Begini Pengalaman GKR Maduretno Saat Pertama Kali ke Keraton Yogyakarta: Aku Kaget Banget!

Daftar Isi

YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Tidak seperti yang dibayangkan banyak orang, masa kecil Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Maduretno tidak langsung dihabiskan di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta.

Sebelum ayahnya, Sri Sultan Hamengkubuwana X, naik tahta, beliau tumbuh dan bermain di Madukismo, sebuah kawasan di Bantul yang terkenal dengan pabrik gulanya.

Namun, setelah prosesi jumenengan atau penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana X, GKR Maduretno bersama keluarganya pindah ke Keraton Yogyakarta.

Perpindahan ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam episode ke-31 podcast Putri Kedhaton yang berjudul "Mengenal Lebih Dekat GKR Maduretno", beliau berbagi pengalaman tentang transisi dari kehidupan bebas di Madukismo ke lingkungan keraton yang lebih penuh aturan dan tradisi.

Seperti apa ceritanya? Yuk, simak ceritanya berikut ini!

Baca Juga: Menilik Masa Kecil GKR Maduretno di Madukismo Sebelum Pindah ke Keraton Yogyakarta: Penuh Kenangan!


Jumenengan: Momen Sakral yang Tak Terlupakan  

Prosesi jumenengan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi GKR Maduretno. Upacara sakral ini dihadiri banyak orang dan diiringi berbagai tradisi khas Keraton Yogyakarta.

Salah satu momen yang paling berkesan bagi beliau adalah saat mendengar suara tembakan senapan dalam upacara tersebut.  

"Sempet kaget karena kan pas upacara pastikan ini kan, kayak ada senapannya itu kan, itu aku kaget banget," kenang GKR Maduretno.

Bagi seorang anak yang sebelumnya tumbuh di lingkungan yang lebih santai seperti Madukismo, suasana penuh adat dan protokol keraton tentu memberikan kesan yang berbeda.  

Baca Juga: Pesan Sri Sultan Hamengkubuwana untuk GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat Sebelum Menikah: Sebenarnya Sederhana, tapi Maknanya Mendalam


Perubahan dalam Kehidupan Sehari-hari

Tinggal di keraton berarti harus beradaptasi dengan aturan dan kebiasaan baru. Salah satu perubahan yang paling terasa bagi GKR Maduretno adalah kebiasaan membeli makanan dari pedagang keliling yang sering mangkal di depan rumahnya saat masih di Madukismo.

"Mereka itu dulu nongkrongnya di depan rumah karena hampir setiap hari di antri," kata beliau.

Beliau masih mengingat dengan jelas jajanan favoritnya dan mengingat juga para pedagang yang selalu hadir di sekitar rumahnya.

"Di Madukismo, waktu itu yang dipanggil bakso dulu, pokoknya paling malem itu sate Pak Dulah, masih inget banget aku," tambah beliau.

Namun, meskipun gaya hidupnya berubah, ada satu hal yang tetap sama bagi GKR Maduretno yaitu pertemanan.

"Enggak sih, sama aja. Dari dulu sih emang saya hobi bergaul ya. Jadi ya udah sama aja sih, temen-temennya banyak, tetep sama aja, cuman itu-itu aja," ungkap GKR Maduretno.  

Baca Juga: 3 Pesan GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat untuk Kaum Muda Mudi Sebelum Menentukan Pilihan Pasangan untuk Dibawa ke Jenjang Pernikahan


Kesimpulan

Perjalanan hidup GKR Maduretno dari Madukismo ke Keraton Yogyakarta membawa banyak perubahan, baik dalam kebiasaan sehari-hari maupun cara beradaptasi dengan lingkungan yang lebih penuh aturan.

Jika dulu beliau bisa bebas bermain dan menikmati jajanan di depan rumah, kini ada batasan yang harus dipatuhi.

Namun, meski harus menyesuaikan diri dengan tradisi keraton, GKR Maduretno tetap menikmati prosesnya. Perubahan mungkin tidak selalu mudah, tetapi bagi beliau, itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang berharga.


Referensi

Putri Kedhaton. 2021. [VIDEO][Eps.31] Mengenal Lebih Dekat GKR Maduretno - Rembug Rasa Putri Kedhaton. Diakses pada Selasa, 28 Januari 2025.


Penulis: Eva Ardelia Chitraloka, Junior Content Writer

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar