Mengenal 4 Watak Satriya: Filosofi Khas Warisan Pangeran Mangkubumi yang Mengajarkan Sifat-Sifat Ideal Pemimpin Bersama GKR Hayu
SLEMAN, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Sebagai Ngarsa Dalem Pertama, Pangeran Mangkubumi memiliki tanggung jawab dalam membangun Keraton Yogyakarta sesuai dengan falsafah yang tumbuh sejak zaman Kerajaan Mataram.
Fasafah-falsafah seperti Hamemayu Hayuning Bawana, Sangkan Paraning Dumadi, dan Manunggaling Kawula Gusti perlu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, khususnya di kawasan Keraton Yogyakarta.
Pada pemerintahan Pangeran Mangkubumi, filosofi tersebut kemudian berkembang menjadi beberapa sub filosofi lagi. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas dan menguatkan filosofi utama.
Sub filosofinya antara lain Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi, Golong Gilig, dan Watak Satriya. Pada tulisan kali ini, kita akan membahas tentang filosofi Watak Satriya, warisan asli dari Pangeran Mangkubumi.
Simak keterangan Watak Satriya yang merupakan simbolisme sifat ideal pemimpin dalam tulisan berikut ini.
Pengertian Watak Satriya
Dalam Podcast Rembug Rasa Putri Kedhaton Eps 4 Filosofi Warisan Mangkubumi, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu memaparkan keseluruhan filosofi yang ada di Keraton Yogyakarta, termasuk watak satriya.
Dilihat dari kata, watak satriya disusun atas dua kata, yaitu watak dan satriya. Watak dalam KBBI bermakna sifat batin manusia atau budi pekerti. Sedangkan satriya atau satria diambil dari kata kesatria yang berarti orang yang gagah dan pemberani.
Putri keempat Sri Sultah Hamengkubuwana X tersebut menjelaskan bahwa Watak Satriya dari Pangeran Mangkubumi ini memiliki beberapa komponen yang dinaungi, yaitu Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mengko.
Nyawiji adalah segala hal yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan, semuanya itu harus satu padu agar tidak munafik.
Kemudian, Greget yaitu melakukan segala hal dengan sungguh-sungguh atau passionate supaya hasilnya tidak setengah-setengah.
Selanjutnya adalah sifat Sengguh dan Ora Mengko. Sengguh bermakna percaya diri tanpa merendahkan orang lain dan Ora Mengko artinya tidak lari dari tanggung jawab.
Baca Juga: Ranggalawe: Satria Sejati yang Teguh Pendirian
Watak Satriya Bagi Pemimpin
Dari keempat watak satriya di atas, sifat ini sangat menggambarkan karakter pemimpin yang ideal.
Contohnya pada sifat Ora Mengko yang bermakna tidak lari dari tanggung jawab, pemimpin yang menjanjikan beberapa hal di awal masa sebelum menjabat dan tugas-tugas yang menjadi tanggungannya harus dituntaskan dan dikerjakan.
Tidak hanya setengah-setengah, namun harus sungguh sungguh seperti pada sifat Greget, dengan ini pemimpin juga sekaligus menjalankan sifat Nyawiji karena ucapannya yang sesuai dengan perilaku dan pikiran.
Pada tiga sifat tersebut, pemimpin selayaknya menerapkan sifat Sengguh, yang menyertai setiap tindakannya. Baik sebelum hingga sesudahnya.
Namun, pada hakikatnya, keempat watak satriya dari warisan Pangeran Mangkubumi tidak hanya ditujukan untuk pemimpin yang menjalankan kekuasaannya dengan skala besar. Pemimpin dengan kelompok kecil juga termasuk.
Watak Satriya ada sebagai tolok ukur, apabila dalam skala kecil seperti ketua kelas ataupun kepala keluarga tidak bisa memimpin dengan baik, maka dalam skala besar pun akan berakhir dengan hasil yang tidak baik pula.
Kesimpulan
Watak Satriya yang terdiri dari Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mengko merupakan warisan filosofi dari Pangeran Mangkubumi, Ngarsa Dalem Keraton Yogyakarta pertama.
Dalam watak satriya, terdapat sifat-sifat ideal yang wajib dimiliki oleh pemimpin, tidak hanya pemimpin dengan jabatan yang besar dan skala luas, namun diperuntukkan juga bagi pemimpin dengan skala kecil.
Sumber:
Putri Kedhaton. (2020a, September 12). [Ep.4]Filosofi Warisan Pangeran Mangkubumi - Rembug Rasa Putri Kedhaton. YouTube.
Penulis: Wafiq Farihun Najihah, Mahasiswa Manajemen Pendidikan UNY yang sedang mencoba peruntungan dalam dunia kepenulisan.
Posting Komentar