Pengalaman GKR Maduretno Saat Menempuh Pendidikan di Australia: Mulai dari Belajar Bahasa Inggris Hingga Hidup Hemat!

Daftar Isi

YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Maduretno, putri ketiga Sri Sultan Hamengkubuwana X, dikenal sebagai bagian dari keluarga Keraton Yogyakarta.

Namun, kehidupan GKR Maduretno tidak hanya tentang dunia keraton. Beliau mengenyam pendidikan di luar negeri, tepatnya di Australia, saat duduk di bangku SMP.

Dalam episode ke-31 podcast Putri Kedhaton yang berjudul “Mengenal Lebih Dekat GKR Maduretno”, beliau berbagi cerita mengenai pengalaman yang tak terlupakan selama berada di Negeri Kanguru tersebut.

Baca Juga: Begini Pengalaman GKR Maduretno Saat Pertama Kali ke Keraton Yogyakarta: Aku Kaget Banget!


Adaptasi dan Pembelajaran Bahasa

Saat pertama kali tiba di Australia, GKR Maduretno harus mengikuti kursus bahasa Inggris terlebih dahulu, agar dapat beradaptasi dengan sistem pendidikan di sana.

Di Australia, salah satu hal yang menarik perhatian beliau adalah kebebasan dalam memilih ekstrakurikuler karena sangat berbeda dengan yang beliau alami di Indonesia.

"Jadi, kalau di Australia itu boleh milih gitu, awal kita kan mau olahraga, milih olahraga, olahraga nya apa atau mau yang lainnya gitu bisa," ujar GKR Maduretno.

Baca Juga: Dari Swiss ke Edinburg: Inilah Upaya GKR Bendara Mengelola dan Melestarikan Budaya Jawa


Eksplorasi Ekstrakurikuler

Setelah mengikuti kursus bahasa, dalam enam bulan pertama, GKR Maduretno memilih badminton sebagai kegiatan ekstrakurikulernya. Setelah itu, beliau mencoba sesuatu yang lebih menantang yaitu rugby.

"Rugby itu lumayan, lho. Lari terus," katanya sambil tertawa.

"Terus besok-besok nya udah capek nih rugby, aku milihnya gambar," tambah beliau.

Namun, setelah merasa lelah dengan rugby, beliau memutuskan untuk mencoba kelas menggambar. Meskipun awalnya merasa tidak berbakat, beliau akhirnya bisa sedikit menggambar setelah mengikuti kelas tersebut.

Kegiatan ekstrakurikulernya terus berubah. Setelah menggambar, GKR Maduretno mengikuti kelas yoga. Meskipun tertarik dengan yoga, GKR Maduretno mengaku sering kali tidur selama sesi tersebut.  

"Tapi kalau yoga itu aku seringnya terakhir tidur. Waktu bel bunyi baru bangun," ceritanya sambil tertawa.

Baca Juga: Pesan Sri Sultan Hamengkubuwana untuk GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat Sebelum Menikah: Sebenarnya Sederhana, tapi Maknanya Mendalam


Pergaulan Selama di Australia

GKR Maduretno juga harus menghadapi tantangan sosial yang cukup unik. Beliau mengaku memilih untuk menjaga jarak dengan teman-teman Indonesia yang ada di Australia.

Beliau tidak ingin identitasnya sebagai anak dari keluarga keraton diketahui karena khawatir hal itu akan memengaruhi cara orang-orang memperlakukannya.

"Bukannya aku tuh nggak mau bergaul sama orang-orang ya, orang-orang Indonesia terutama karena kalau mereka tau aku tuh siapa, anaknya siapa tuh, aku jadi males," ungkap beliau.

Namun, tak disangka, ada teman dari geng yang sebelumnya tidak terlalu dekat dengan beliau, tiba-tiba mendekat setelah mengetahui identitasnya. Salah satu pengalaman lucunya adalah saat teman tersebut menawarkan barang dagangannya.

"One day, dia tau aku siapa, dari geng nya merekalah terus tiba-tiba deketin ‘eh Dewi aku jualan sepatu lho, mau beli nggak?’ ‘nggak butuh sepatu,’ ‘aku jualan tas lho, kamu mau tas nggak?’ ‘nggak butuh tas,’" kenangnya sambil tertawa.

Baca Juga: Perbandingan Kehidupan Sebelum dan Sesudah Menikah GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat: Semuanya Mlendung Alias Buncit


Hidup Hemat dan Mandiri di Negeri Orang

Meski berasal dari keluarga yang terhormat, GKR Maduretno tetap harus belajar hidup mandiri dan mengelola keuangan dengan bijak.

Beliau tidak mendapatkan perlakuan istimewa dan harus berhemat, seperti kebanyakan mahasiswa lainnya. Dalam podcast itu, beliau mengaku bahwa pernah mengalami telat dikirim uang saku oleh orang tua beliau.

“Kadang kita tuh ngalamin lho, Mbak. Suka telat dikirimin uang, bukan berarti kita tuh anaknya ibu bapak itu lancar jaya, ya,” ungkap GKR Maduretno.

“Udah dijatah, ngepres, harus ngirit. Udah gitu, gini lagi, apa namanya, suka telat,” tambah beliau.

Suatu kali, pernah orang tua beliau telat mengirim uang sampai beliau dan GKR Mangkubumi (kakak) bahkan harus mengumpulkan uang receh demi membeli pizza.

"Pernah ngalamin yang namanya aku sama Mbak Mangku (GKR Mangkubumi) itu mengais-ngais uang receh ya, kita berdua, cuma demi kita pengen pizza," ungkap GKR Maduretno.

Untuk belanja, GKR Maduretno selalu menunggu hari Minggu karena pada hari itu banyak diskon besar, termasuk untuk daging.

"Terus belanjanya setiap hari Minggu nunggu 50% off, diskon, semua makanan diskon termasuk daging. Kita belinya bisa berkilo-kilo, terus demi irit gitu," tambah beliau.

Tidak hanya itu, untuk kebutuhan transportasi, GKR Maduretno pun mengandalkan bus umum seperti halnya mahasiswa pada umumnya.

Baca Juga: 3 Pesan GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat untuk Kaum Muda Mudi Sebelum Menentukan Pilihan Pasangan untuk Dibawa ke Jenjang Pernikahan


Kesimpulan

Pengalaman GKR Maduretno selama tinggal di Australia mengajarkan banyak hal penting.

Selain belajar hidup mandiri dan berhemat, beliau juga belajar cara mengelola keuangan secara bijak, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan menghadapi tantangan sosial.

Meskipun berasal dari keluarga keraton, GKR Maduretno menunjukkan bahwa beliau tidak diperlakukan khusus selama mengenyam pendidikan di luar negeri. Beliau pun menjalani hidup seperti orang pada umumnya.

Dari memilih ekstrakurikuler hingga mengumpulkan uang receh demi membeli pizza, GKR Maduretno membuktikan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, perlu bekerja keras untuk mencapai tujuannya.


Referensi

Putri Kedhaton. 2021. [VIDEO][Eps.31] Mengenal Lebih Dekat GKR Maduretno - Rembug Rasa Putri Kedhaton. Diakses pada Selasa, 28 Januari 2025.


Penulis: Eva Ardelia Chitraloka, Junior Content Writer

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar