Sultan Agung dan Ekspansi Mataram: Darah di Pesisir Jawa Timur (1613-1620)

Daftar Isi

Sultan Agung (1613) ekspansi Mataram: menaklukkan Wirasaba (1615), Pasuruan (1617), dan pelabuhan strategis Tuban (1619). Puncak kekuasaan di Jatim.

Penaklukan Tuban 1619: Tumenggung Martalaya memimpin pasukan Mataram mengepung kota pelabuhan.
Penaklukan Tuban 1619: Tumenggung Martalaya memimpin pasukan Mataram mengepung kota pelabuhan. (generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Setelah wafatnya Panembahan Seda Ing Krapyak (1601–1613), suksesi di Mataram sempat diwarnai intrik. Awalnya, pewaris yang ditunjuk oleh Panembahan Krapyak adalah putranya yang lebih muda, Martapura. Namun, Martapura menderita kesehatan yang buruk, sehingga ia segera digantikan oleh saudara tuanya, Raden Mas Rangsang, pada tahun 1613.

Raden Mas Rangsang naik takhta dengan menyandang gelar Panembahan. Ia kemudian dikenal dengan gelar resminya Susuhunan Anyakrakusuma.

Puncak ambisi politiknya terlihat dari perubahan gelar-gelar yang disandangnya:

1. Susuhunan (1624): Pada tahun 1624, Mataram berhasil menaklukkan Madura, dan pasca-kemenangan ini, Raja Mataram memerintahkan rakyatnya untuk menyebutnya dengan gelar Susuhunan. Peristiwa ini dikaitkan dengan upacara kenaikan takhta yang diadakan di Mataram, di mana gelar Susuhunan diproklamasikan.

2. Sultan (1641): Cita-cita Anyakrakusuma untuk menguasai seluruh Pulau Jawa membuatnya terlibat dalam perang yang cukup panjang. Akhirnya, pada tahun 1641, ia menerima gelar Sultan dari Mekah, dan sejak saat itu dikenal sebagai Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma. Raja Mataram sejak saat itu menggunakan gelar Sultan, Susuhunan, atau Panembahan.

Melalui gelar tersebut, Sultan Agung mengklaim kemasyhurannya di jagad sudah disaksikan dari negeri Arab, yang memberinya wewenang "memomong keselamatan dunia" (among dirja ning rat). Sultan Agung kemudian memimpin Mataram ke masa puncak kekuasaan.

Penaklukan Wirasaba (Surabaya) dan Pasuruan (1615-1617)

Sultan Agung melanjutkan politik ekspansif yang telah dirintis oleh ayahnya, Panembahan Senapati. Ekspansi Mataram ke arah timur Jawa ditujukan untuk menaklukkan kota-kota pelabuhan yang kuat dan maju di Jawa Timur, yang selama ini menentang dinasti baru di Jawa Tengah.

Meskipun Surabaya, sebagai musuh utama Mataram, dilindungi oleh rawa dan tembok yang kuat, Sultan Agung memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap sekutu-sekutu Surabaya terlebih dahulu.

Serangan Awal di Wirasaba (1615)

Pada tahun 1615, Mataram melancarkan penaklukan Wirasaba. Bupati Wirasaba, yang disebut Pangeran Aria dan baru berusia sekitar 15 tahun, digambarkan berpenampilan baik namun tampak sedih.

Penaklukan Wirasaba ini ternyata sulit untuk diselesaikan dan dibuktikan berulang kali Raja harus turun tangan untuk mengakhirinya. Sultan Agung bahkan dikisahkan menyamar dan berbicara dengan rakyat biasa selama serangan tersebut. Penaklukan Wirasaba akhirnya tidak langsung terbukti terjadi karena Surabaya dengan cepat mengirim utusan kepada Kompeni.

Penaklukan Pasuruan (1617)

Setelah Wirasaba, Mataram mengalihkan perhatian ke Pasuruan, sebuah kerajaan penting di Jawa Timur. Penaklukan Pasuruan terjadi sekitar tahun 1617.

Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Martalaya, yang diperintahkan Raja untuk menaklukkan Pasuruan. Tumenggung Kapulungan, yang bersekutu dengan Pasuruan, sempat berusaha melarikan diri ke arah Surabaya, tetapi ia ditangkap dan dibakar bersama keluarganya oleh pasukan Mataram.

Penaklukan Pasuruan yang berhasil pada 1616 atau 1617 M. disaksikan oleh pelaut Belanda. Setelah direbut, Pasuruan yang merupakan daerah perbatasan Mataram menjadi sasaran pemindahan paksa penduduk.

Penaklukan Tuban (1619) dan Pentingnya Pelabuhan

Pada tahun 1619, Sultan Agung mencapai kemenangan besar dengan menaklukkan kota pelabuhan Tuban.

Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Martalaya dan Tumenggung Jaya Suponta. Sebelumnya, pasukan Tuban telah mendapat bantuan dari Surabaya dan Madura. Sumber menyebutkan, Tuban dibela oleh 1.000 orang dari Surabaya dan 2.000 orang dari Madura, yang berkemah di luar tembok kota.

Meskipun kota Tuban dikelilingi pagar tembok yang kuat, artileri Mataram memainkan peran penting dalam pertempuran. Tuban jatuh pada tahun Jawa 1541 (1619 M.).

Penaklukan Tuban dianggap sangat penting, karena Tuban dianggap sebagai faktor strategis untuk menguasai lautan (penguasaan laut). Tuban memiliki pelaut yang terampil dan sumber daya alam, seperti gunung-gunung batu kapur di utara, yang digunakan untuk membuat kapal. Raja Mataram sangat menyukai penaklukan ini.

Setelah jatuh, Tuban menjadi puing. Para pemimpin Tuban melarikan diri lewat laut. Jatuhnya Tuban sangat mengancam Surabaya, yang kemudian terpaksa meminta bantuan kepada Belanda.

Penaklukan Pasuruan dan Tuban, bersama dengan penaklukan Kendal dan Jepara, menunjukkan kemunduran kekuasaan para penguasa pesisir. Mataram, melalui Sultan Agung, berhasil memperluas wilayahnya ke daerah-daerah terpenting di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah penaklukan Surabaya pada 1625, Mataram menguasai hampir seluruh Jawa.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.