Kisah Pengerajin Wayang Suket Semarang yang Lestarikan Seni Rumput Mendong ke Kancah Internasional
SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Umumnya, kita mengenal wayang yang terbuat dari kulit.
Namun, tahukah kamu bahwa ada wayang yang terbuat dari suket atau rumput kering?
Seni unik ini dikenal dengan nama wayang suket, warisan budaya Jawa yang memiliki sejarah panjang dan pesona tersendiri.
Sejarah Wayang Suket: Dari Hiburan Gembala hingga Karya Seni
Berdasarkan wawancara dengan Pak Rofiq, seorang pengrajin wayang suket di Pasar Antik Kota Lama Semarang, wayang suket telah ada sejak ratusan tahun lalu.
Konon, wayang ini sering digunakan dalam prosesi ibadah dan sebagai permainan anak-anak di Jawa.
Selain itu, wayang suket juga menjadi media untuk menyampaikan cerita rakyat yang menghibur.
Dikutip dari website resmi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret, wayang suket awalnya dibuat oleh para penggembala yang mencari hiburan di waktu luang.
Mereka merangkai rumput di sekitar tempat menggembala hingga menyerupai tokoh wayang yang pernah mereka lihat dalam pertunjukan.
Seiring waktu, wayang suket berkembang menjadi karya seni baru dalam dunia pewayangan.
Meskipun teknik pembuatannya berbeda dari wayang kulit, wayang suket tetap mempertahankan nilai tradisional dan budaya.
Bahan Pembuatan Wayang Suket: Keistimewaan Rumput Mendong
Sesuai namanya, wayang suket terbuat dari rumput kering.
Pak Rofiq memilih rumput kering karena lebih mudah dianyam dan menghasilkan warna kuning keemasan yang alami.
Selain itu, rumput kering juga membuat wayang lebih awet.
Namun, tidak semua jenis rumput bisa digunakan. Hanya rumput mendong yang dipilih.
“Suket Mendong ini lebih kuat dan nggak gampang rusak saat dianyam,” ujar Pak Rofiq.
Pak Rofiq hanya menggunakan rumput mendong sebagai bahan baku utama.
Untuk merekatkan anyaman, ia memangkas rumput mendong menjadi lebih kecil.
Rumput mendong adalah jenis rumput liar yang tumbuh di sekitar sawah atau rawa.
Pak Rofiq selalu memilih rumput mendong terbaik dari daerah Dieng dan sekitarnya.
Proses Pembuatan Wayang Suket: Keterampilan dan Ketelitian
Pembuatan wayang suket tergolong cepat. Wayang suket sederhana, terdiri dari kepala, badan, tangan, dan kaki, dapat dibuat dalam waktu kurang dari 30 menit.
Prosesnya dimulai dengan menganyam beberapa helai mendong untuk membentuk kepala.
Bagian belakang diberi untaian panjang sebagai ekor. Tangan dianyam rapat, sedangkan badan dibuat dari kerangka rumput berbentuk persegi panjang.
Tangan dan kaki yang sudah dibuat kemudian digabungkan dengan badan.
Tahap terakhir adalah merapikan rumput yang tidak sejajar menggunakan gunting.
Meskipun cepat, pembuatan wayang suket membutuhkan ketelitian, kerapian, keterampilan tangan, dan ketekunan. Kesalahan kecil dapat membuat wayang kurang rapi.
Distribusi Wayang Suket Pak Rofiq: Mendunia
Sebagai pengrajin berpengalaman, Pak Rofiq telah menjual wayang suket kepada banyak orang, baik dari dalam maupun luar negeri.
Seorang pembeli dari Bali bahkan datang ke Semarang untuk belajar membuat wayang suket dan membeli koleksinya.
Turis asal Belanda juga membeli wayang suket Pak Rofiq setelah melihatnya di media sosial.
Banyak pembeli menjadikan wayang suket sebagai pajangan rumah karena keunikan dan nilai seninya.
Pak Rofiq berharap wayang suket semakin dikenal dan dilestarikan oleh masyarakat.
Kesimpulan:
Wayang suket adalah seni tradisional pewayangan yang terbuat dari rumput kering, khususnya rumput mendong.
Wayang ini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan awalnya dibuat oleh para penggembala sebagai hiburan di sela-sela menggembalakan ternak.
Seiring waktu, wayang suket berkembang menjadi bentuk seni yang unik, tetap mempertahankan nilai tradisional dan budaya.
Proses pembuatannya cukup cepat, tetapi membutuhkan keterampilan dan ketelitian.
Salah satu pengrajin wayang suket, Pak Rofiq dari Semarang, telah menarik perhatian pembeli lokal maupun mancanegara.
Ia berharap wayang suket semakin dikenal dan dilestarikan oleh masyarakat.
Referensi:
Wawancara langsung dengan Pak Rofiq di Pasar Antik, Kota Lama Semarang pada 13 November 2024.
Menggali Kembali Keindahan Wayang Suket: Antara Tradisi dan Tantangan Era Modern. S1 Pendidikan Sejarah FKIP UNS.
Penulis: Nadya Zuhri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang belajar melestarikan budaya.
Posting Komentar