Gpd6GfWoTSC5TSA9TpCoGUCoBY==
Anda cari apa?

Labels

Membedah Babad Demak: Antara Fakta Sejarah, Mitos, dan Legenda dalam Sastra Jawa

Mengkaji naskah Babad Demak sebagai sumber sejarah, yang memadukan silsilah mitologis dari Nabi Adam dengan peristiwa peralihan kekuasaan Majapahit

Mengkaji naskah Babad Demak sebagai sumber sejarah, yang memadukan silsilah mitologis dari Nabi Adam dengan peristiwa peralihan kekuasaan Majapahit ke Demak.

BABAD.ID | Stori Loka Jawa -  Bagaimana sejarah sebuah imperium ditulis? Bagi peradaban modern, jawabannya terletak pada kronik yang runut, arsip yang otentik, dan bukti arkeologis yang sahih. Namun, bagi masyarakat Jawa pramodern, sejarah adalah sebuah permadani yang ditenun dari benang fakta, mitos kosmologis, legitimasi spiritual, dan puja-puji dinasti. Salah satu tenunan terpenting dari era peralihan Hindu-Buddha ke Islam adalah Babad Demak, sebuah karya sastra sejarah yang ambisius, yang merentangkan narasinya dari Nabi Adam hingga berdirinya Mataram.

Membedah naskah seperti Sĕrat Babad Dĕmak koleksi Perpustakaan Nasional (KBG 293) bukanlah sekadar membaca catatan masa lalu. Ini adalah sebuah kerja filologis untuk memisahkan antara fakta historis, legenda yang hidup di masyarakat, dan mitos yang sengaja diciptakan untuk melegitimasi kekuasaan. Ia adalah sebuah jendela untuk memahami bagaimana para pujangga Jawa memandang, menafsirkan, dan menuliskan zaman mereka sendiri.

Genre Sastra Babad: Lebih dari Sekadar Catatan Sejarah

Untuk memahami Babad Demak, kita harus terlebih dahulu memahami genrenya. Babad bukanlah buku sejarah dalam pengertian modern, melainkan sebuah genre sastra sejarah tradisional Jawa. Naskah kuno semacam ini memang mengandung berbagai informasi penting tentang kebudayaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan, namun cara penyajiannya unik. Para penulis babad seringkali tidak bertujuan mencatat kejadian secara teliti. Mereka memadukan silsilah mitologis, dongeng, dan bahkan pemujaan yang berlebihan terhadap tokoh-tokohnya.

Karakteristik ini menjadikan babad sebagai sumber yang rumit. Di satu sisi, ia menyajikan pandangan "dari dalam" yang tak ternilai, merekam bagaimana masyarakat Jawa memahami dunianya. Di sisi lain, ia menuntut pembaca yang kritis. Para sejarawan modern, seperti H.J. de Graaf, memelopori penggunaan sumber-sumber pribumi ini dengan cara membandingkannya secara kritis dengan sumber-sumber asing (Portugis, Belanda) untuk mendapatkan gambaran yang lebih seimbang. Tugas mengungkap informasi dari naskah-naskah ini menjadi pekerjaan para filolog, yang melakukan alih aksara (transliterasi) dan kajian mendalam agar isinya dapat diakses oleh masyarakat luas.

Cakupan Epik Serat Babad Demak

Naskah Sĕrat Babad Dĕmak (KBG 293) sendiri merupakan sebuah karya yang sangat komprehensif. Isinya dapat diringkas sebagai versi Babad Tanah Jawi yang dimulai dengan silsilah agung yang ditarik mundur hingga ke Nabi Adam. Dari sana, silsilah berlanjut ke para nabi seperti Nabi Sis, kemudian ke tokoh-tokoh mitologi Hindu-Jawa seperti Sang Hyang Wĕnang, Sang Hyang Tunggal, dan Bĕthara Guru, sebelum akhirnya sampai pada para Pandawa seperti Arjuna dan Parikĕsit.

Setelah membangun fondasi mitologis ini, narasi kemudian beralih ke era historis, dimulai dari raja-raja Jawa hingga Prabu Brawijaya di Majapahit. Bagian inti dari babad ini tentu saja adalah kisah peralihan dari zaman Majapahit ke Kesultanan Demak, yang mencakup riwayat Raden Patah menjadi Sultan, runtuhnya Demak, dan disusul dengan berdirinya Kesultanan Pajang di bawah Jaka Tingkir. Uniknya, naskah ini tidak berhenti di situ. Bagian akhirnya menceritakan pertemuan antara Panembahan Senapati (Raja Mataram pertama) dengan penguasa Laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul, sebelum naskah babonnya berakhir. Cakupan yang luar biasa luas ini menunjukkan ambisi penulisnya untuk menciptakan sebuah narasi total yang menghubungkan tatanan kosmos, mitologi, dan sejarah dinasti-dinasti di Jawa.

Memilah Fakta dari Legenda: Tugas Sang Penafsir Sejarah

Tantangan terbesar dalam menggunakan Babad Demak sebagai sumber adalah memilah antara unsur-unsur yang dapat diverifikasi secara historis dan unsur-unsur yang bersifat legendaris atau mitologis.

• Unsur Mitologis dan Legendaris: Yang paling jelas adalah upaya melegitimasi kekuasaan melalui silsilah yang ditarik hingga ke para nabi dan dewa. Ini adalah praktik umum dalam historiografi tradisional untuk memberikan status sakral dan tak terbantahkan bagi sebuah dinasti. Demikian pula, kisah-kisah yang melibatkan kekuatan gaib, seperti pertemuan Senapati dengan Ratu Kidul, turunnya pusaka Antakusuma dari langit di tengah para wali, hingga penggunaan jimat yang mengeluarkan ribuan tikus (badhong) dan kotak wasiat yang melepaskan badai (pÄ•thi) dalam perang melawan Majapahit, semuanya adalah bagian dari narasi legendaris yang memperkuat wibawa spiritual para tokohnya. Bahkan, ada indikasi bahwa penyalin naskah sengaja menambahkan keterangan bahwa teks ini adalah salinan dari kropak sastra Buda (Jawa Kuno) yang lebih tua, agar naskah tersebut terkesan lebih otentik dan kuno.

• Peristiwa Historis: Di balik selubung mitos, Babad Demak merekam inti dari peristiwa-peristiwa sejarah yang penting. Peralihan kekuasaan dari Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha ke Demak yang bercorak Islam adalah sebuah fakta sejarah. Eksistensi tokoh-tokoh seperti Raden Patah, Adipati Unus, dan Sultan Trenggana, serta perang saudara yang melibatkan Arya Penangsang dan Jaka Tingkir juga merupakan inti historis yang dikonfirmasi oleh berbagai sumber, termasuk catatan Eropa. Penaklukan kota-kota seperti Tuban, Surabaya, dan Sunda Kelapa oleh Demak juga merupakan peristiwa nyata, meskipun detail dan penanggalannya dalam babad mungkin tidak selalu akurat.

Pada akhirnya, Babad Demak bukanlah sebuah buku yang "berbohong", melainkan sebuah karya sastra yang menggunakan bahasa dan kerangka berpikir zamannya untuk menceritakan masa lalu. Ia adalah sebuah "sastra sejarah" yang kebenarannya tidak terletak pada akurasi data yang harfiah, melainkan pada semangat, konflik, dan visi peradaban yang coba direkam dan diwariskannya.

Daftar Pustaka


Arimurti, K., Amanah, S., & Sadewa, T. C. (2023). Alih Aksara Serat Babad Demak. Perpusnas PRESS.

de Graaf, H. J., & Pigeaud, Th. G. Th. (1985). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Grafiti Pers.

Hutomo, S. S., dkk. (1981). Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur.

Sastradiwirya (Alih Aksara). (1988). Babad Majapahit dan Para Wali 1. Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sastronaryatmo, M. (Alih Bahasa). (2011). Babad Jaka Tingkir (Babad Pajang). Perpustakaan Nasional RI & Balai Pustaka.

0Komentar

Tambahkan komentar

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com