung Demak yang legendaris.

Ilustrasi Wali Songo dan perannya dalam pendirian Kerajaan Demak dan Masjid Agung Demak. (Generatif Gemini)
Ilustrasi Wali Songo dan perannya dalam pendirian Kerajaan Demak dan Masjid Agung Demak. (Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa -  Di jantung Kesultanan Demak, denyutnya tak hanya ditentukan oleh dekret seorang sultan. Di balik singgasana Raden Patah, berdiri kokoh sebuah majelis ulama yang menjadi pilar spiritual sekaligus arsitek peradaban baru di tanah Jawa: Wali Songo. Mereka bukanlah sekadar penyebar agama, melainkan dewan penasihat, perancang strategi, dan para insinyur rohani yang meletakkan fondasi kekuasaan Islam pertama di Jawa. Puncak mahakarya mereka, Masjid Agung Demak, bukan sekadar tempat ibadah, melainkan monumen abadi yang merekam perpaduan antara kekuasaan politik, legitimasi spiritual, dan karamah para wali yang melampaui nalar.

Kisah hubungan simbiosis antara para wali dan kesultanan ini adalah sebuah epos yang tercatat dalam berbagai babad. Ia adalah narasi tentang bagaimana sebuah masjid agung menjadi pusat pertukaran pikiran tentang mistik, sekaligus menjadi episentrum strategi menaklukkan "kekafiran" Majapahit.

Majelis Para Wali: Dewan Penasihat Spiritual dan Politik Sultan

Menurut berbagai tradisi, berdirinya Demak tak lepas dari restu dan bimbingan para wali. Mereka membentuk sebuah dewan yang terdiri dari sembilan wali utama, yang berfungsi sebagai penasihat agung bagi sultan. Masjid Agung Demak menjadi episentrum pertemuan mereka, sebuah tempat di mana para wali berkumpul untuk melakukan musawaratan (musyawarah). Agenda perembukan mereka sangat luas, mulai dari masalah keagamaan, ilmu mistik, hingga strategi politik untuk menyebarkan Islam ke seluruh Jawa.

Majelis ini terdiri dari delapan martabat wali ditambah satu wali umran, yaitu sang penguasa sendiri, Panembahan Bintara. Formasi ini menunjukkan betapa eratnya jalinan antara kekuasaan ulama (ahlul iman) dan umara (pemimpin pemerintahan). Sunan Giri bertindak sebagai pimpinan para wali, sementara Sunan Ampel, dengan kebijaksanaannya, sering menjadi penengah dan pemberi nasihat strategis, seperti saat ia menahan keinginan Demak untuk menyerang Majapahit sebelum waktunya. Mereka adalah kekuatan intelektual dan spiritual yang mengarahkan kebijakan Demak, mengubahnya dari sekadar kadipaten menjadi pusat dakwah yang disegani.

Gotong Royong Suci: Pembangunan Masjid Agung Demak

Pembangunan Masjid Agung Demak menjadi proyek kolosal yang melambangkan persatuan para wali. Menurut Babad Majapahit dan Para Wali, masjid ini didirikan atas prakarsa bersama, di mana setiap wali mendapat tugas atau "bobohan" untuk menyumbangkan tiang utama. Empat tiang penyangga utama yang disebut saka guru dibebankan kepada para wali terkemuka seperti Sunan Benang, Sunan Giri, Sunan Gunungjati, dan Sunan Kalijaga.

Selain saka guru, terdapat pula pilar-pilar lain seperti saka pangendit (tiang penengah) dan sakarawa (tiang serambi luar) yang menjadi tanggung jawab para wali lain, para pandita, ulama, hingga para dipati. Struktur arsitektur ini mencerminkan hierarki dan kesatuan spiritual yang menopang Demak. Pembangunan masjid ini diselesaikan dengan sengkalan (kronogram) "Lawang Trus Gunaning Jalma" yang bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi.

Namun, proyek agung ini tidak berjalan tanpa hambatan. Para wali sempat berselisih pendapat (pradondi) mengenai arah kiblat yang belum tepat. Di tengah kebuntuan itu, Sunan Kalijaga menunjukkan karamahnya. Dengan kesaktiannya, ia memegang puncak Masjid Demak dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang puncak masjid di Mekah, lalu menyatukannya hingga arah kiblat menjadi lurus sempurna. Semua wali yang menyaksikan peristiwa gaib itu hanya bisa takjub.

Legenda Saka Tatal: Simbol Persatuan dari Serpihan Kayu

Di antara kisah-kisah pembangunan Masjid Agung Demak, yang paling melegenda adalah cerita tentang saka tatal (tiang dari serpihan kayu) buatan Sunan Kalijaga. Diceritakan dalam berbagai babad, ketika para wali lain telah siap dengan tiang sumbangan mereka, Sunan Kalijaga justru datang terlambat tanpa membawa apa-apa. Sunan Bonang sempat menegurnya, "Ki Jěbeng (panggilan akrab untuk Sunan Kalijaga), di mana bagianmu? Saka guru masih kurang satu".

Dengan tenang, Sunan Kalijaga menjawab akan mengusahakannya malam itu juga. Malam harinya, beliau mengumpulkan sisa-sisa serpihan kayu (tatal) dari pekerjaan para wali lain. Serpihan-serpihan itu kemudian ia susun, ikat, dan satukan dengan kekuatan spiritualnya (saking kěramatipun). Atas kehendak Tuhan, tumpukan serpihan kayu itu menjelma menjadi sebuah tiang penyangga yang utuh dan kokoh, tak ada bedanya dengan tiang-tiang lainnya. Tiang ajaib inilah yang kemudian dikenal sebagai saka tatal dan ditempatkan di sisi timur laut masjid (piněrnah ing lor wetan). Kisah ini tak hanya menjadi bukti karamah Sunan Kalijaga, tetapi juga menjadi simbol filosofis bahwa dari serpihan-serpihan kecil yang tak berarti sekalipun, dapat tercipta sebuah kekuatan besar jika disatukan dalam semangat kebersamaan.

Daftar Pustaka

Arimurti, K., Amanah, S., & Sadewa, T. C. (2023). Alih Aksara Serat Babad Demak. Perpusnas PRESS.

de Graaf, H. J., & Pigeaud, Th. G. Th. (1985). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Grafiti Pers.

Kasri, M. K., & Semedi, P. (2008). Sejarah Demak: Matahari Terbit di Glagah Wangi. Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak.

Sastradiwirya (Alih Aksara). (1988). Babad Majapahit dan Para Wali 1. Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sastronaryatmo, M. (Alih Bahasa). (2011). Babad Jaka Tingkir (Babad Pajang). Perpustakaan Nasional RI & Balai Pustaka.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.