Filosofi Agung Keraton Yogyakarta: Harmoni Kosmologi Jawa Antara Merapi, Laut Selatan, dan Manusia

Daftar Isi

YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan mahakarya arsitektur yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Istimewanya, mahakarya ini dibangun dalam sebuah garis lurus bersama dengan Gunung Merapi dan Laut Selatan Jawa yang menggambarkan filosofi mendalam tentang hubungan antar manusia dan alam semesta.

Salah satu faktor utamanya dalam penentuan lokasi Keraton Yogyakarta ini adalah letaknya yang lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya.

Lebih penting lagi, Keraton juga menjadi sebuah tempat tinggal bagi pemimpin Yogyakarta.

Pada film dokumenter milik Paniradya Kaistimewan yang berjudul Film Dokumenter “Kraton Yogyakarta, Pancering Kauripan” menjelaskan tentang konsep kosmologi dan astornomi Jawa yang menjadi dasar pembangunan Keraton.

Baca Juga: Filosofi Nama-Nama Jalan di Sumbu Filosofi Keraton Yoguakarta:  Jalan Margautama, Jalan Malioboro, Jalan Margamulya, dan Jalan Pangurakan


Konsep Kosmologi Jawa: Keseimbangan Makrokosmos dan Mikrokosmos

Kosmologi merupakan sebuah konsep di mana terjadi kesejajaran antara makrokosmos dengan mikrokosmos.

Dalam hal ini makrokosmos adalah alam semesta, sementara mikrokosmos adalah manusia.

Pembangunan Keraton Yogyakarta menerapkan konsep ini dengan menempatkan mikrokosmos setara dengan Gunung Merapi dan Laut Selatan Jawa sebagai makrokosmos.

Konsep kosmologi mengajarkan bahwa manusia selalu hidup berdampingan dengan alam yang harus dijaga dan dilestarikan.

Selain itu, konsep garis vertikal yang terbentuk dari Keraton hingga Merapi dan Laut Selatan melambangkan hubungan spiritual manusia dengan Sang Pencipta. 

Baca Juga: Apa Itu Sangkan Paraning Dumadi? Mengenal Sumbu Filosofis Keraton Yogyakarta


Konsep Astronomi Jawa: Panduan Kehidupan Sejak Zaman Kuno

Masyarakat Jawa sampai sekarang masih menerapkan musim tanam padi dengan menggunakan konsep astronomi Jawa melalui lintang waluku.

Ilmu astronomi jawa adalah konsep yang dikembangkan oleh masyarakat Jawa sejak berabad-abad lalu, tepatnya sejak masa pra Hindu-Budha.

Astronomi Jawa ditemukan dari sumber-sumber seperti manuskrip, tulisan, bangunan candi, dan benda peninggalan lainnya. 

Uniknya hingga saat ini konsep astronomi jawa masih sering diterapkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain sebagai penentu musim seperti yang di atas, astronomi Jawa juga digunakan untuk penentuan pasaran hari Jawa seperti pon, wage, kliwon, legi, dan pahing.

Konsep astronomi jawa mengatur banyak hal dalam kehidupan masyarakatnya, misalnya untuk menentukan hari baik, tanggal lahir, menikah, dan perayaan yang lainnya. Konsep ini juga mengajarkan bahwa kehidupan manusia tak hanya dari lahir hingga meninggal saja.

Baca Juga: Filosofi City: Konsep Awal Sumbu Filosofi Jogja, Begini Tanggapan GKR Bendara Terhadap Keistimewaan dan Konsep Tata Ruang Yogyakarta


Kesimpulan:

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun dengan konsep kosmologi dan astronomi Jawa, mencerminkan kesejajaran antara manusia dan alam semesta.

Letaknya yang sejajar dengan Gunung Merapi dan Laut Selatan tidak hanya mempertimbangkan aspek geografis untuk menghindari banjir, tetapi juga menunjukkan hubungan spiritual antara manusia dan Sang Pencipta.

Konsep astronomi Jawa yang telah digunakan sejak masa pra-Hindu-Buddha masih diterapkan hingga kini, terutama dalam menentukan musim, penanggalan, dan berbagai aspek kehidupan.

Hal ini menunjukkan bahwa budaya dan ilmu pengetahuan Jawa terus bertahan dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.


Referensi:

Paniradya Kaistimewan. (2022, 5 Februari). Film Dokumenter “Kraton Yogyakarta, Pancering Kauripan". [Video]. Youtube. https://youtu.be/gsSsT0t7GMQ?si=XX2VfONOzYoEK3Mg  


Penulis: Nadya Zuhri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang belajar melestarikan budaya.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar