Perluasan Wilayah Mataram: Penaklukan Pati, Madiun, dan Pemerintahan Seda Ing Krapyak

Daftar Isi

Panembahan Senapati taklukkan Pati & Madiun (1590), wafat 1601. RM Jolang (Seda Ing Krapyak, 1601-1613) perluas Mataram, hadapi Pangeran Puger & ekspedisi ke Surabaya.

Senapati dan Retna Dumilah: Penaklukan Madiun, Perkawinan Paksa yang Mengukuhkan Mataram.
Ilustrasi Senapati dan Retna Dumilah: Penaklukan Madiun, Perkawinan Paksa yang Mengukuhkan Mataram. (Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Setelah Kesultanan Pajang runtuh akibat konflik internal pasca wafatnya Sultan Adiwijaya (c. 1587), Panembahan Senapati di Mataram, yang sebelumnya adalah kepala pasukan Pajang, segera mengambil alih kekuasaan. Senapati memproklamasikan dirinya sebagai raja merdeka dan mulai memperluas wilayahnya dari Jawa Tengah bagian selatan.

Salah satu target utama Senapati adalah bekas wilayah kekuasaan Demak yang kini menjadi bawahan Pajang, termasuk Jipang dan Madiun.

Wilayah Jipang sebelumnya telah kehilangan pengaruh politik besarnya setelah Arya Panangsang dikalahkan oleh Jaka Tingkir (Sultan Pajang) sekitar tahun 1549. Senapati berhasil mengamankan Jipang, kemungkinan sekitar tahun 1591. Kemudian pada tahun 1598, Senapati bahkan memerintahkan penguatan Kota Jipang menggunakan tenaga kerja paksa dari daerah Pajang.

Namun, penaklukan paling dramatis terjadi di Madiun sekitar tahun 1590. Madiun dipimpin oleh Panembahan Mas, putra bungsu Sultan Tranggana dari Demak dan saudara ipar Sultan Pajang. Panembahan Mas awalnya menentang keras ekspansionisme Senapati, yang dianggapnya berbahaya bagi kedaulatan para penguasa daerah di Jawa Tengah.

Menurut narasi Mataram, penaklukan Madiun berhasil berkat tipuan dan strategi politik yang agresif. Panembahan Madiun terpaksa mundur ke Wirasaba, sebuah daerah aman di Jawa Timur. Kemenangan ini juga ditandai dengan perkawinan paksa romantis antara Senapati dan putri Madiun yang ditinggalkan, Retna Dumilah. Perkawinan ini penting karena untuk pertama kalinya, keluarga raja Mataram yang baru muncul dan berlatar belakang sederhana, menjalin hubungan dengan salah satu keluarga raja Jawa yang tua.

Di kawasan Pesisir Utara, kekuatan lain yang harus ditaklukkan adalah Kalinyamat (Jepara). Menurut daftar tahun peristiwa Jawa, Panembahan Senapati berhasil merebut kerajaan tua Jepara pada tahun 1599, menjelang akhir hayatnya. Ini menunjukkan perluasan kekuasaan Mataram dari pedalaman hingga mencakup wilayah pantai yang penting.

Kematian Senapati dan Pengangkatan Seda Ing Krapyak

Panembahan Senapati, raja merdeka pertama Mataram, memimpin dengan gelar "Panembahan Senapati-ing-Alaga". Meskipun Panembahan Senapati meraih banyak keberhasilan politik-militer, ia tidak sepenuhnya diakui oleh raja-raja Jawa lainnya sebagai raja yang sederajat.

Panembahan Senapati mangkat di Kajenar (Sragen) pada tahun 1601. Peristiwa ini begitu penting hingga dicatat dalam kronik Jawa bersamaan dengan peristiwa gerhana matahari. Karena tempat kematiannya, ia dikenal dengan nama anumerta Seda-ing-Kajenar. Jenazahnya dimakamkan di dekat masjid Kotagede, di sebelah bawah makam ayahnya, Ki Pamanahan.

Sebelum wafat, Senapati telah mengatur suksesi dengan menunjuk putranya dari permaisuri utama (putri dari Pati). Putra tersebut adalah Raden Mas Jolang, yang masih muda. Pengangkatan Jolang sebagai pengganti ayahnya didukung oleh patih yang sudah tua dan berpengalaman, Adipati Mandaraka, dan adik Panembahan Senapati, Pangeran Mangkubumi.

Raden Mas Jolang kemudian naik takhta dan dikenal sebagai Panembahan Seda Ing Krapyak. Gelar anumerta ini, yang berarti 'wafat di Krapyak' (tempat berburu kerajaan), merujuk pada saat ia meninggal dalam kecelakaan di lapangan perburuan. Ia memerintah dari tahun 1601 hingga 1613.

Konflik Internal dan Ekspedisi Awal Krapyak (1601-1613)

Masa pemerintahan Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613) diawali dengan tantangan politik internal yang serius. Kakak tiri Krapyak, Pangeran Puger, yang sebelumnya diangkat sebagai Adipati Demak, memberontak dan menuntut hak atas takhta, karena merasa lebih berhak sebagai putra tertua dari Senapati.

Krapyak berhasil mengalahkan pasukan Demak. Pangeran Puger yang kalah kemudian diampuni oleh Raja dan dibawa ke Kudus untuk ditempatkan di bawah pengawasan ulama setempat, bergelar "santri". Meskipun demikian, Puger masih menjadi ancaman bagi stabilitas Mataram.

Selain menghadapi konflik internal, Seda Ing Krapyak juga menunjukkan peranannya sebagai ahli pembangunan (ahli membangun). Ia bertanggung jawab atas pembangunan Astana kapura ing Kilha Ageng di Kotagede (1606 J/1528 M), yang berfungsi sebagai istana raja.

Di bidang ekspansi, Krapyak melanjutkan ambisi ayahnya. Laporan Belanda mencatat adanya rencana ekspedisi militer ke daerah sekitar Surabaya dari tahun 1610 hingga 1613.

Pada tahun 1613, bertepatan dengan kedatangan Gubernur Jenderal Belanda Pieter Both, Mataram melancarkan serangan terhadap kota-kota di Jawa Timur. Kota Gresik berhasil dikuasai dan dibakar. Serangan ini memperlihatkan kekuatan Mataram yang mulai menghadapi kekuatan-kekuatan Pesisir yang lebih tua, meskipun Mataram masih belum menguasai penuh Surabaya. Surabaya, yang dikelilingi oleh rawa-rawa dan tembok yang kuat, belum dapat diserang langsung.

Pemerintahan Seda Ing Krapyak berakhir ketika ia meninggal dunia pada tahun 1613 (1535 J/1613 M). Ia mangkat di tempat perburuan (krapyak), dan dimakamkan dekat masjid Kotagede, di bawah makam ayahnya. Ia digantikan oleh putranya, Raden Mas Martapura, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung.

Daftar Pustaka

de Graaf, H. J. (t.t.). Awal kebangkitan Mataram - masa pemerintahan Senapati (Dr. H. J. de Graaf). WeLib.org.

de Graaf, H. J. (t.t.). Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung (Dr. H. J. de Graaf). z-lib.org.

id.wikipedia.org. (t.t.). Kesultanan Mataram.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.