Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Perebutan Mataram: Serangan Kartasura dan Kumpeni ke Kartasari

Amral Baritman memimpin pasukan menyerang Mataram/Kartasari. Pertempuran sengit di Dresana dan Kalepu. Dipati Lumarab gugur.

Ilustrasi Gugurnya Dipati Lumarab. Sang Dipati Jawa bertarung heroik hingga akhir melawan pengepungan tentara kolonial di bawah bayang-bayang benteng Kalepu yang terbakar dan tatapan dingin Amral Baritman.


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Laporan intelijen yang tiba di markas Mataram–Kartasari begitu genting: musuh datang dari Kartasura dengan kekuatan besar, dipimpin langsung oleh Amral Baritman (Britman) dan Adipati Mangkupraja. Peristiwa ini, yang ditandai dengan sengkalan (kronogram) Catur Papat Rasa Tunggal, menjadi babak krusial dalam perebutan kekuasaan Jawa, di mana kesetiaan dan darah ditumpahkan di ladang Dersanan dan Kalepu.

Penyusunan Pasukan Kartasura di Bawah Amral Baritman dan Patih Mangkupraja

Serangan ke Kartasari (yang juga disebut Mantaram) dipimpin oleh Amral Baritman, seorang komandan Kumpeni, didampingi Adipati Mangkupraja (Kartanagara) dari Kartasura. Amral Baritman, yang sebelumnya datang dari Semarang, bertemu dengan Adipati Mangkupraja di Kartasura.

Kekuatan yang dikerahkan tidak main-main. Amral Baritman memimpin gabungan pasukan yang masif, terdiri dari prajurit Kumpeni, Kumpeni Islam, dan tentara sabrang (luar daerah) yang mencakup orang-orang Ambon, Sumbawa, Bugis, Bali, dan Makasar. Pasukan kumpeni sendiri diperkirakan mencapai tiga bregada, dengan tambahan 1.000 prajurit Kumpeni Islam di bawah Lutnan Jembaran. Tujuan utama operasi ini, sesuai mandat dari Raja Kartasura, adalah menghancurkan Mataram.

Pihak Mataram, yang dikuasai oleh Pangeran Purbaya dan Sultan Balitar, telah menyiapkan pertahanan di garis depan, di bawah kendali Dipati Lumarab. Panembahan Purbaya mengirim bantuan dan berpesan agar Lumarab mempertahankan bentengnya, menggunakan sungai-sungai sebagai perisai, menjadikan Kalepu sebagai posisi yang baik. Dipati Lumarab (yang nama lamanya adalah Bangsapatra) telah mendirikan kubu pertahanan di Dersanan, menghimpun dukungan dari penduduk desa setempat. Namun, di bawah gempuran Kumpeni yang dashyat di Dersanan, pasukan Lumarab terpaksa mundur dan beralih pertahanan di Kalepu.

Kematian Pahlawan Kartasari Dipati Lumarab

Pertempuran di Kalepu menjadi semakin sengit. Adipati Mangkupraja mengerahkan tujuh kapitan (Makasar dan Bugis) untuk mendesak pertahanan Lumarab.

Dalam posisi terkepung, Dipati Lumarab menunjukkan keberanian luar biasa. Meskipun pasukannya mendesak agar mundur dan bergabung dengan Panembahan Purbaya, Lumarab menolak. Dengan tekad membara, ia berseru:

"Apan ingsun terah bandak-bandarakan mengko jinunjung linggih kinarya dipatya ing gusti panembahan apa ingkang sun walesi yen dudu iya wutahing getih mami." (Saya berasal dari bawahan, sekarang diangkat menjadi dipati oleh gusti Panembahan. Apa yang harus saya balas jika bukan dengan tumpahan darah saya.)

Ia juga menegaskan bahwa sebagai senapati perang, melarikan diri adalah tindakan nista dan hina.

Pasukan Dipati Lumarab yang berjumlah tiga biting (unit) golongan Surengpati, bertahan mati-matian di atas benteng. Namun, mereka diserang dari empat penjuru: Dipati Mangkupraja dari barat, Lutnan Jembaran dari timur, serta dipati dan kumpeni dari selatan dan utara. Dipati Lumarab, yang mengamuk bagaikan harimau menerkam mangsa, akhirnya menderita luka di dada. Meskipun ia dikenal memiliki kekebalan (kulitnya tidak mempan ditembus peluru), prajurit Kartasura di bawah perintah Adipati Mangkupraja akhirnya memukulinya hingga tewas menggunakan popor senjata.

Tindakan Kumpeni Terhadap Jasad Lumarab dan Pembangunan Loji Gembo

Setelah Dipati Lumarab gugur, juru penigas Kartasura memenggal kepalanya. Kepala tersebut dibawa ke Kartasura dan dipasang di ujung tombak, ditancapkan di tengah-tengah waringin kembar di alun-alun, sebagai tontonan bagi rakyat.

Namun, nasib paling keji menimpa bagian tubuh Lumarab yang lain. Alat kelamin Dipati Lumarab (palanangan) dipotong dan diserahkan kepada Amral Baritman.

Amral Baritman, yang gembira atas bukti kemenangan ini, segera memanggil anjing kesayangannya yang bernama Jakub. Ia mengganti nama anjing itu menjadi Lumarab. Bagian tubuh Dipati Lumarab tersebut kemudian diberikan kepada anjing Lumarab sebagai santapan.

Setelah kekejaman itu, Amral Baritman berunding dengan Adipati Mangkupraja, mempersiapkan serangan selanjutnya ke Mataram-Kartasekar.

Mengenai pembangunan Loji Gembo, meskipun konteksnya tidak terkait langsung dengan jasad Lumarab, Kumpeni di bawah Komisaris Dulkub—dalam operasi militer yang sama ke Jawa Timur—menunjukkan kekejaman serupa. Setelah jasad Dipati Wiranagara/Surapati berhasil ditemukan dan dibakar, Komisaris sangat senang (trustha tyasira) dan segera memerintahkan pembangunan loji gembong yang dijaga ketat oleh kumpeni. Kedua peristiwa ini, walau terpisah, menunjukkan pola kekejaman Kumpeni dan sekutunya dalam memperlakukan musuh yang gugur sebagai simbol kemenangan dan intimidasi.***

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com