![]() |
| Ilustrasi petir atau geledek dalam pandangan Jawa. (Generatif Gemini) |
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Menurut ilmu pengetahuan, petir terjadi karena bertemunya muatan proton (ion positif) dengan ion negatif yang ada di udara. Pertemuan arus listrik ini menghasilkan kilatan cahaya yang bermuatan jutaan volt. Kilatan cahaya ini selalu mencari benda yang bermuatan negatif, yaitu bumi.
Secara umum, kilatan petir akan mencari titik terjauh dari bumi yang memiliki muatan negatif yang besar. Oleh karena itu, pohon sering tersambar petir karena pohon merupakan tumbuhan yang secara langsung menyentuh bumi dan memiliki bentuk yang tinggi. Pohon yang besar di pegunungan, lautan, atau daerah yang cenderung memiliki ion negatif yang besar memiliki kemungkinan lebih besar untuk tersambar petir.
Petir sebagai Makhluk Hidup dan Batu Biru
Masyarakat Jawa memiliki pandangan yang berbeda, seringkali mengatakan bahwa petir adalah sejenis makhluk hidup. Penelitian yang bersifat spiritual oleh masyarakat Jawa menghasilkan beberapa temuan unik yang membuktikan pandangan ini:
1. Batu Gigi Petir
Jika terjadi petir yang menyambar pada sebuah pohon, maka pada pohon tersebut selalu ditemukan batu berwarna biru. Batu berwarna biru ini diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai gigi dari petir yang tertinggal. Hal ini selalu terjadi pada setiap pohon atau tumbuhan yang tersambar petir.
2. Buntalan Setelah Sengatan
Jika petir menyambar seseorang dan orang tersebut selamat (tidak mengenainya), maka pada daerah sekitar kejadian selalu terdapat buntalan yang bisa berupa daun atau buntalan lainnya.
3. Wujud Petir Menurut Ki Ageng Sela
Ki Ageng Sela, seorang tokoh sakti pada zaman kerajaan Demak, dikisahkan mampu menangkap petir. Setelah petir ditangkap, pelukis kerajaan melukisnya. Wujud dari makhluk yang disebut petir tersebut adalah berupa ular naga berkepala manusia lengkap dengan kakinya.
Jin Penyesat dan Mantra Perlindungan
Meskipun ilmu pengetahuan menjelaskan petir sebagai pertemuan arus listrik, masyarakat Jawa mempertimbangkan bahwa makhluk yang ditangkap Ki Ageng Sela mungkin adalah makhluk halus yang mewujudkan dirinya sebagai petir yang menyambar-nyambar.
Makhluk halus (jin) memiliki kemampuan tinggi untuk mengubah bentuk menjadi petir atau bentuk lainnya. Makhluk halus akan selalu menyesatkan manusia hingga akhir zaman. Kehadiran batu biru yang selalu ada setelah petir menyambar adalah untuk memberikan pengertian bahwa petir adalah makhluk halus, bukan sekadar pertemuan dua arus listrik yang tinggi.
Ritual Anti-Petir
Masyarakat Jawa memiliki cara untuk melindungi diri ketika mendengar petir atau berada di bawah hujan lebat disertai petir:
• Mereka mengucapkan "Aku putune Ki Ageng Sela!" (saya adalah cucu Ki Ageng Sela).
• Dengan ucapan ini, petir diyakini tidak akan menyambar orang tersebut.
Fenomena ini, dilihat dari sudut pandang penyesatan, dapat membuat seseorang secara tidak langsung menganggap Ki Ageng Sela sebagai "Dewa Anti Petir".
Kesimpulan Pada akhirnya, petir disimpulkan sebagai bentuk benda yang tercipta karena ion positif bermuatan jutaan volt yang bergerak menuju bumi, dan fenomena petir ini digunakan oleh makhluk halus sebagai media penyesatan keyakinan terhadap keberadaan Tuhan.
Daftar Pustaka
Triyogo, A. H. (2005). Benda-Benda Bertuah Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Narasi.
