Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Senapati Perang Pramuka Jayengrat: Mangkubumi Mempersatukan Kekuatan di Selatan

Pangeran Mangkunagara lolos dramatis dari pengepungan Kumpeni. Bertemu Pangeran Mangkubumi di Grobogan. Konsolidasi 3000 pasukan dan proklamasi gelar

Proklamasi Senapati Jayengrat. Pangeran Mangkubumi mengkonsolidasikan aliansi (termasuk Mangkunagara) dan memproklamirkan gelar militernya yang baru di hadapan 3000 pasukannya di Sukowati.
Proklamasi Senapati Jayengrat. Pangeran Mangkubumi mengkonsolidasikan aliansi (termasuk Mangkunagara) dan memproklamirkan gelar militernya yang baru di hadapan 3000 pasukannya di Sukowati. (Generatif Gemini)


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Pangeran Mangkunagara lolos dramatis dari pengepungan Kumpeni. Bertemu Pangeran Mangkubumi di Grobogan. Konsolidasi 3000 pasukan dan proklamasi gelar Adipati Sukowati.

1. Mukjizat dan Pertolongan Gaib saat Pelarian Pangeran Mangkunagara

Setelah menerima nasihat spiritual mendalam di Padepokan Samakaton, tekad Pangeran Adipati Mangkunagara (Mas Said) menjadi mantap dan bulat. Ia telah mencapai tahap menjadi manusa punjul (manusia pilihan) yang dibukakan pengetahuan tentang awal mula dan akhir kejadian (sangkan paraning dumadi). Dengan keyakinan baru ini, ia memutuskan untuk turun gunung.

Namun, pelariannya segera terancam. Mayor Kumpeni telah mengumumkan sayembara di pedesaan, menjanjikan uang 500 Real dan jabatan mantri kepada siapa pun yang berhasil menangkap Pangeran Mangkunagara.

Ketika Mangkunagara dan rombongan kecilnya terdeteksi di desa, orang-orang desa segera berteriak, "itu Pangeran Mangkunagara! Kita akan terima lima ratus real!". Dalam kondisi terjepit, Pangeran meletakkan tombaknya dan fokus meminta pertolongan Tuhan (manêkung).

Seketika, mukjizat terjadi: mendadak datanglah mendung tebal dan hujan, campur prahara (angin ribut). Pangeran berhasil meloloskan diri, sementara orang-orang desa yang mengejar menjadi bingung (ting palinguk) karena buruan mereka menghilang. Peristiwa ini menjadi pertanda sungguh (pracihna tuhu) bahwa ia kelak akan menjadi orang luhur dan selalu dijaga oleh Tuhan Yang Maha Benar (Hyang Widhi).

2. Pertemuan Mangkunagara dan Mangkubumi di Grobogan

Setelah pelarian dramatis, Mangkunagara melanjutkan perjalanan melalui jurang dan tebing sempit. Ia tiba di wilayah Sukowati dan menyamar sebagai utusan yang dikirim untuk meminta bantuan kepada Pangeran Mangkubumi di Demak, sehingga ia diizinkan menginap oleh penduduk lokal. Ia kemudian mendengar bahwa keluarga pamannya, Pangeran Mangkubumi, berada di desa Gelagah.

Pangeran Mangkunagara yang sudah mendapat nasihat spiritual untuk mencari perlindungan kepada pamannya, yang wahyunya sudah bersinar dan akan bangkit, kemudian mencari jalan untuk bertemu.

Ia memutuskan menemui Adipati Puger (Martapura) di Grobogan. Puger adalah ahli siasat yang berperan penting sebagai pembuat surat resmi untuk Mangkubumi. Ketika Pangeran Mangkunagara tiba, keduanya berangkulan dan menangis, karena Puger merasa kasihan melihat penderitaan Pangeran Mangkunagara yang telah kehilangan seluruh pasukan dan harta benda.

Adipati Puger kemudian menyarankan agar Mangkunagara menunggu di Grobogan, karena Pangeran Mangkubumi akan segera kembali ke Sukowati setelah pergerakannya di utara selesai. Mangkubumi sendiri saat itu sedang berada di Grobogan/Winong untuk menyerang pasukan Kumpeni di sana. Pertemuan ini menjadi titik tolak penyatuan kekuatan perlawanan, menggabungkan kepemimpinan karismatik Mangkubumi dengan semangat dan pencerahan spiritual Mangkunagara.

3. Proklamasi Gelar Baru Pangeran Mangkubumi: Adipati Sukawati Senapatining Prang Pramuka Jayengrat

Pangeran Mangkubumi sendiri sudah membuktikan dirinya sebagai mustika jagad, ksatria yang tangguh, dan tiang negara. Bahkan, ketika ia masih berada di keraton, semua orang merasa enak karena ia mampu menyelesaikan perang dengan hanya mengirim lima mantri. Kepergiannya memicu keruwetan yang panjang di Jawa.

Setelah berhasil menarik Mangkunagara ke dalam barisan perlawanan, Mangkubumi membulatkan tekadnya untuk memperkuat posisinya di Sukowati, menunjukkan bahwa ia tidak lagi hanya sekadar kerabat Raja yang diasingkan. Pasukannya sendiri telah memiliki mental yang kuat, di mana tekad dan keberanian mereka dianggap tidak takut (datan kumêdhèp).

Mangkubumi mengkonsolidasikan kekuatannya di Sukowati (yang ia dapat sebagai tanah lungguh hadiah dari Raja), yang kini menjadi basis negara perlawanan. Sumber mencatat, ia sudah mengerahkan pasukan berkuda yang besar, bahkan dalam satu operasi ia membawa tiga ribu (tigang èwu) prajurit berkuda.

Sebagai puncak konsolidasi kekuatan dan deklarasi otoritas perlawanan yang baru, Pangeran Mangkubumi memproklamirkan statusnya di Sukowati dengan gelar: Adipati Sukawati Senapatining Prang Pramuka Jayengrat. Gelar ini menyimbolkan bahwa Sukowati bukan lagi sekadar wilayah, melainkan pusat komando yang siap menjadi senapati perang untuk memenangkan pertempuran di masa depan.

Keputusan ini juga memenuhi harapan para punggawanya, seperti Rangga Wirasetika, yang berharap orang-orang Sukowati berubah wataknya (kudu salin pambêkane) agar lama-lama menjadi negara prajurit besar (nagara prajurit gêdhe), melebihi keperwiraan Madura dan Surabaya.***

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com