![]() |
| Pedoman Hidup Rumah Tangga dan Pernikahan Menurut Serat Warna-Warni. (Generatif Gemini) |
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Dalam kebudayaan Jawa, pernikahan bukanlah sekadar persatuan dua insan, melainkan pertautan dua takdir yang harus dikelola dengan ketaatan mutlak dan kearifan spiritual. Serat Warna-Warni, naskah kuno yang kaya akan ajaran etika dan sosial, secara spesifik mendedikasikan beberapa bagian penting untuk membahas bagaimana seharusnya seorang istri dan suami menjalankan bahtera rumah tangga.
Uniknya, ajaran yang tertuang dalam Serat Warna-Warni ini disajikan dalam konteks nasihat yang konon diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada putrinya, Fatimah. Nasihat ini menyoroti peran sentral seorang istri sebagai pendamping, yang kedudukannya—meski mulia—tetap di bawah suami.
Berbakti kepada Suami: Mengutamakan Keinginan dan Menjaga Kehormatan
Serat Jawa menekankan bahwa seorang istri yang mulia adalah istri yang mampu menghormati suaminya. Kepatuhan ini digambarkan sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, bahkan menjamin tempat di surga.
Inilah beberapa kewajiban mendasar seorang istri yang tersurat dalam Serat Warna-Warni:
1. Ketaatan Mutlak dan Tulus: Istri harus menuruti kehendak suami dalam segala hal, bahkan hingga akhir hayat, tanpa mengeluh, dan melakukannya dengan tulus dan ikhlas. Kewajiban berbakti ini ditekankan sebagai hukum.
2. Menghormati dan Mendukung: Istri dilarang menyela perkataan suami atau meremehkan kedudukannya. Ketika suami sedang sibuk mencari nafkah di luar, istri harus selalu siap sedia. Jika dipanggil, istri harus segera menjawab dengan sopan, karena menunda panggilan suami dianggap sebagai "buruknya seorang istri".
3. Etika Makan dan Pelayanan Fisik: Istri harus cermat dan berhati-hati saat memasak dan menyajikan makanan untuk suami. Selain itu, ia harus selalu menuruti keinginan biologis suami. Nasihat yang sangat spesifik juga diberikan, di mana istri dilarang berbuat sombong, meskipun ia berasal dari keluarga terpandang atau kaya.
4. Menyambut dengan Rasa Cinta: Ketika suami pulang dari bekerja, istri harus segera menyambutnya. Ia harus memasang raut muka yang manis, ceria, dan senyum yang menyejukkan sambil menyapa dengan kata-kata halus. Istri harus menampilkan pandangan yang indah dan jangan sekali-kali menunjukkan wajah sedih atau lelah.
Selain itu, nasihat yang ditujukan kepada Fatimah juga mencakup skenario terburuk: Seandainya istri ditinggal mati oleh suami, ia harus dapat memimpin rumah tangga, mengatur masa depan, dan tidak memikirkan lagi kedatangan suaminya yang telah tiada.
Etika Istri dalam Melayani dan Menghormati Tamu
Manuskrip ini juga memberikan pedoman sosial tentang bagaimana seorang istri harus bertindak ketika ada tamu berkunjung, sebuah cerminan bagaimana kehormatan rumah tangga diukur dari keramahtamahan tuan rumah.
Istri diwajibkan untuk menerima tamu yang datang tiba-tiba dengan baik. Pedoman tersebut mencakup:
• Sikap yang Baik: Istri harus segera menyapa tamu tanpa disangka-sangka, menyilakan duduk, dan menyapa dengan perkataan yang halus.
• Keikhlasan Menjamu: Tamu harus dimuliakan "sebagai tamu". Istri harus menjamu tamu walaupun hanya dengan jamuan seadanya dan dilarang berlebihan.
• Tidak Mengeluh: Pentingnya penjamuan seadanya berkaitan dengan tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah. Istri dilarang mengeluh atau menyalahkan suami atas apa pun yang dihidangkan.
• Permintaan Maaf: Istri juga disarankan untuk memohon maaf kepada suami agar segala dosa istri diampuni oleh Allah SWT.
Perhitungan Hari Pernikahan: Neptu sebagai Penentu Keharmonisan Rumah Tangga
Aspek paling khas dari pedoman rumah tangga Jawa yang diuraikan dalam Serat Warna-Warni adalah perlunya Perhitungan Neptu Hari Pernikahan. Perhitungan neptu ini didasarkan pada nilai angka yang disematkan pada setiap hari (Minggu hingga Sabtu) dan pasaran Jawa (Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage). Perhitungan ini sangat dipercaya dapat memengaruhi perjalanan rumah tangga.
Sebelum pernikahan, orang tua diwajibkan meneliti dahulu segi baik dan buruk calon menantu. Hasil penjumlahan neptu kedua calon pasangan kemudian dibagi sembilan, dan sisa (sisan) perhitungan tersebut menjadi pokok yang menentukan nasib rumah tangga.
Contoh Hasil Perhitungan Neptu yang Baik (Perkawinan Sejahtera):
• Neptu 1 dan 9: Pertanda sangat baik. Pasangan ini diprediksi akan menjadi pembesar, rezeki mudah, dan suami istri akan selalu rukun.
• Neptu 6 dan 3: Pertanda baik. Rumah tangga akan mendapat kebahagiaan dan rukun sampai kakek-nenek.
• Neptu 3 dan 9: Pertanda baik. Akan mendapatkan rahmat dari Tuhan dan hidupnya langgeng.
• Neptu 4 dan 4: Pertanda baik. Sungguh akan menemui kebaikan dan saling mengasihi.
• Neptu 8 dan 8: Pasangan akan mendapat rezeki banyak dan rahmat dari Tuhan.
Contoh Hasil Perhitungan Neptu yang Kurang Baik (Harus Dihindari):
• Neptu 3 dan 5: Pasangan akan cepat berpisah atau bercerai.
• Neptu 7 dan 7: Hasilnya tidak baik ke depannya, dan pasangan selamanya akan mengalami kesialan.
• Neptu 7 dan 8: Pertanda tidak baik, suaminya akan selalu dikalahkan/disia-sia, dan akan kesulitan mencari sandang pangan.
• Neptu 9 dan 9: Walaupun mendapat banyak rezeki, suami akan mencintai istrinya, tetapi ada kekurangan: suami berselingkuh, dan lama-kelamaan akan bercerai.
Perhitungan ini, yang disebut sebagai rambu-rambu, harus ditaati agar pasangan dapat mencapai kesejahteraan. Bagi masyarakat Jawa, perhitungan ini bukan hanya diterapkan dalam pernikahan, tetapi juga saat memulai sesuatu yang baru dalam kehidupan, seperti menanam padi atau membangun rumah.
Rujukan
Kustri Sumiyardana, Karyono, Suryo Handono, Desi Ari Pressanti, Ema Rahardian, & Inni Inayati Istiana. (2014). Pandangan Orang Jawa dalam Serat Warna-Warni. Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.
