BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Sebagai makhluk hidup heterotrof, seluruh hewan—mulai dari iwen (unggas) hingga kewan ageng (hewan besar)—memerlukan proses mangan (makan) untuk bertahan hidup.
Proses ini krusial agar nutrisi makanan, entah itu tetumbuhan (herbivor), daging (karnivor), atau keduanya (omnivor), dapat terserap sempurna.
Nah, proses penyerapan nutrisi ini tidak lepas dari peran penting organ pencernaan hewan. Kita mungkin akrab dengan istilah umum seperti mulut, lambung, dan usus.
Namun, apakah dulur-dulur juga mengetahui nama-nama organ tersebut dalam Basa Jawa?’
Untuk memperkaya kawruh (pengetahuan) kita, berikut Babad.id paparkan 7 ragam istilah organ pencernaan hewan dalam Bahasa Jawa, merujuk pada Baoesastra Djawa yang disusun oleh Poerwadarminta.
1. Cangkem (Tutuk) - Mulut
Organ pencernaan pertama yang menjadi gerbang masuknya makanan adalah mulut. Dalam baasa Jawa, organ ini memiliki dua tingkatan: Ngoko: Cangkem (untuk hewan, kasar) dan Krama: Tutuk (lebih halus).
Di dalam Cangkem (atau Tutuk), makanan pertama kali diproses. Organ ini memiliki bagian seperti cethak (palatum) dan tekak (dorsum).
Selain itu juga ada untu (Krama: waja) atau gigi: Deretan tulang keras atau gigi yang bertugas ngoyak (mengoyak) makanan agar lebih halus dan mudah dicerna.
Kemudia Ilat (Krama: Lidha) atau lidah, berfungsi untuk ngecap (mengecap) rasa makanan.
Dan terakhir klanjer Idu atau glandula saliva atau ludah yang mengeluarkan cairan idu (Ngoko) atau kecoh (Krama), yaitu ludah yang mengandung enzim amilase untuk memecah karbohidrat.
2. Cucuk - Paruh
Cucuk adalah istilah khusus dalam bahasa Jawa yang berarti paruh, yaitu moncong atau mulut pada kewan iwen (unggas), seperti ayam dan bebek.
Hewan-hewan ini menggunakan cucuk untuk ngais (mengais) dan mematuk makanan, seperti biji-bijian di tanah.
3. Gurung atau Gorokan - Kerongkongan
Setelah makanan dikunyah, makanan akan melewati gurung atau gorokan sebelum sampai ke lambung.
Dalam bahasa Indonesia, organ ini dikenal sebagai kerongkongan, yang menjadi "jalan tol" makanan dari mulut menuju perut.
4. Wadhuk - Lambung
Dalam bahasa Jawa, lambung pada hewan mamalia disebut wadhuk.
Wadhuk terletak di dalam perut. Perut dalam bahasa Jawa disebut weteng (ngoko) atau padharan (krama).
Di sinilah makanan akan dicerna dengan bantuan asam lambung (HCl).
5. Rempela - Empedal/Ampela (pada unggas)
Rempela atau yang dalam bahasa Indonesia disebut empedal atau ampela adalah tempat makanan dicerna.
Apabila wadhuk adalah organ pada mamalia, rempela adalah organ pada hewan unggas (aves).
Bagian ini kerap dikonsumsi manusia, tak terkecuali oleh suku Jawa.
Biasanya, ampela dimasak dengan cara digoreng atau ditumis.
6. Usus - Usus
Organ yang satu ini memiliki sebutan yang sama baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa, yaitu usus.
Organ ini bertugas penting untuk nyerep (menyerap) sari-sari makanan. Bagian usus, seperti usus ayam atau sapi, juga merupakan bahan makanan yang disukai banyak orang Jawa dan diolah menjadi berbagai masakan lezat.
7. Silit atau Bol - Anus
Sisa-sisa makanan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh kemudian akan dikeluarkan
Sisa makanan tersebut dikeluarkan melalui silit (mamalia) atau bol (aves).
Sisa makanan (kotoran) tersebut oleh orang Jawa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas tanah.
Kesimpulan
Sungguh menarik melihat kekayaan kosakata dalam Basa Jawa yang begitu detail, bahkan hingga merincikan organ-organ pencernaan hewan!
Kita telah mempelajari 7 nama penting: Cangkem (mulut), Cucuk (paruh), Gurung/Gorokan (kerongkongan), Wadhuk (lambung mamalia), Rempela (ampela unggas), Usus, dan Silit/Bol (anus).
Nguri-uri kabudayan Jawa (melestarikan kebudayaan Jawa) bukan hanya tentang tari dan tembang, tetapi juga tentang penguasaan kosakata ini.
Referensi:
Poerwadarminta W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Groningen-Batavia: J.B Wolters.
Penulis: Mochtar Yoni Kuncoro, Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya
