Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Surajaya Si 'Cucu Gandarwa': Kelicikan yang Membingungkan Dua Mayor Belanda

Pasukan Mangkubumi serbu Grobogan dan Demak, lumpuhkan Mayor As. Tipuan Surajaya yang licik buat Mayor Hohendorff frustrasi.

Tipuan Surajaya. Tumenggung Surajaya dan 70 pasukannya lolos dari pengepungan Kumpeni di desa Waluyu dengan menyamar sebagai pembawa pikulan yang bernyanyi dan menembang (gamelan mulut).
Tipuan Surajaya. Tumenggung Surajaya dan 70 pasukannya lolos dari pengepungan Kumpeni di desa Waluyu dengan menyamar sebagai pembawa pikulan yang bernyanyi dan menembang (gamelan mulut).(Generatif Gemini)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Setelah memecah pasukannya di Lemuru, Kangjeng Pangeran Mangkubumi memimpin gerakan ke utara untuk mengganggu logistik dan konsentrasi musuh di wilayah Semarang, Grobogan, dan Demak. Strategi ini diambil karena dikhawatirkan pasukan Kumpeni akan menyeberang ke selatan Sukowati, yang akan membuat para pendukungnya "terburai repot dan bingung hatinya",.

Pasukan Pangeran Mangkubumi, yang bergerak cepat dan turun dari Gunung Garigal, berhasil mencapai Grobogan dan segera menyerang barisan Kumpeni yang berjaga di sana. Serangan ini dilakukan dengan taktik gerilya yang membingungkan:

Pasukan Kumpeni dibuat bingung, dikepung sekeliling dengan kuda di kanan-kiri. Sambil terus menembak, kalau dibalas tembak segera menghindar..

Serangan ke Grobogan berlangsung sengit, dan dampaknya sangat merugikan Belanda. Sebanyak dua puluh delapan tentara Belanda kulit putih tewas, dan sisanya berlarian menyelamatkan hidup, menyebar ke Demak dan Semarang.

Peristiwa ini segera memicu kekacauan lebih lanjut. Bupati Demak, Rangga Tisnawijaya, melapor kepada Komander Tuan Teling (Jan Herman Theling) di Semarang bahwa kota Demak sudah diduduki musuh dan pasukan Kumpeni pimpinan Mayor As telah "tumpês tapis" (tumpas habis),. Komander Theling yang marah segera mengirim pasukan laut dan menyusul lewat darat. Padahal, Pangeran Mangkubumi hanya berpindah ke desa Godong, dan pasukan Kumpeni yang tersisa di Demak pun diserang sampai habis.

Tipuan Surajaya: Membingungkan Tumenggung Singaranu dan Komandan Hohendorff

Di sisi lain medan pertempuran, Belanda dan Surakarta kesulitan mengamankan jalur logistik dari Bureng ke Surakarta. Jalur ini sering diserobot oleh pasukan Pangeran Mangkunagara yang terkenal licik. Pimpinan pasukan yang membuat Mayor Hohendorff kelimpungan adalah Tumenggung Surajaya (alias Sewataranata), yang hanya membawa tujuh puluh orang pasukan.

Surajaya terkenal karena taktik membingungkannya, membuat pasukannya muncul dan menghilang:

Larinya melingkar ternyata muncul di belakang, mendekati ke kotaraja, muncul di timur, muncul di barat..

Kelicikan Surajaya mencapai puncaknya ketika ia berhasil menyelinap ke barisan musuh pimpinan Tumenggung Singaranu dan mengamuk hebat seperti senapati tangguh.

Kekesalan Mayor Hohendorff memuncak ketika Surajaya yang hanya didukung "orang desa" berhasil membingungkan pasukannya, bahkan setelah dikepung oleh dua ribu prajurit di desa Waluyu,. Untuk menghindari tangkapan, Surajaya memerintahkan pembantunya memakai kedok dan membawa pikulan, melintas sambil bernyanyi dan memainkan "gamelan mulut",.

Melihat musuh lolos begitu saja, Mayor Hohendorff menjadi "kaget di hati, sangat heran tak tergambarkan". Ia sampai memanggil Surajaya dengan sebutan yang merendahkan:

"Surajaya ini apakah keturunan hantu, putu gandarwa Sêmbuyan? Bukan manusia karena sangat-sangat licik.".

Hohendorff frustrasi karena ia dan Mayor Tenangkus dikepung dua ribu orang tetapi Surajaya "bisa lolos dengan enak".

Gagal Menangkap, Komander Theling Dicopot dari Semarang

Kegagalan menangkap Pangeran Mangkubumi di Demak membawa konsekuensi serius bagi pimpinan Kumpeni di Semarang. Ketika Komander Teling tiba di Demak dan mendapati Pangeran telah menghilang, ia menganggap laporan Rangga Tisnawijaya (Bupati Demak) sebagai kebohongan (dora). Komander Theling, dalam keadaan marah, memukul Rangga Tisnawijaya sampai pingsan,.

Tindakan Komander Theling ini dilaporkan oleh Rangga Tisnawijaya kepada Gubernur Jenderal di Batavia. Dewan Hindia (rad Kumpêni ing India) menganggap laporan Mas Rangga benar. Mereka memutuskan bahwa Komander Theling telah bertindak gegabah (nasar) dan tidak pantas menjadi perwakilan negara.

Para anggota Dewan Hindia menyatakan bahwa tindakan memukul punggawa di Jawa adalah:

...perbuatan sesat, dapat membuat malu negara, karena tingkah polah pejabat yang tidak terpuji..

Peristiwa ini dianggap "membuat sial dalam perang" (karya apêsing ajurit), sehingga Dewan Hindia memutuskan Komander Jan Herman Theling harus dicopot dari jabatannya sebagai Komander di Semarang.

Sebagai pengganti Teling, Dewan Hindia mengusulkan Mayor Hohendorff diangkat menjadi Gubernur Semarang. Hohendorff dinilai pantas karena sudah "banyak jasanya kepada Kumpeni di Hindia Belanda, serta kepada keraton Jawa," dan Raja Surakarta pun menyukainya.***

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com