Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Mengurai Mitos Pusaka Leluhur: Definisi Benda Bertuah dalam Kacamata Jawa yang Kritis

Benda Bertuah sejatinya bukan sekadar pusaka gaib leluhur. Pahami makna sesungguhnya: segala benda yang memiliki manfaat fisik dan non-fisik.

Ilustrasi benda bertuah dalam dunia mistik Jawa. (Generatif Gemini)
Ilustrasi benda bertuah dalam dunia mistik Jawa. (Generatif Gemini)


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Dalam khazanah mistik Jawa, perbincangan mengenai benda bertuah sering kali dibungkus lapisan keramat yang tebal, menjadikannya seolah tak tersentuh oleh nalar. Mayoritas masyarakat Jawa selama ini meyakini bahwa benda bertuah adalah pusaka yang diagungkan oleh leluhur, yang secara otomatis memiliki kekuatan gaib nan dahsyat. Narasi ini, yang telah diwariskan turun-temurun, menempatkan pusaka sebagai objek penyembahan, atau setidaknya, sumber kekuatan yang mutlak.

Namun, menurut spiritualis Anan Hajid Triyogo, ada perlunya meluruskan persepsi ini. Makna sebenarnya dari benda bertuah adalah segala jenis benda yang memiliki manfaat, baik secara fisik maupun non-fisik. Definisi ini meluaskan cakupan benda bertuah, tidak terbatas hanya pada tosan aji (seperti keris) atau peninggalan leluhur, tetapi juga mencakup segala sesuatu di alam. Tujuannya adalah untuk mengembalikan cara berpikir kepada Tuhan dan menggunakan logika dalam menghadapi hal-hal spiritual.

Memahami Manfaat Fisik dan Non-Fisik

Jika mengacu pada definisi yang lebih luas, benda bertuah harus memiliki dua dimensi manfaat. Manfaat fisik dapat diartikan sebagai kegunaan logis benda tersebut—misalnya, batu akik sebagai hiasan tangan (mata cincin) atau kayu kelor yang dapat digunakan sebagai obat.

Sementara itu, manfaat non-fisik (spiritual) adalah tuah atau kekuatan yang melingkupi benda tersebut. Kekuatan non-fisik ini dapat berasal dari beberapa elemen:

1. Benda itu sendiri: Kekuatan gaib yang sudah ada sejak benda tersebut terbentuk (misalnya, galih kayu asam jawa yang dipercaya secara alami dapat mengusir kekuatan jahat).

2. Isi (Khodam/Jin): Kekuatan yang disalurkan atau diisi oleh pembuatnya (Empu atau spiritualis) ke dalam benda tersebut. Isi ini bersifat tidak permanen dan dapat berpindah-pindah.

Jadi, keris bukan disebut "benda gaib" (karena ia nyata dan memiliki ukuran), melainkan "benda bertuah" karena ia memiliki tuah—kekuatan gaib dan manfaat fisik.

Keaslian Melawan Penipuan

Popularitas benda bertuah, yang mencakup berbagai kategori mulai dari batu akik, bambu, hingga bagian hewan (seperti ekor cicak atau kulit harimau), seringkali memicu praktik penipuan. Penulis bahkan secara khusus menekankan pentingnya pengujian keaslian (pengujian yang dilakukan terhadap benda jika memang sering dibuat duplikatnya) agar masyarakat tidak menjadi korban penipuan.

Kebutuhan akan otentisitas ini muncul karena dalam beberapa kasus, kekuatan spiritual (isi) pada benda tidak selalu permanen atau asli. Misalnya, pada kasus akik, pengujian keaslian dapat dilihat dari serat, kekerasan, dan kilauan cahaya dari dalam batu. Dalam konteks perjualbelian, sering terjadi kasus di mana kekuatan gaib (isi) dari benda, seperti kul buntet (fosil siput), sengaja dipindahkan sebelum pengujian, sehingga membuat pembeli menganggapnya palsu setelah kekuatan tersebut hilang.

Pada akhirnya, bagi masyarakat yang mendalami spiritualitas Jawa, menguasai ilmu kebatinan tertinggi (seperti ilmu sedulur batin atau mencapai tingkatan manunggaling kawula gusti) adalah kunci untuk dapat mengendalikan kekuatan fisik maupun gaib yang ada dalam setiap benda—bukan hanya bergantung pada tuah benda mati semata. Keyakinan sejati harus kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Daftar Pustaka

Triyogo, A. H. (2005). Benda-Benda Bertuah Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Narasi. Triyogo, A. H. (2005). Orang Jawa, Jimat dan Makhluk Halus. Yogyakarta: Narasi.

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com