Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Menggalang Kekuatan Pemberontakan: Mangkubumi, Puger, dan Sultan Dhandhun

Pangeran Mangkubumi memperkuat perlawanan di Sukowati dengan mengangkat punggawa baru, termasuk Adipati Puger. Gerakan ini memuncak dengan serangan

Surakarta Dilalap Api. Serangan malam hari oleh pasukan Mangkubumi dan Puger, yang membakar kediaman para Patih (Pringgalaya dan Sindureja) sebagai deklarasi perang.
Ilustrasi Surakarta Dilalap Api. Serangan malam hari oleh pasukan Mangkubumi dan Puger, yang membakar kediaman para Patih (Pringgalaya dan Sindureja) sebagai deklarasi perang.(Generatif Gemini)


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Pangeran Mangkubumi memperkuat perlawanan di Sukowati dengan mengangkat punggawa baru, termasuk Adipati Puger. Gerakan ini memuncak dengan serangan mendadak ke Surakarta.

1. Pembentukan Markas dan Punggawa Baru di Sukowati

Setelah secara dramatis meninggalkan Keraton Surakarta, Pangeran Mangkubumi bergerak cepat untuk mengonsolidasikan basis perlawanannya. Ia memilih wilayah Pandak Karangnangka di Sukowati sebagai markas utama, tempat ia segera menggelar barisan.

Langkah pertama Pangeran adalah menunjuk para pengikut setia ke posisi strategis. Beberapa punggawa yang dekat dengannya diangkat, termasuk Raden Martawijaya, Ngabei Samadipura, dan Rangga Wirasetika. Pangeran juga menunjuk Demang Jayarata ke kedudukan baru dengan gelar Raden Tumenggung Jayadirja. Bahkan orang Kalang (ahli bangunan) bernama Sutadipura dan mantri Natasingron diangkat sebagai tumenggung, menunjukkan Pangeran Mangkubumi sedang membentuk struktur negara tandingan.

Meskipun baru seumur jagung, pasukan Pangeran Mangkubumi sudah mampu menguasai wilayah tersebut. Sumber mencatat bahwa mereka dapat mengambil upah dari tanah di Sukowati sesuai porsi masing-masing.

2. Masuknya Martapura: Adipati Puger dan Ahli Siasat Perang

Di tengah pembangunan kekuatan ini, Mangkubumi mendapat tambahan pasukan yang tak terduga namun sangat berharga. Sosok itu adalah Raden Martapura, yang sebelumnya adalah pemberontak yang pernah dikalahkan oleh Mangkubumi sendiri, namun kemudian lolos dan menjadi buronan Kumpeni.

Martapura sempat menyamar sebagai pedagang keliling, menggunakan penutup kepala merah, menjual merpati dan ayam, sehingga orang mengira dia hanyalah "seorang encik saja". Martapura, setelah melihat kekacauan politik dan kerentanan Raja Pakubuwana II, memutuskan bergabung dengan Mangkubumi.

Ketika Martapura datang di Pandak Karangnangka, ia disambut Pangeran Mangkubumi dengan pelukan dan rasa terkejut. Martapura segera diangkat pada kedudukan bupati dengan gelar Adipati Puger. Tambahan Puger ini penting karena ia adalah ahli siasat perang yang cerdik. Dengan bergabungnya Puger, yang sebelumnya memimpin pasukan di Sukowati, kekuatan Pangeran Mangkubumi semakin solid.

Adipati Puger kemudian menyarankan agar markas dipindahkan dari Pandak Karangnangka ke lokasi yang lebih strategis, yakni Majarata sampai Gebang. Saran ini segera dilaksanakan oleh Pangeran Mangkubumi.

3. Proklamasi Sultan Dhandhun dan Ajakan Persatuan

Untuk memperbesar basis perlawanan, Adipati Puger menyarankan Pangeran Mangkubumi agar mengajak dua kubu kerabat raja lain yang juga memberontak untuk bersatu. Mereka adalah Pangeran Mangkunagara dan dua adik Pangeran yang juga memberontak, yakni Pangeran Buminata dan Pangeran Singosari.

Karena Pangeran Mangkubumi belum memiliki juru surat resmi (juru sêrat), Adipati Puger yang bertugas membuat tiga surat resmi tersebut.

Namun, sebelum surat Mangkubumi sampai, Pangeran Buminata sudah bergerak lebih dulu. Didorong oleh kehendak yang besar (ardèng karsa), ia telah memproklamirkan diri sebagai Raja di Gunung Sembuyu dengan gelar Sultan Dhandhun Martèngsari. Sultan Dhandhun bahkan sudah membentuk aparatur pemerintahan lengkap, termasuk mengangkat patih (Raden Adipati Gending) dan para bupati dari orang-orang gunung.

Meskipun Sultan Dhandhun sempat ragu dan lamban dalam menanggapi, akhirnya ia setuju dengan isi surat Mangkubumi yang mengajaknya "berkumpul jangan sampai berselisih kehendak". Demikian pula, Pangeran Mangkunagara (di Panambangan) juga mengirim surat balasan yang menyatakan persahabatan, sebuah isyarat kuat bahwa "kedua kubu lain takkan mengganggu gerakan Pangeran Mangkubumi".

4. Serangan Balik ke Surakarta: Kota Dilalap Api

Setelah konsolidasi kekuatan dengan para senapati tangguh dan mengamankan aliansi dengan kubu pemberontak lain, Pangeran Mangkubumi memutuskan untuk melancarkan serangan kejutan ke Surakarta, yang baru saja direbut kembali oleh Raja.

Pertama, untuk membingungkan pasukan Raja dan Kumpeni, Mangkubumi menyurati Pangeran Mangkunagara agar menyerang kota Kaduwang di selatan. Pangeran Mangkunagara melaksanakan perintah tersebut, dan Tumenggung Kaduwang tidak mampu membendung serangan, sehingga kota itu "hancur dan isinya dijarah".

Di saat yang sama, Mangkubumi membagi pasukannya menjadi lima bagian agar musuh tidak dapat mengira-ira keberadaan mereka. Satu bagian pasukan, yang dipimpin oleh Jayadirja, Reksanagara, dan Brajamusti, menyertai Pangeran Mangkubumi untuk "menyerang ke kota" (ngrampit nagri).

Serangan ke Surakarta terjadi pada waktu pukul sebelas malam di tanggal 29 Ruwah. Mereka bergerak cepat dan langsung menyerang pusat kekuasaan musuh:

Waktu jam sebelas malam datangnya, kemudian mereka membakar sebelah barat kediaman Pringgalaya, terus menyisir ke selatan. Gemuruh suara api, bercampur sorak-sorai, terang benderang di tengah kota..

Raja Pakubuwana II dan para pembantunya di keraton terkejut. Raja bahkan sempat mendebat pembantunya karena tak percaya bahwa Pangeran Mangkubumi-lah yang memimpin serangan, meskipun pembantu Raja yakin karena melihat adanya payung kuning. Setelah berhasil menciptakan kekacauan dan membakar Kadipaten (kediaman Patih Pringgalaya), pasukan Mangkubumi mundur.

Serangan balik ini adalah deklarasi perang yang jelas dan tak terhindarkan, menunjukkan bahwa Raja Surakarta dan Kumpeni harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dan terorganisir daripada yang mereka perkirakan sebelumnya.***

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com