Sri Sultan Hamengkubuwana IX: Pemimpin Visioner yang Menghidupkan Keraton Yogyakarta di Era Modernisasi

Daftar Isi

YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Di bawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Keraton Yogyakarta mengalami transformasi luar biasa. Tidak lagi hanya menjadi simbol kekuasaan feodal, keraton berubah menjadi pusat budaya, pendidikan, dan pariwisata.

Transformasi ini mencerminkan visi Sri Sultan yang modern tetapi tetap menghargai tradisi leluhur. Konsepnya yang terkenal, "tahta untuk rakyat," menjadi bukti dedikasinya kepada masyarakat luas.

Dikutip dari kajian Wardani (2021), berikut ini dedikasi Sri Sultan Hamengkubuwana pada masanya : 

Baca Juga: Peran dan Kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwana IX Terhadap Kedaulatan NKRI di Awal Kemerdekaan


Perubahan Sistem dari Feodal ke Era Demokrasi

Keraton Yogyakarta dahulu dikenal sebagai pusat pemerintahan feodal, tempat raja memerintah dengan legitimasi tradisi Jawa. Namun, Sri Sultan Hamengkubuwanaa IX membawa perubahan besar.

Pada 5 September 1945, Sri Sultan dengan tegas menyatakan bahwa Yogyakarta adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Keputusan ini adalah langkah berani yang menunjukkan jiwa nasionalisme Sri Sultan.

Dalam pidato pengukuhannya, Sultan menyampaikan, “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.” Ini menunjukkan komitmennya menjaga tradisi sambil membuka diri terhadap modernitas.

Baca Juga: Wejangan dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang Selalu Diingat GKR Hemas: Bukan Dikenang Saja, Tapi Saya Pegang


Transformasi Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Sri Sultan Hamengkubuwana IX membawa pembaruan di berbagai bidang yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung.

  1. Di bidang ekonomi, Sultan mendorong pembangunan irigasi dan mendirikan Yayasan Kredit Tani Indonesia (Yakti) untuk membantu petani. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Sultan juga menggunakan kekayaannya untuk mendukung kebutuhan nasional.
  2. Dalam bidang sosial, Sultan mendukung pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM) dan membuka beberapa bagian keraton untuk kegiatan masyarakat. Langkah ini membuat Yogyakarta menjadi kota pelajar yang dihormati.
  3. Di bidang budaya, Sultan menjaga tradisi seperti sekaten tetapi menyesuaikannya dengan kebutuhan zaman. Beliau juga menciptakan tarian baru, seperti Bedoyo Manten dan Bekso Golek Menak, yang menambah kekayaan seni Jawa.

Baca Juga: Mengenal Sosok Sri Sultan Hamengkubuwana IX dari Kacamata GKR Hemas: Sangat Powerful, Adil, Nggak Pernah Memarahi Putranya di Depan Mantu


Keraton Menjadi Pusat Kebudayaan dan Pariwisata

Keraton Yogyakarta yang dulunya eksklusif kini menjadi ruang publik yang terbuka untuk pendidikan dan pariwisata. Sultan membuka museum di keraton untuk memamerkan seni dan sejarah, menjadikan keraton sebagai tempat pembelajaran.

Pagelaran Keraton, yang sebelumnya digunakan untuk acara resmi, kini menjadi ruang belajar bagi mahasiswa UGM. Hal ini menunjukkan bagaimana Sultan mengutamakan pendidikan untuk semua lapisan masyarakat.

Seperti yang ditulis oleh Laksmi Kusuma Wardani, "Perubahan ini menunjukkan bagaimana Sri Sultan Hamengubuwana IX mampu memadukan nilai tradisional dan modern dengan konsep tahta untuk rakyat."

Baca Juga: Cerita GKR Hemas Ketika Pertama Kali Bertemu Sri Sultan Hamengkubuwana IX: Ketemunya Pada Waktu Beliau Datang ke Rumah, Bukan di Keraton Yogyakarta


Warisan Sultan untuk Generasi Mendatang

Sri Sultan Hamengkubuwana IX telah meninggalkan warisan abadi melalui transformasi keraton. Beliau berhasil memadukan tradisi dengan modernitas, menjadikan keraton relevan untuk masyarakat modern.

Keraton Yogyakarta kini tidak hanya menjadi simbol kekuasaan, tetapi juga pusat budaya, seni, dan edukasi. Perubahan ini adalah bukti nyata visi Sultan untuk membawa manfaat besar bagi rakyatnya.

Warisan ini mengajarkan bahwa tradisi yang dijaga dengan baik dapat menjadi dasar untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Seperti yang tertulis dalam buku "Tahta untuk Rakyat," Sultan adalah pemimpin yang menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Baca Juga: Mengenal Sri Sultan Hamengkubuwana IX Sebagai Bapak Pramuka Indonesia


Kesimpulan

Transformasi Keraton Yogyakarta di bawah Sri Sultan Hamengkubuwana IX menunjukkan bagaimana tradisi dan modernitas dapat berpadu harmonis. 

Perubahan ini tidak hanya memperkuat identitas budaya Jawa tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi pendidikan dan pariwisata Indonesia.


Referensi

Artikel ini diadaptasi dari penelitian Laksmi Kusuma Wardani, “Pengaruh Pandangan Sosio-Kultural Sultan Hamengku Buwana IX terhadap Eksistensi Keraton Yogyakarta” (2012).


Atribusi:

Penulis: Rian Aryandani, Mahasiswa Teknologi Pendidikan UNNES

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar